Chapter 9: Mission

3.7K 295 14
                                    

Note: Ayo jangan bosen ngevote! 200 vote untuk lanjut seperti biasa~

✨🎭✨


       UJIAN kenaikan kelas memang sudah selesai, tetapi untuk menunggu pengambilan rapot masih sekitar satu minggu lagi, dan selama itu pula anak-anak masih ada kegiatan di sekolah, seperti class meeting salah satunya.

Setiap kelas harus ada perwakilan untuk ikut lomba yang diselenggarakan. Semua kelas dari yang paling bawah sampai atas ikut berpartisipasi dan pastinya sibuk.
Sementara klub teater memikirkan hal lain untuk itu, waktu yang mereka miliki hanya tinggal satu minggu untuk mempersiapkan semuanya.

“Aku mohon maaf karena kita hanya punya waktu satu minggu, jadi dimohon kalian harus hadir setiap hari untuk latihan.” Ucap Sasori sebagai ketua klub.

Sakura mengangguk, “Aku dan tim akan segera menyelesaikan properti dalam dua hari, kami janji.”

“Dan untuk kalian yang bersedia berpartisipasi, kami mohon hafalkan dialog kalian terlebih dulu, setelah itu baru kita bisa praktek bersama.”

Naruto mengangguk-angguk bingung, Gaara tersenyum, dan Sasuke menekuk wajahnya kesal. Bodoh memang dia, asal bicara saja waktu itu padahal dia sendiri yang terkena imbasnya. Kali ini ia juga tidak bisa lari, ia sudah membuat perjanjiannya dengan Sakura. Lalu sekarang mereka berdua dalam keadaan canggung karena kejadian kemarin ketika Sasuke secara terang-terangan memberitahu Sakura untuk tidak boleh bersama Gaara.

“Sial, aku ingin pulang.”

Gumaman Sasuke terdengar oleh Gaara dan membuatnya terkekeh, “Harusnya kau juga ikut perwakilan futsal untuk kelasmu yang tanding 2 hari lagi, kan?”

“Iya, tapi aku sudah berjanji dengan seseorang, jadi aku tidak bisa ikut-”

“Lemah! Apa-apaan, hanya ikut saja apa susahnya, menghafalkan dialog tidak sesusah menghafal rumus! Koboys akan bermain semuanya, tidak ada penolakan.” Naruto mencibirnya habis-habisan.

“Berisik, kalau aku kelelahan aku malas,”

“Dasar Ayam pemalas.”

Sakura yang tengah memindahkan beberapa kardus, melirik sebentar ke arah 3 pemuda itu. Di mana mereka sedang membaca masing-masing kertas naskah yang telah dibuat sebulan yang lalu. Dan sialannya, mereka bertiga berdiri tepat di depan kaca jendela, terkena semilir angin dan diterpa sedikit cahaya di belakangnya. Ketampanan yang bukan main lagi.

“Sakura!”

Ino buru-buru menutup hidung gadis itu dengan tisu yang sudah ia keluarkan dari tadi, Sakura yang menyadarinya segera menunduk dan bersembunyi di belakang kardus.

“Bukan salahku, memang ketampanan mereka saja yang kurang ajar telah memikat pandanganku,” bisiknya, tapi untungnya darah tidak keluar, jadi Sakura bisa aman, begitupula Sasuke di sana.

“Jaga pandanganmu, wahai kaum perempuan.” Ceramah Ino.

“Diamlah.”

Berpikir tentang Sasuke, sejak kemarin sebenarnya ia kesal dengan laki-laki itu. Karena belum juga ia bertemu Gaara untuk kedua kalinya, tetapi ia menyatakan bahwa Gaara tak cocok bersamanya? Pendapat macam apa itu?

Tapi Sakura jadi semakin berpikir lagi, alasan apa yang ia gunakan untuk bisa mendekati Gaara nanti. Apa ia harus mendekatinya? Tapi Sakura tidak mengerti. Atau mengatakannya pada Ino bagaimana untuk melakukan pendekatan? Sakura benar-benar belum pernah mengalami hal ini seumur hidup, Gaara adalah cinta pertamanya.

“Sakura, kita langsung saja mulai, ya?”

Sakura segera tersadar dari lamunannya dan tersenyum, “Ah, tentu.”

N o r o iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang