Chapter 3

1.9K 74 8
                                    

"Ini adalah mimpiku. Bisa berada di sisimu adalah hadiah terindah bagiku. Tapi aku sadar, aku tidak berhak berharap lebih. Karena aku tahu, aku hanyalah sosok pengganti di matamu"

**

Hari sudah larut. Dan seperti rencana awal, resepsi pernikahan keluarga Atmadja-Vetranda digelar di Venue Hotel, salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Gedung tempat resepsi pernikahan didekorasi sangat megah. Suasana ramai dan meriah terlihat jelas di dalam ballroom yang sudah didekorasi indah dengan nuansa mewah dan elegan tersebut. Nuansa warna putih dan emas begitu kentara di ruangan tersebut. Perpaduan warna kesukaan kedua mempelai yang sebenarnya telah mampu menghadirkan kesan kemegahan. Namun kemegahan itu tidak sebanding dengan perasaan Vira dan Revan malam itu. Sejak acara ijab qobul mereka pagi tadi, keduanya masih belum berbicara satu sama lain.

Acara malam itu dihadiri oleh keluarga besar, sahabat dan kolega bisnis dari kedua keluarga. Tepat pukul 19.00 WIB acara utama pun dimulai. Lampu utama hall meredup. Para tamu pun mulai berdiri merapat. Semua mata seakan terpusat pada dua insan yang menurut mereka tengah berbahagia itu. Memang tak seorang pun tamu undangan malam ini yang mengetahui kejadian tadi pagi, kecuali keluarga besar dan tentunya Dani.

Iring-iringan Revan dan Vira sudah menaiki pelaminan. Terlihat Revan yang mengenakan setelan jas yang berwarna silver dan Vira yang mengenakan gaun pengantin dengan mutiara putih yang menghiasi bagian bawah rumbai gaunnya terlihat anggun.

Tidak ada satu orang pun tamu yang menyadari bahwa gadis yang saat ini berada di pelaminan tersebut bukanlah putri keluarga Vetranda bahkan sahabat Revan pun tidak menyadari hal itu, terkecuali Dani. Kesadaran itu muncul setelah MC mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.

"Wah-wah-wah, sungguh pasangan yang serasi. Mari kita ucapkan selamat kepada kedua mempelai, Revano Rengga Atmadja dan Devira Rivalia Rossalyn," ucap MC acara tersebut.

Sejak detik itu pula kasak kusuk mulai terdengar di segala penjuru ballroom tersebut.

"Lho, kok bisa Devira bukannya Sarah ya?"

"Perasaan di undangan tertulis nama Sarah."

"Lho, itu gak salah orang?"

Banyak spekulasi-spekulasi yang bermunculan. Dan hal yang sama juga terjadi kepada sahabat-sahabat Revan yang hadir, dimana mereka tampak terkejut dengan kenyataan tersebut dan mulai mempertajam penglihatan mereka untuk memastikan kebenaran itu. Bahkan salah satu di antara mereka sempat menyemburkan minumannya.

"Uhukk..uhukk.." cowok berkemeja coklat yang terduduk di kusi roda langsung tersedak minumannya sendiri ketika mendengar ucapan si MC.

"Really?!" tanya cowok berbadan atletis dan satu-satunya orang berwajah indo di hall tersebut. Matanya menatap lurus ke depan memastikan ucapan si MC.

"Lho, bukannya itu..." ucap gadis yang berdiri di belakang kursi roda.

Ketiga orang tersebut lantas mengarahkan tatapan tajam ke Dani. Dani hanya meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Jika tatapan sahabatnya itu dapat berkata pasti akan terdengar 'apa-apain ini?', 'apa yang terjadi?', 'lo pasti tau, jelaskan sekarang!'.

**

"Jeng, menantunya cantik." ucap salah satu tamu undangan kepada Widya sambil melirik ke arah Vira yang berdiri tenang di samping ibu mertuanya itu. Vira hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kalo tidak salah namanya Sarah ya?", ucap wanita paruh baya satunya.

Terlihat jelas sorot kaget di mata Vira. Vira berusaha untuk tetap tersenyum. Tiba-tiba dia merasakan ada yang menggenggam tangannya erat. Vira tahu, dia langsung menatap ibu mertuanya.

MARRY BOY[FRIEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang