My life just a Lie

455 48 1
                                    

Beberapa hari belakangan ini, semenjak kejadian di cafe tentang aku dan Jio itu menyebar semua murid hampir satu sekolah ini membicarakanku, aku jadi topik pembicaraan terpanas

Secara Ebina yang dikenal begitu berprestasi dan terkenal menjadi penyanyi panggung di cafe kini menjadi seorang pelayan biasa, terlebih praktek praktek yang mengiringi hari audisiku terus aku jalani dengan kacau

Bernyanyi, adu kecerdasan soal vocal, penguasaan panggung. Semua praktek itu kacau karna Aku seorang Ebiko yang tifajemiliki bakat sama sekali.

Hari ini adalah hari terakhir pengambilan nilai praktek untuk audisi karna audisi akan di adakan lusa, aku sudah terbiasa dengan tatapan orang ke padaku. Aku sudah terlalu lama memendam rasa takut, gugup, malu, dan sakit sendirian

"Ebina Jung,"

Suara pelatih itu, guru yang mengambil nilai praktek ku saat hari pertama, ia memanggilku saat aku hendak memasuki kelas. Ada apa?

Lantas aku menoleh padanya dan ia memberikan aba aba untuk ikut dengannya
Ke kantor. Ruangan guru.

"Ebina Jung, sebenarnya ada apa denganmu? Kau tahu, nilai mu turun drastis dari awal praktek sampai sekarang"

Jelasnya yang membuatku menunduk, tatapan ku datar. Pikiranku kosong meratapi keadaanku kini

"Maafkan aku"

Ya. Hanya itu yang bisa aku ucapkan padanya

"Sebenarnya dengan nilai sekecil ini kau tidak bisa ikut audisi, seleksinya ketat dan butuh banyak pertimbangan. Dan jika nilaimu tidak bertambah kau bisa tidak lulus tahun ini"

Ya. Itulah jawaban untukku
Audisi tahun ini adalah audisi terakhir untuk siswa didik angjatan tahun ini, jika ia lolos audisi brarti ia di luluskan dan mulai menjadi Trainer di agensi tersebut.

Begitu juga sebaliknya, jika tidak lolos audisi harus mengulang satu tahun pelajaran dan mengikuti audisi susulan tahun depan sampai lulus

"Aku akan berusaha sebibsaku"

Jawabku seadanya, guru ini hanya menatapku kasihan

"Aku percaya dengan bakatmu Ebina, aku tahu kau anak berkompetensi tinggi dengan suaramu. Jadi apa pun yang terjadi aku akan memperjuangkan murid sepertimu"

"Maksud ibu?"

"Aku masih berharap penuh denganmu, maka itu jika nilai terakhirmu tetap kecil. Sekolah akan tetap mengangkatmu untuk tetap bisa ikut audisi, kau juga siswa teladan dan bisa mendapat beasiswa disini. Jadi kami akan tetap memasukan mu untuk ikut audisi lusa"

Aku hanya tercengan mendengar perkataannya, memang benar perkataannya. Tapi audisi untuk sebuah lebel entertain. Itu sangat berat untukku

Aku hanya mengangguk lemas,

"Terima kasih"

Aku memberi senyuman ulasku padanya.

Sambil berjalan keluar ruangan itu, aku terus berfikir apa yang harus kulakukan lusa nanti.
Aku pasti akan lebih malu dan orang orang akan semakin heran dengan Ebina juka saja aku tidak lulus.

........

Setelah praktek vocal tadi. Lagi lagi aku mendapat kritikan dari guru guru. Aku yakin nilaku kali ini kecil juga

Hobie, Cimin, Bin, Momo, Alden mereka sudah tertera namanya masuk untuk audisi tapi aku?

Aku juga. Karna pelatih tadi tersenyum padaku dan kulihat ia memasukan namaku juga kertas daftar murid untuk Audisi

Alden langsung berpamitan pergi karna ada rapat osis
Dan teman teman ku yang lain hanya bertanya tanya dalam pikirannya. Momo, Bin?
Mereka langsung pergi tanpa menatapku

Momo : "Aku heran. Padahal Ebina tidak melakukan apa apa, ia tidak berlatih sekeras kita. Tapi kenapa ia tetap di loloskan untuk audisi,m"

Bin : "Entahlah mungkin itu adalah nilai kasihan untuknya"

Momo : "Aku harap ia benar benar bersungguh sungguh saat audisi nanti"

Begitu juga Cimin dan Hobie

"Aku tidak percaya Ebina bisa masuk audisi"

Ceplos Cimin di depanku

"Heh kau ini bicara apa."

Kulihat Hobie mengumpat menepuk Cimin, bermaksud agar aku tidak bersedih hati?

"Tapi yang ku tahu nilai Ebina turun kan, kok bisa tetep masuk?"

"Cimin!"

Hobie lagi lagi menatap Cimin menekankan agar ia berhenti berbicara seperti itu.
Aku rasa teman temanku tidak peecaya tapi mereka tetap aneh padaku

"Ini adalah nilai kasihan untukku Cim, guru pelatih kita memaksakanku untu tetap ikut audisi karna aku sudah di kenal sebagai murid unggul"

Jawabku mencoba tersenyum pada mereka

Cimin hanya menatap Hobie heran, aku tahu maksud mereka

"Ahaha ya tentu saja Ebina. Kami harus segera pergi ke ruang latian hehe. Ayo pergi"

Hobie menyeret Cimin pergi meninggalkanku. Aku tahu Hobie bermaksud agar Cimin berhenti mencibirku tapi yang ada aku malah tambah down.

.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hmm memikirkan penampilanku untuk audisi"

Alden tiba tiba menyergap duduk di sampingku yang sedang meminum soda sendiri di taman sekolah pelatihan ini

"Kau tahu? Hobie dan yang lain tengah bersenang senang di ruang latihan, aku kira kau di sana ternyata duduk sendiri seperti anak ilang haha"

"Aku sedang tidak mood bercanda Alden"

"Kenapa? Kau gugup hm?"

Alden mengusap keningku, aku hanya mengabaikannya karna tidak ada mood

"Nilaku kecil, aku takut aku tidak bisa melakukannya. Aku takut audisi itu"

Tanpa sadar aku mengatakan hal yang salah. Aku mencoba menjernihkan pikiranku.

"Hey, seorang Ebina masa berbicara seperti itu? Bukankan kau selalu menunggu saat saat seperti ini, jalan untuk menuju cita citamu kan"

Aku mengangguk enteng,

"Kau pasti bisa melakukannya."

Aku menatap Alden yang tersenyum tulus padaku. Aku heran, disaat semua orang mulai mencurigai aku. Tapi hanya Alden yang berada di pihakku

Apakah tidak pernah terbesit di pikirannya untuk melihatku seperti pandangan curiga orang lain?
Ia tetap membelaku. Ia terus berada di sampingku dan mempercayai aku.

Aku sangat sedih jika mengingat bahwa aku telah membohongi semua orang. Berpura pura bermain peran sebagai soerang Ebina. Laksana putri terkenal satu sekolahan padahal ia hanya seorang anak sebatang kara.

Aku telah menbohongi teman teman. Aku telah membohingi Alden

Kepercayaan Alden padaku, perasaan Alden padaku, sikap Alden padaku..

Apa akan terus begini jika aku mengatakan hal yang sebenarnya?
...

Never MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang