Chapter 17 (Prilly dan Rumah Sakit)

2.7K 108 0
                                    

***

"Ibu harus menandatangani surat persetujuan pemeriksaan ini. Bila ingin mengetahui penyakit anak ibu lebih lanjut" Jelaskan dokter itu pada Mama Prilly

"Iya dok, yang penting tangani anak saya secepatnya" Ucapnya dengan sedikit gelisah sambil menandatangani surat persetujuan pemeriksaan laboraturium.

"Baik, ibu tunggu ya, hasilnya bisa diketahui 3 jam lagi" Senyum dokter itu, sambil bergegas memberikan tugas baru pada suster-suster, untuk memeriksa penyakit Illy.

Mama Prilly langsung menemui Ali, Milla, dan juga Kevin. Setelah Mama Prilly bertemu Milla di dalam ruangan Prilly. Mama Illy menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Milla.

"Uda bu, nanti kalau Prilly tau ibu menangis kasian Illy. Pasti dia ikut sedih. Dan menambah beban fikiran untuknya bu" Ucap Milla menenangkan Mama Prilly sambil mengelus pundak wanita paruh baya itu.

"Ibu merasa sudah lama tidak memperhatikan Prilly. Ibu memilih menemani Ayah daripada menemani anak ibu satu-satunya yaitu Prilly. Ibu merasa gagal menjadi seorang Mama yang baik untuk Illy" Ucapnya dengan masih terisak.

Di ruang rawat Illy saat ini, suasana menjadi haru. Ali juga ikut sedih. Tapi Kevin malah ketiduran di sofa. Dengan masih perasaan gundah Ali duduk di samping ranjang tempat ditidurkannya Illy.

Ali merasakan setiap hembusan nafas Prilly yang terdengar lemah. Ali memegang erat tangan Prilly sambil memandang kedua kelopak mata Prilly yang tak kunjung terbuka.

Beberapa saat kemudian, terlihat setetes air mata keluar dari sudut mata indah Prilly. Apakah Prilly tahu disini suasananya sedang sedih?

"Ibu, itu kan Prilly mengeluarkan air mata. Pasti dia sedih. Udah bu jangan sedih lagi. Pasti kalau Illy tahu Mamanya disini dia sangat gembira" Hibur Milla.

Mama Prilly langsung mencium pundak kepala anaknya dan menghapus air matanya yang menetes di ujung matanya.

"Nak, apakah kamu yang udah jagain Prilly selama saya ke pergi?" Tanya Mama Prilly pada Ali.

"Saya hanya menemani Prilly dan menjaga senyumnya tetap terpancar. Saya belum bisa menjaga Prilly. Milla lah yang sudah menjaga Prilly Buk" Jawab Ali dengan lembutnya pada Mama Prilly.

Suasana kembali hening. Kevin dan Milla sudah pamit pulang. Tinggal Ali dan Mama Prilly yang menunggu Illy saat ini.

Dokter yang ditunggu-tunggu untuk memeriksa penyakit Prilly masuk ruangan. Dia bersama suster-suster dan membawa beberapa alat untuk mengambil sebagian darah Prilly untuk di cek ke laboraturium.

"Permisi, maaf bisa ditunggu diluar ruangan dulu? Kami ingin mengambil darah Illy yang akan di cek?" Ucap salah satu suster dengan lembut.

"Iya sus, lakukan yang terbaik untuk anak saya" Senyum Mama Illy.

Ali dan Mama Illy keluar dari ruang itu.

***

"Nak, kamu gag pulang atau makan malam dulu? Nanti kamu sakit kalau tak makan" Tanya Mama Illy pada Ali.

"Saya ingin menemani ibu menunggu Prily" Jawab Ali dengan senyumnya.

"Aghhhh...." Erang Ali sambil mencengkeram dadanya dengan sangat kuat.

"Kamu kenapa nak?"

Pandangan Ali lama-lama gelap, menghilang dan lenyap.

***

"Aku tak akan pergi jauh, tenanglah"

"Aku menyayangimu"

"Aku mencintaimu"

Strength In The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang