WHOM SHOULD ONE CHOOSE

21.7K 2.3K 182
                                    


Bantu aku ya!

Aku sedang mencari nama untuk salah satu tokoh dalam cerita SAVARA ini. Sebetulnya sudah pernah ada nama yang kugunakan, tetapi aku kurang suka dengan namanya. Tokoh yang memerlukan nama adalah mantan pacar Darwin. Seperti tokoh wanita yang kureka, dia mandiri dan cerdas, bekerja sebagai brand manager di perusahaan consumer good.

Silakan teman-teman usulkan nama--boleh lebih dari satu--di kolom komentar. Mulai dari hari ini, hingga tanggal 30 Juni 2019. Boleh nama sendiri atau nama siapa saja. Aku akan pilih satu nama yang kurasa cocok, kalau belum cocok, nanti aku adakan pemilihan lagi hehehe.

ADA HADIAH dariku untuk yang usulannya terpilih. Plus, akan ada tempat spesial untuk pengusul pada halaman persembahan di buku SAVARA, ketika diterbitkan suatu hari nanti.

Kutunggu ya! Thank you.

####

Tidak ada yang salah dengan membiarkan seorang laki-laki tahu bahwa Vara menyukainya. Vara menarik napas dalam-dalam. Terserah kalau banyak wanita percaya bahwa laki-laki yang harus menyatakan perasaan lebih dulu dan merasa kodratnya tersalahi kalau sampai melanggar aturan tersebut. Sebagian wanita punya cukup nyali untuk tidak menjadi bagian dari kelompok itu. Benar, Saudara-saudara. Apakah harus jual mahal dan menunggu sampai hati hancur, ketika laki-laki yang disukai membagi undangan pernikahan? Undangan pernikahannya dengan wanita lain yang lebih berani dan mau mengambil risiko menghadapi penolakan.

"Aku menyukaimu." Vara sudah mengatakannya, setelah memastikan bahwa tidak ada orang di kiri dan kanan mereka—teman-temannya semua sedang ribut berfoto sambil tertawa-tawa—yang memperhatikan percakapan ini.

Raut terkejut dan tidak percaya tergambar jelas di wajah Mahir.

"Aku sudah bilang. Sudah ada yang lepas dari dadaku." Vara mengangkat bahu.

"Kamu serius, Var?" Mahir belum percaya dengan apa yang telah didengarnya.

"Ya. Sudah lama. Dua tahun ini." Tapi kamu menyukai Amia, tambah Vara dalam hati.

"Aku ... aku nggak tahu...." Mahir tampak kebingungan menyusun kalimat.

"Aku juga nggak tahu...." Kenapa dia bisa menyukai laki-laki ini?

Vara sudah akan melanjutkan kalimatnya saat Darwin lebih dulu menghampirinya.

"Ayo pulang," ajak Darwin.

Setelah menimbang-nimbang sebentar, Vara bangkit dari duduknya.

"Guys, duluan ya," pamitnya kepada semua orang yang masih sibuk ber-selfie.

"Mentang-mentang punya pacar, Var, pulang duluan. Biasanya ngobrol sampai malam." Terdengar Friska memulai olokannya dan seketika semua orang ikut mengolok Vara. Sambil tertawa Vara melambaikan tangan dan berjalan keluar bersisian dengan Darwin.

"Mantan pacar?" Darwin melirik Vara yang berjalan diam di sebelahnya.

"Bukan. Kenapa kita harus pulang?" Doa penutup bahkan belum dibaca.

"Kita harus pulang di saat yang tepat, Vara. Walaupun laki-laki itu tetap di sini sampai acara ini berakhir, kamu harus pulang lebih dulu. Biar dia pikir kamu ada kesibukan lain selain reuni ini. Dan kesibukan itu melibatkan laki-laki lain." Darwin sudah tahu laki-laki yang bicara dengan Vara tadi adalah laki-laki yang disukai Vara. Tahu dari Amia.

"Nggak ada gunanya bikin dia cemburu." Rasanya Vara sedikit mengerti maksud Darwin. "Karena dia nggak menyukaiku...."

"Bagaimana kalau aku jadi pacarmu seharian ini? Bilang saja apa yang ingin kamu lakukan kalau kamu punya pacar, kita akan lakukan." Nada kecewa yang keluar dari bibir Vara tadi mengganggu Darwin. Apa saja akan dia lakukan untuk menghibur Vara. Juga membuat Vara melupakan laki-laki itu, kalau memungkinkan.

SAVARA: YOU BELONG WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang