"Jangan salahkan orang lain. Semua terjadi karena memang harus terjadi"
**
Sabtu pagi merupakan hari libur bagi semua pegawai kantoran dan mahasiswa tentunya. Tapi bukan Vira kalau hanya bermalas-malasan. Sudah sejak pukul 4 pagi tadi dia sudah menyibukkan diri dan mulai berbenah. Dan saat ini dirinya tengah berkutat di dapur. Meskipun semalam tubuhnya sempat nge-drop, pagi ini dirinya tampak seperti sedia kala.
Bik Mimin cukup kagum dengan nona barunya itu. Sudah beberapa hari ini Bik Mimin selalu kalah cepat dengan Vira. Beliau tidak menduga jika Vira cukup terampil dengan kegiatan rumah tangga. Pernah ketika hari pertama kepindahan Vira, beliau melaporkan kejadian serupa kepada Nyonya besarnya, Widya juga tidak percaya dan baru percaya keesokan harinya setelah menyaksikan sendiri. Baik Widya maupun Bik Mimin tidak melarang Vira sama sekali, keduanya merasa senang jika Vira tipikal wanita mandiri. Dan karena kejadian itu sikap canggung dan kaku Widya terhadap Vira mulai mencair.
"Non Vira mau masak apa untuk hari ini?", tanya Bik Mimin yang tengah membantu Vira mempersiapkan bahan masakannya.
"Aduh, Bik Mimin ini kan sudah Vira bilang nggak perlu pake embel-embel nona, cukup panggil Vira saja", ucap Vira.
Bik Mimin terkekeh dan hanya menganggukkan kepala.
"Sop ayam enak kayaknya, Bik", ucap Vira kemudian.
"Den Revan tidak pulang lagi ya, Mbak?", tanya Bik Mimin.
Mendengar pertanyaan Bik Mimin tersebut Vira hanya menghela napas dan menganggukkan kepala kemudian dia memberikan senyuman kecil pada Bik Mimin.
"Coba kalao nyonya sama tuan tau pasti gak bakalan gini", gerutu Bik Mimin.
"Biar aja Bik, jangan sampai mama papa tau. Vira nggak mau kalau sampai papa marah ke Mas Revan", balas Vira sambil tersenyum.
Bik Mimin tertegun mendengar penuturan Vira barusan. Memang kelakuan tuan mudanya beberapa hari ini sudah bukan rahasia lagi bagi Bik Mimin dan para pekerja yang lain hanya saja tuan dan nyonya besar yang memang tidak tahu dan diharapkan untuk tidak pernah tahu. Bik Mimin juga tahu bagaimana sikap Vira yang cukup menghormati dan menghargai Revan. Meskipun pernikahan mereka adalah sebuah accident, tetapi Bik Mimin tahu bahwa Vira sudah berusaha memerankan posisi sebagai istri dengan baik. Vira tetap memanggil Revan dengan embel-embel 'Mas' sebagai rasa hormat gadis tersebut.
Ting..Tong..
Suara bel pintu depan menghentikan kegiatan memasak mereka.
"Biar bibi yang buka, Mbak", ucap Bik Mimin.
Vira hanya mengangguk dan tersenyum. Sedikit heran juga siapa gerangan yang bertamu di jam sepagi ini. Vira sempat melirik jam dinding di dapur yang baru menunjukkan pukul 6 pagi.
Selang 3 menit kemudian Bik Mimin sudah kembali ke dapur.
"Siapa Bik?" tanya Vira sambil memasukkan bahan-bahan ke dalam panci.
"Itu loh Mbak, si Den Dani dan kronconya nyariin Den Revan. Ya Bibik bilang orangnya masih di kantor", balas Bik Mimin.
Vira hanya menganggukkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai masak, Bik Mimin memanggil Pak Parjo dan Pak Bowo, supir dan satpam yang bertugas di rumah keluarga Atmadja ini. Hari ini mereka berempat sarapan pagi bersama di taman belakang. Pak Parjo dan Pak Bowo awalnya sempat menolak ajakan Bik Mimin karena tidak yakin jika majikannya mengajak sarapan bersama. Baru setelah Vira sendiri yang datang mereka berdua hanya mengangguk dan segera mengiyakan ajakan Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
عاطفيةDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...