Goodbye Ebina

882 85 0
                                    

Sudah hampir seminggu aku bekerja tanpa henti, dari pagi ke pagi lagi. Kini setelah selesai aku menjaga toko aku langsung bekerja lagi, membersihkan restoran daging sapi, dimana tempatku bekerja membersihkan semua peralatan madak dan makannya tiap siang.

Aku baru bisa pulang sekitar jam 1 malam, dan itulah akhir dari pekerjaan untuk satu hari. Sudah cukup banyak uang yang aku dapatkan dari hasil upayaku.

Aku membeli obat obatan yang mahal untuk membantu kesehatan Ebina karna uang yang aku hasilkan tetap tidak cukup untuk opname di rumah sakit, Ebina juga tetap keras kepala tidak mau di rawat di rumah sakit. Dan semakin kesini tubuh Ebina makin melemah, bahkan kini ia benar benar tidak bisa mengeluarkan suaranya.

Ia hanya berbisik pada ku agar aku dapat mendengar apa yamg ia katakan. Mengapa ini terjadi pada saudaraku, Andai Tuhan dapat mengubah takdir Ebina yang kejam ini dan memberikannya padaku yang tidak bisa melakukan apa apa.

"Aku pulang"
Dengan suara lemasku aku masuk kedalam rumah satu petak kecil yang telah menemaniku dan Ebina selama ini

"Kau belum tidur?"

Aku melihat Ebina yang terduduk lemah dengan selimut tebal yang menggulungnya, ia melihat album foto kami saat masih kecil

"Kau merindukan masa masa itu?"

Aku tersenyum kecut padanya, aku tidak bisa menahan tangis ku

Ia hanya sanggup mengangguk. lalu ia mendekatkan dirinya padaku, bermaksud agar aku mendengar bisikannya

"Terima kasih atas segalanya, Ebiko"

suara kecilnya yang jelas terdengar di telingaku.. Aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa

"Sudah.. sudah cukup sampai sini"

Lanjutnya, yang langsung memelukku

Aku hanya mampu membalas pelukannya dengan erat

"Kau akan segera sembuh, jangan khawatir.."

Air mataku mulai menetes perlahan mengenai selimut yang melindungi badan Ebina

"Ebikoo.. sebenarnya aku sudah tahu sejak lama, kalau aku terkena penyakit membahayakan ini"

Perkataannya membuat ku kaget, apa maksudnya?

"Apa maksudmu?"

"Aku.. sejak aku tidak membalas surat suratmu waktu itu, aku shock berat di sana sampai sampai aku tidak mampu menghubungimu dan membalas semua suratmu"

Mendengar itu sangat membuatku jengkel, kenapa? kenapa ia tidak memberi tahu aku dari awal?

"Sudahlah Ebina, kau akan sehat! Kau akan selalu bersamaku! Kau akan menjadi penyanyi sepeti impianmu!"

Aku membentaknya dengan tetap memeluknya

"Aku datang kesini, dari jauh jauh hari karna aku telah menerima nasibku Ebiko. Sekarang aku hanya ingin menghabiskan waktu waktu terakhirku bersamamu, jadi kau tak perlu sudah payah mencari uang untukku"

Suara Ebina kini makin terasa kecil dan serak, ia menangis di pelukanku, Aku pun meneteskan air mataku. Tuhan aku tidak sanggup dengan semua ini!

"Ebiko.."

"Hmm?"

"Saat aku sudah tidak ada, kau.. pergilah ke Seoul, menggantikan aku di sana"

"Apa maksudmu hah? menggantikan mu? Apa kau bercanda?!"

Aku menggerata padanya, tapi ia malah mengusap rambutku

"Selama ini, kau selalu hidup susah, sedangkan aku malah enak enakan di kota, menikmati segalanya yang aku dapatkam dari bakatku, kini waktunya untukmu menggantikan posisiku, belajar lah di sana.. Ini permintaan terakhirku Ebiko"

Ia menangis menjadi jadi dalam pelukan hangat kami, aku hanya bisa terdiam mencerna perkataan Ebina yang membuat hatiku sakit.

"Ebikoo.."

"hmm?"

"Berjanjilah.. Kau akan hidup bahagia"

Aku memeluknya dan mengangguk menjawab perkataannya

"Aku lega sekarang, Terima kasih sudah menjadi teman hidupku selama ini Ebiko"

Aku merasakan pekukannya yang kini mulai terasa melonggar, ia menjatuhkan tangannya lemas dan pelukannya padaku pun terlepas. Aku tidak mendengar isak tangisnya lagi, aku tak merasakan nafas dan detak jantung dalam tubuhnya yang sedang ku peluk ini..

Aku hanya memeluknya dengar erat dan aku menangis semakin menjadi jadi..

Ebina....

......

Never MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang