Sadness In Chuseok Night

643 53 3
                                    

Kami sampai di villa bernuansa kuil di daerah gangnam, tempat tujuan kami. Aku sekamar dengan trio ku (?) Bin dan Momo. Karna ini tour penyelanggaraan ulang tahun Music Club yang ke 22. Kami bebas bersenang senang dalam tour ini tanpa 'study' seperti tour biasanya.

Karna besok adalah hari 'Chuseok' seluruh kejuruan di Music Club dari bidang bernyanyi, dance, dan lainnya akan makan bersama malam ini. Ini kali pertamaku merayakan Chuseok bersama teman teman.

Mengingat kejadian tadi mood ku masih di ambang kekesalan, saat semua turun dari bus dengan centilnya Jio merangkul erat tangan Alden dan menyeret Alden. Alden sempat mencoba melepaskan Jio tapi Jio dengan manjanya sangat kekeuh untuk terus bersama Alden. Akhirnya mereka pergi berdua entah kemana.

"Menurut kalian Alden dan Jio kemana?"
Tanyaku lesu pada Bin dan Momo yang juga sedang merapihkan barang bawaan kami di kamar.

"Entah, mungkin mereka makan siang keluar"
Bin menjawab asal pertanyaanku

"Itu sudah sering terjadi kan, Jio. Mentang mentang anak kepsek seenaknya aja ngatur murid lain dan korbannya Alden, cowok yang nolak mentah mentah Jio 2 bulan lalu"
Tak sadar Momo menceritakan hal yang tidak aku ketahui.

"Kau ingatkan insiden saat itu? Saat Alden menolak Jio di kerumunan para murid dan malah menggandengmu keluar kelas, sungguh romantis sekali Alden"
Jelas Momo yang masih mengoceh, ternyata Jio sangat terobswsi dengan Alden

"Jio tidak bisa menerima kenyataan kalau Alden lebih memilih Ebina"
Bin ikut angkat bicara yang membuatku semakin mengerti dengan keadaan ini

.........

Malamnya kami bertiga bertemu dengan Hobie, Cimin, dan Alden
Kami akan makan malam bersama di ruangan yang sudah ramai oleh murid lain. Kicau kebahagiaan dan semangat dari murid mulai bergemuruh saat kue Songpyeon dan makanan lezat lainnya di hidangkan di meja.

Kue Songpyeon, kue beras yang berisi Kacang merah atau Wijen yang hanya di sajikan saat hari Chuseok ini memang sangat enak, apa lagi sekarang di sediakan 2 rasa utama yang berciri khas, Kacang merah dan Wijen.

Kami beramai ramai berdoa menyukuri malam Chuseok ini, dan makan bersama. Malam yang menyenangkan, yah walau di depan pandanganku serang Jio masih sama manja pada Alden. Aku hanya menatap mereka malas. Jujur saja, terbesit rasa 'cemburu' ku pada mereka.

"Ebina."
Alden memanggilku yang hendak berjalan mencuci tangan

"Apa?"
Jawabku dengan malas

"Kau masih marah?"
Kini ia menatapku dengan dalam berharap aku tidak marah padanya

"Aku tidak apa apa"

Alden menghela nafasnya saat mendengar jawaban seadanya dariku

"Aku ingin bicara padamu, tapi sekarang aku harus rapat osis sebentar, kau bisa menungguku selesai rapat nanti? Aku akan menemui di taman depan villa. ya?"

Alden adalah anggota osis? Aku baru tahu.

"O? ehm baiklah"

"Aku janji tidak akan lama. Aku akan menemui mu"

Aku mengangguk setuju

.

Sudah hampir 1 jam lebih aku terduduk di kursi taman villa ini, hanya pemandangan malam yang indah dan dingin yang menemabiku disini.

Saat acara makan bersama selesai para murid kembali ke kamar mereka termasuk Momo, dan Bin. Tapi tidak denganku, Aku akan bertemu Alden di sini seperti yang tadi Alden bilang. Aku sempat di cegah untuk keluar malam seperti ini oleh Bin, tapi Alden telah berjanji untuk menemuiku, Jadi aku harus datang untuk menemuinya.

Kini aku menunggu seperti orang bodoh, yang hanya berharap Alden cepat datang, karna sungguh di sini dingin sekali.

Aku berjalan kecil mengelilingi taman ini dan mengeratkan jaket di tubuhku ini. Tapi ada yang janggal di sana.

Seperti ada suara orang bertengkar?
Karna rasa pensaranku aku pun sampai ke tempat suara itu berasal.

"Alden?"
Aku terpatung saat melihat hal yang kini ada di depanku.

Alden memeluk Jio dengan tangannya dan mengusap rambut Jio yang tengah menangis di pelukannya.

Aku melangkah mundur dan tertunduk sakit melihat semua ini.

Alden melihat aku yang hendak pergi namun dengan cepat ia melepaskan pelukannya dan menarik lenganku

Aku menatapnya tajam, mataku hampir merah menahan tangis yang hendak keluar dari mataku

"Ebina. Kau mau kemana?"
Dengan polo s bisa bisanya Alden bertanya seperti itu? Ck.

"Meninggalkan adegan romantis kalian"

"Apa maksudmu? Aku bisa menjelaskan ini. Kau salah paham Ebina"

"Apa yang salah? Ya. Aku bukan siapa siapa untukmu. Hingga janji yang kau ucapkan tadi kau abaikan. Aku menunggumu berjam jam di sana hanya untuk mengikuti perkataanmu."

Kini Alden menarapku dengan penuh rasa 'bersalah' Di sana aku melihat Jio yang tersenyum licik ke arahku

"Aku tahu aku salah. Tapi kau harus dengarkan aku dulu"
Alden melemahkan suaranya memelas padaku agar aku tidak geram dengan suasana ini

"Sudahlah Alden. Kau tidak perlu memperdulikan aku, Kita hanya teman yang akan segera baikan. Iyakan?"

Aku melepaskan genggaman tangannya dari lenganku dengan kuat, aku berjalan pergi meninggalkan mereka.

Aku tidak perduli lagi dengan apa yang di lakukan Alden. Aku sangat kecewa. Aku tahu aku berlebihan dan terlalu bawa perasaan. Tapi sikap baik dan lemahnya Alden padaku membuatku luluh jatuh padanya. Aku rasa ia juga tahu kalau aku menyukainya dari sikap ku yang juga 'lebih' padanya.

Malam ini aku melihatnya berpelukan dengan Jio, Aku kira ia hanya akan memeluk gadis yang menguasai hatinya. Seperti saat ia memelukku malam itu.
Setelah melihat kejadian itu. Kini aku berpikir bahwa Alden juga memiliki perasaan pada Jio.

Pikiran negatifku tentang Alden terus menjurus di kepalaku. Membuat relung hatiku sangat sesak.

Tuhan.
Tolong ingatkan aku..
Kalau dia bukanlah milikku.

Never MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang