"Aku sangat merindukanmu hingga aku berharap bahwa kamu ada di sini saat ini, bersamaku. Dan jika kini kamu benar-benar ada di sisiku, bolehkah aku bertanya, is't real? Aku takut jika kenyataan bahwa kamu ada di sisiku hanyalah mimpi."
**
"Suamimu nggak ikut nganter, Vir?" tanya Yuli sambil berbisik di telinga Vira. Vira hanya menanggapi dengan senyuman tipisnya kemudian menggeleng. Yuli tahu suasana hati sahabatnya itu segera merangkul bahu Vira dan menghelanya untuk masuk peron karena kereta mereka akan datang tidak lama lagi.
Hari ini Vira dan Yuli beserta tiga rekannya yang lain akan berangkat ke Malang untuk melaksanakan kegiatan magang profesi selama kurang lebih satu setengah bulan ke depan. Mereka mengambil kereta siang dengan harapan keesokan paginya mereka sudah sampai di lokasi.
Vira awalnya sempat ragu untuk mengambil keputusan ini. Mengingat jika satu setengah bulan ke depan dia harus meninggalkan Jakarta, utamanya Revan yang sangat berarti baginya.
Kemarin saat berpamitan dengan keluarga, Mama sempat protes dan melarang Vira untuk berangkat. Pagi tadi pun saat telepon Mama masih sempat melarang, katanya kalau kangen nanti gimana nasib Mama dan siapa yang akan mengurus Revan. Bahkan Mama tadi juga terisak. Itu kalau Mama, beda lagi dengan Kak Cecil. Bumil satu itu malah mau ikut ke Malang, katanya dedek bayinya nggak mau jauh-jauh dari tantenya. Astaga. Untung Kak Alvin bisa membujuk Kak Cecil.
Dan pagi tadi, Revan pun harus terbang ke Singapura untuk menemui calon investor. Jadi, jangan tanya mengapa suami Vira itu tidak ada di sampingnya saat ini. Ada pun pasti kecil kemungkinan jika Revan mau mengantar Vira hingga stasiun. Orang itu sudah menyibukan diri dengan dunia miliknya sendiri.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka pun sampai di Stasiun Malang tepat pukul 05.00 WIB. Suasana lalu lintas sudah mulai merayap meskipun tidak sepadat Kota Jakarta. Keluar dari stasiun mereka langsung menuju rumah kontrakan yang sudah tersedia berkat bantuan dari DPL mereka, dengan menggunakan jasa taksi karena hanya itu satu-satunya kendaraan yang tersedia dan aman.
**
Tidak terasa tiga minggu sudah berlalu. Kegiatan magang mereka cukup padat karena dapat dikatakan kalau bulan ini adalah bulan sibuk bagi perusahaan tempat mereka magang. Kegiatan mereka dimulai dari pukul 06.30 WIB hingga 15.00 WIB setelahnya mereka baru bisa pulang dan istirahat. Waktu libur pun hanya hari minggu.
Selama ini tidak satu kali pun Revan menghubungi Vira, begitu pula sebaliknya. Sesekali Mama atau Mbak Rania atas permintaan si kecil Tama dan Indi menghubungi Vira. Sempat ada niatan untuk mengubungi Revan lebih dahulu tetapi egonya mampu mengalahkan niatan tersebut.
Hari ini kota Malang di guyur hujan yang cukup deras. Rencana jalan-jalan mereka terpaksa batal. Vira dan yang lain akhirnya terpaksa memilih mengistirahatkan diri di kontrakan untuk menikmati malam minggu mereka. Dan tampaknya hujan yang sedari tadi pagi mengguyur masih belum ada niatan untuk reda. Padahal sekarang hari sudah mulai larut. Harapannya besok hujan sudah reda, tapi melihat hujan sederas ini kemungkinan besok hujannya pun masih awet seperti ini.
"Vir... masuk gih, dingin ntar lo masuk angin lagi", ucap Dion sambil menyampirkan jaketnya di bahu Vira.
"Thanks", ucap Vira dan tersenyum. Dion hanya mengangguk kemudian duduk di samping Vira.
Hening. Keduanya hanya duduk diam di teras sambil sesekali menyesap cokelat hangat mereka.
"Vir..." panggil Dion memecahkan keheningan.
"Hmm", gumam Vira menanggapi.
"Lo udah ada pacar?" tanya Dion kemudian.
"Eh. Maksudnya?" tanya Vira heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
RomanceDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...