"Selama kamu hidup, kamu akan berada dalam tiga bayangan. Baik itu kamu sadari atau tidak. Pertama, bayangan masa lalu. Kedua, bayanganmu saat ini. Dan ketiga, bayangan masa depanmu"
**
Suasana ruang ganti di samping hall Undis cukup ramai dan penuh sesak dengan para pengisi acara pesta wisuda hari ini. Seorang gadis tampak tengah berdebat dengan seniornya di pojok kanan ruangan tersebut.
"Ayolah.. Biasanya juga lo gak pake beginian deh Vir. No mask, okay?!", bujuk Dani pada Vira.
"Tapi kak...", tolak Vira.
Entah alasan apa yang menyebabkan Vira ingin memakai topeng. Vira sendiri juga tidak tahu mengapa tiba-tiba saja hatinya berkehendak demikian.
Dani berdiri dari posisinya dan menghampiri Vira. Digenggamnya tangan gadis tersebut. Tangan kanan Dani melepas topeng yang sudah terpasang di wajah Vira.
"Percaya sama aku. Kalo kamu takut ketahuan Revan, itu gak akan terjadi. Everythings gona be okey", bisik Dani sambil memandang Vira.
Keraguan tampak jelas di wajah Vira. Apakah karena Revan? Batin Vira tidak yakin.
Melihat Vira yang termenung membuat Dani semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Ekhem.."
Suara deheman dari arah belakang membuat Dani kaget dan langsung melepaskan tangan Vira. Dengan kikuk dia membalikan badan untuk melihat siapa gerangan yang mengganggunya barusan.
Vira dan Dani menatap seorang gadis dengan kamera yang tergantung dileher, Yuli. Yuli hanya meringis memamerkan giginya sambil mengangkat kameranya.
"Thanks buat fotonya ya, sahabat dan sepupu munyu-munyuku", ucap Yuli kemudian menjulurkan lidahnya dan berbalik pergi.
Dani tampak kesal dan langsung mengacak-acak rambutnya. Geram dengan tingkat sepupu jailnya yang satu itu. Tidak sekali dua kali Yuli membuat Dani seperti itu. Semenjak Yuli resmi menjadi anak angkat Om dan Tantenya yang berarti juga menjadi sepupunya, tidak henti-hentinya gadis itu menggoda Dani.
"Aish!!", geram Dani.
Sentuhan lembut dilengan Dani membuatnya menoleh ke arah Vira. Hal tersebut cukup sukses meredam emosinya.
"Sorry, Vir", ucap Dani lembut.
Vira hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Dani hanya menghela napas dan kemudian berjongkok di hadapan Vira.
"Gue seriusan Rosa", ucap Dani pelan dengan tetap menatap kedua manik mata Vira.
Setelah bergulat dengan segala pemikirannya akhirnya Vira mengangguk meskipun masih tampak keraguan di wajahnya. Jika Dani sudah menggunakan aksen gue-elo dan memanggilnya Rosa, berarti Dani benar-benar berbicara serius kepadanya.
Dani tersenyum kemudian berdiri dan mengangkat tangan kanannya yang terkepal di depan wajah Vira.
"Fighting, Princess!!", ucap Dani menyemangati kemudian berbalik keluar ruangan.
Vira hanya dapat menatap punggung Dani yang semakin jauh dan akhirnya menghilang di balik pintu.
**
"Wah, mantu Mama romantis sekali hari ini", ucap Widya ditengah makan malam. "Iya gak Pa?", lanjutnya meminta persetujuan dari suaminya yang berada tepat di sampingnya.
Vira yang dipuji demikian hanya tersenyum dan mengangguk.
Malam ini di kediaman keluarga Atmadja memang sengaja mengadakan acara makan malam bersama keluarga dan sahabat Revan. Selain Widya, Hendra, Revan dan juga Vira, di ruang makan tersebut sudah hadir Putri, Kevin, Alex dan Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
RomansaDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...