SOMEONE FROM THE PAST

17.1K 2.2K 234
                                    

Karena beberapa hari yang lalu Dini bertanya padaku kenapa cerita Savara seperti ada bagian yang hilang, aku sudah menemukan jawabannya, ada bagian yang tiba-tiba berubah jadi draft, jadi aku unggah ulang sebanyak 2 bab kalau nggak salah. Kalau ada waktu luang, teman-teman bisa baca ulang sejak bab I. Mungkin ketinggalan baca bab yg sempat hilang.

####

"Nope." Cara Darwin mengucapkannya, huruf P-nya memantul, Vara memperhatikan. "Wanita sah sekali menggunakan mobil yang tidak memerlukan banyak gerakan seperti ini, jadi mereka bisa sambil memasang bulu mata, menggambar alis ... oh hey ... jangan marah." Darwin melihat Vara melotot semakin lebar.

"Kamu seksi saat kamu bawa mobilku dulu. And I bet you look cute ... kalau bawa mobil ini. Cuma mobil seperti ini tidak cocok untukku. Terlalu cute. Laki-laki itu kakinya bekerja, tangannya juga bekerja." Mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang: people can't say "manual" without first saying "man".

"Kenapa kamu seksis? Mobil ini membuat hidupku lebih mudah. Hidup lebih mudah itu menyenangkan. Kenapa aku nyuci baju pakai tangan kalau ada mesin cuci? Kenapa aku tumbuk apel kalau ada blender? Mobil juga sama saja. Jadi tangan kiriku bebas dan aku bisa pakai buat makan." Vara tidak mau kalah.

"Aku bukan seksis. Masalah style saja. Ini ... kurang cool. Untukku."

"Cool itu kalau bisa nyetir dengan bener, apa pun mobilnya. Mau Range Rover, mau angkot. Nggak melanggar marka, nggak terobos lampu merah, nggak tiba-tiba motong kanan tanpa kasih sign ... SIM-nya nggak nembak. Itu namanya cool."

Darwing mengangguk-anggukkan kepala.

"Kenapa kamu diam?" Vara heran Darwin tidak mendebat lagi.

"Apa yang harus kuributkan lagi? Aku setuju denganmu. Seratus persen." Gadis impiannya ada di depan mata. Orang yang bisa mempertahankan pendapatnya. Tidak hanya iya-iya saja saat diajak berdebat.

"Kamu ingin mencari sepatu yang seperti apa?" Darwin mencari jalan untuk masuk ke jalur lambat.

"Nggak tahu." Pengetahuannya tentang sepatu lari tidak ada sama sekali dan Vara tidak ada waktu untuk mencari tahu.

"Lalu kita akan keliling-keliling tidak jelas di mal sampai ketemu sepatu yang cocok?" Darwin tidak bisa mempercayai ini. Karena dia berharap Vara berbeda dengan kebanyakan wanita yang suka window shopping.

"Iyalah. Menurutmu?"

"Seharusnya kamu sudah siap mau cari merek apa, model apa. Kalau perlu sudah punya gambarnya dan tahu range harganya. Jadi...."

"Kita belanja dengan caraku." Vara tidak mau berdebat masalah perbedaan cara belanja laki-laki dan wanita. Atau cara belanja Darwin dan Savara. "Bukan caramu."

"Biar hemat waktu, Vara. Kita bisa cepat latihan. Makan malam." Darwin mengulurkan tangan dan mengambil kertas parkirnya.

"Tujuan shopping memang untuk menghabiskan waktu." Bagaimana mungkin orang berpikir sebaliknya? Jika sudah meniatkan untuk belanja, orang, paling tidak, harus meluangkan waktu minimal setengah hari.

"Menghabiskan waktu kan...." Darwin melirik Vara yang terlihat sebal. "Baiklah ... Aku akan menemanimu sampai mal ini tutup juga kalau perlu." Demi melihat wajah Vara yang seperti ingin mencakarnya, Darwin urung mendebat lagi.

Bisa kiamat kecil di dunianya kalau harus keliling mal sampai malam. Main futsal terdengar lebih menyenangkan. Tetapi mau bagaimana lagi, terpaksa Darwin menuruti Savara demi bisa menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersamanya.

SAVARA: YOU BELONG WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang