Part 4

816 68 0
                                        

"Lo apaan sih, Digo?! narik-narik gue. Gue masih ada tugas nih!" Sisi tak terima tangannya ditarik-tarik secara paksa di jam bertugasnya. Ia tak peduli tatapan dari orang-orang yang menatapnya aneh, ia sudah terbiasa dengan hal itu.

Gadis mungil tersebut merasa kesal atas perilaku Digo yang sama sekali tak ia sukai, pemaksaan.

"Katanya gue suruh kasih tau tempat-tempat yang harus lo liat. Jadi lo tinggal ikutin gue aja."

Sisi membelalakkan matanya tak habis pikir. Digo tak bisa mengerti jika jam tugasnya masih ada tepat di depan mata. Arwah itu benar-benar freak! Sisi tak bisa meninggalkan tugas itu, tugas adalah tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswi.

"Tapi gue masih ada tugas, Digo. Lo mau, nilai gue jelek gara-gara gue ninggalin tugas kampus gue?" Digo tetap menarik lengan Sisi secara paksa dan berpura-pura tak mendengar apapun. "Digo, lepas sekarang atau gue teriak," ancam Sisi. Digo yang mendengar ocehan aneh gadis yang ia tarik rasanya ingin sekali tertawa sekeras mungkin, tapi ia berusaha untuk menahan gelak tawa yang akan pecah. Teriak aja sesuka hati lo, orang lain juga pasti gak bakal nolongin lo! yang ada mereka ngatain lo gila! Haha batin Digo.

"Silakan aja lo teriak, gue gak peduli."

Sisi sudah bersiap-siap ingin mengeluarkan suara 8 oktaf yang jarang sekali gadis itu keluarkan. Mulutnya sudah menganga lebar, hendak berteriak. Digo memotongnya begitu saja,"Kalau lo gak malu dikatain gila sama orang-orang di sini karena teriak-teriak sendiri padahal gak ada yang gangguin lo." Sisi mengerang sebal, ingin rasanya ia mencakar wajah arwah sok kegantengan itu, tetapi ia menahan amarahnya yang sudah naik ke ubun-ubun dan menuruti kemauan arwah laki-laki yang menyebalkan itu.

"Oke-oke, sekarang lo maunya apa?" Tanya Sisi menatap mata teduh Digo.

"Gue mau ngasih tau tempat yang gue janjiin kemaren buat lo cari tau," ucap Digo setelah tangannya melepas tangan Sisi.

"Lo tunggu di sini dulu, gue mau izin sama dokter jaga buat balikin tugas-tugas gue ke kampus."

"Oke, jangan kabur lo."

"Ish, bawel. Iya kagak,"

Sisi mencari alasan agar diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit ini. Setelah diizinkan oleh dokter yang berjaga, ia langsung berlari menghampiri Digo yang telah menunggu dirinya di ruang tunggu yang berada tak jauh dari ruang inap raga arwah lelaki itu sendiri.

"Ayo pergi!" ajak Sisi dan diangguki oleh Digo.

Sisi dan Digo berjalan ke arah parkiran mobil Sisi berada. Setelah sampai mereka langsung berjalan sesuai dengan arah yang Digo tunjukkan. Sudah 30 menit perjalanan mereka dan Sisi merasa tak asing dengan jalan yang sedang mereka lalui.

Otaknya berjungkir balik, mencoba mengingat-ingat daerah apa yang kini tengah ia lalui bersama sosok arwah lelaki yang sangat menyebalkan. Masih dalam keadaan berpikir mengingat sesuatu, Sisi melihat tepian jalan yang memang benar-benar sering ia lalui.

"Nanti pertigaan belok kiri ya, Si." Ucap Digo memberitahukan arah menuju lokasi itu berada. Sisi merasa janggal dengan jalan ini.

Jalan ini, kok, gak asing menurut gue.Tuggu! Bukannya ini jalan arah ke kampus, ya? Sisi bertanya-tanya di dalam hati. Setelah 35 menit menumpuh perjalan, akhirnya mereka tiba di sebuah kampus yang begitu besar. Lah, ini mah kampus gue, ngapain Digo bawa gue kesini? Desahnya dalam hati bertanya dan meresa aneh dengan Digo. Apa masalahnya Digo membawa dirinya ke kampus?

Sisi tak mau ambil pusing, ia menolehkan kepalanya menatap Digo yang tengah memalingkah wajah pucat itu ke arah jendela pintu. Sisi berdeham. Mendengar dehaman gadis di sebelahnya, buru-buru Digo menatap gadis itu penuh tanya.

Behind The Soul [mate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang