Digo memejamkan mata bulat hitamnya mengingat-ingat apa saja yang terjadi pada dirinya dulu, sebelum arwah ini terperangkap tak bisa lagi masuk ke dalam tubuh seperti sedia kala. Berhari-hari hatinya menangisi kebodohan yang dulu-dulu saat dirinya harus membangkang perintah seorang ayah.
Hening. Digo tak berkata lagi, kening gadis di sebelahnya mengerut melihat ekspresi sesosok arwah lelaki yang hanya diam tak kunjung membuka matanya. Sisi menghela napas panjang dengan jengah, wajah ayu milik gadis mungil itu sudah menampakkan rasa bosan. Dan Digo masih tetap saja seperti itu, walau waktu sudah berselang hingga sepuluh menit berlalu. Tak jarang seorang manusia melewati Sisi yang menatap gadis mungil itu aneh, orang-orang itu selalu memberikan tatapan yang tak bisa diartikan untuknya. Sumpah gue bete! ni arwah gak ngomong-ngomong. Apa arwah itu tidur? Gerutunya dalam hati.
"Gue gak tidur." Mata Digo sekilas membuka begitu saja selangkah dengan ucapan yang ia lontarkan barusan.
"Argh, ya cepet kenapa?! Gue penasaran!!" Oceh Sisi. Untung saja tak ada orang yang melewati lorong ini, jika saja ada, matilah ia akan dicemooh yang tidak-tidak.
Digo menatap Sisi tajam, hingga gadis mungil itu memundurkan wajahnya sedikit. Ia takut melihat arwah lelaki itu ketika menatapnya seperti ini, entahlah kenapa? Walaupun wajah arwah itu tak se-mengerikan seperti rupa hantu-hantu paling mengerikan yang pernah ia temui.
"Satu tahun yang lalu...."
Kini indra pendengaran Sisi mulai dipertajam agar tak sedikitpun melewatkan kalimat yang Digo lontarkan untuk memperjelas keadaan arwah itu sendiri sekarang.
Mulut lelaki itu, ralat! Lebih tepatnya mulut arwah lelaki itu mulai bergerak-gerak menyusun kalimat menjadi sebuah cerita yang pastinya panjang untuk didengarkan.
FLASHBACK-----*
"Terserah apapun yang ayah bilang, Digo gak percaya kalau itu gak ada buktinya!"
"Digo! Jauhi wanita jalang itu atau...."
"Atau apa yah?" Tantang Digo semakin panas.
Pria paruh baya itu mulai menatap anak lelakinya sendu. Hatinya terasa tertohok ketika seorang anak semata wayang yang dia banggakan mulai melanggar semua perintah-perintahnya. Ia tak main-main dengan larangan agar Digo tak mencintai perempuan gila itu, matanya melihat sendiri kelakuan seorang wanita yang telah membutakan hati Digo saat tak bersama Digo.
Para pekerja rumah tengah pulang ke kampungnya masing-masing, karena jatah libur akhir tahun sedang mereka dapatkan untuk saat ini. Teriakan dan amarah semakin gencar mengumpul menjadi uap hitam yang semakin memanas. Rumah yang sepi semakin beguncang saat suara-suara berat itu termuntahkan dari mulut seorang anak dan bapaknya.
"Atau kamu enyah dari rumah ini!" Ancam pria itu tak sungguhan.
Digo sempat kaget mendengar pernyataan ayahnya agar ia segera angkat kaki dari bumi keluarganya.
"Baik, Digo pergi dari sini!"
Digo segera meraih kunci motor di bupet ruang kelurganya, lalu cowok itu melangkah pergi keluar dari rumah ini. Pikirannya sudah terbakar oleh kobaran cinta yang ia alami dengan wanita yang tak pernah ayahnya setujui sampai saat ini. Digo mengendarai motor itu dengan kecepatan cukup cepat, tak jarang kendaraan lain merasa jengah dengan perlakuan ugal-ugalannya di jalanan umum seperti ini.
Digo tak peduli orang-orang itu ingin memakinya atau memberinya pelajaran. Perasaannya sudah tertutup oleh baja yang tak dapat ditembus oleh apapun lagi. Lelaki itu tak tau harus pergi kemana sekarang. Sumpah demi apapun otaknya tak bisa berputar memikirkan sesuatu. Hanya ada wajah ayahnya yang memenuhi seluruh ruang kosong di dalam otaknya. Ada perasaan tak tega dan sebal yang berkecamuk di hati kecilnya, Digo tak bisa memilih salah satu dari pilihan itu semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Soul [mate]
FanfictionMenjadi seorang gadis indigo sebenarnya bukanlah pilihan. Sisi tidak bisa menyangkal jika di dalam tubuh mungilnya terdapat suatu kelebihan yang tak semua orang miliki. Hingga semua lika-liku hidupnya tak pernah surut dari kata mistis, miris, dan cu...