Gaze Cynical

579 49 4
                                    

Aku sudah bangun pagi sekali, sepertinya hanya aku yang baru bangun. Ya kedua temanku Bin dan Momo masih terlelap di dunianya masing masing.

Aku segera mencuci muka ku. Aku berkaca di cermin dan menepuk pipi ku yang tembem ini, mataku sedikit sembab karna tetesan air mataku semalam. Ya karna kejadian semalam, aku mencoba untuk tidak menangis. Karna bagaimanapun aku tidak berhak cemuburu atas Alden

Tapi perasaanku yang murni yang telah menghayat hayat hati sesakku hingga saat itulah untuk pertama kalinya aku menangis untuk seorang lelaki.

"ehm.. Ebinaa? Kau sudah bangun?"
Suara Momo membuat memacah pikiran negatif ku. Aku segera menyelesaikan cuci muka ku dan menghampirinya

"Kalian sudah bangun?"
Aku berkacak pinggang melihat kedua temanku yang masih uring uringan di kasur, wajah mereka benar benar lucu haha

"O? Ebina? Kau benar benar sudah bangun?"
Momo mentapku kaget. Aku mengangguk meng-iya kan perkataannya

"Kau. Tumben sekali? Kalau urusan bangun pagi kau pasti selalu kesiangan tapi ini? Sungguh keajaiban kau bangun sepagi ini"

"Ahaha ngawur. Aku selalu bangun jam segini kok"

"Tidak. Aku sungguh sungguh."
Momo kini kaget mendilik melihatku.

DEG

"aah benarkah? kalau begitu bukannya bagus untukku hehe"
Aku mencoba mengikuti 'alur' seperti Ebina. Ebina memang tidak pernah bangun sepagi ini, tidak sepertiku

"Aku kira kau bukanlah Ebina yang aku kenal, karna belakangan ini juga kau sangat berbeda."
Momo kini menatapku aneh

"Sudahlah ributnya, ini masih pagi"
Bin mulai angkat bicara

"Ini tetap aku kok ahaha, ayo mandi."
Aku segera menyudahi topik ini. Hampir saja karna hal kecil aku goyah. Aku harus lebih hati hati.

.......

Pagi di sini sangat sejuk, banyak pohon rindang di sekitar penginapan. Karna penginapan ini bertema kuil, kami memakan masakan tradisional di pagi hari.

Aku, Momo, Bin, Hobie, dan Cimin sudah lengkap bercanda riang sambil melihat pemandangan yang asri di sini. Kami berniat untuk berfoto di musium kuil dekat penginapan sini. Tanpa Alden. Dari pagi aku penasaran kenapa ia tidak bersama Hobie dan Cimin. Aku sangat ingin bertanya tapi aku mengurungkannya mengingat kejadian semalam.

"Dimana Alden?"
Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Bin

"Entahlah. Dari pagi kita tidak melihatnya, semalam ia ke kamar dengan wajah yang sangat.. Ah absurd dan susah di jelaskan"
Lontar Hobie pada kami

"Alden kelihatan frustasi sekali sejak pertama datang kemari, ia pasti sangat gelisah di kejar kejar olen si nenek sihir Jio"
Timbal Cimin

"Menurutku Jio cantik"
Hobie malah cengengesan ke arah kami yang menatapnya datar

"Gadis garang itu kau bilang cantik? Ia pernah menarik rambutku di depan orang orang. Kami ribut besar hanya karna kesalahan kecil darinya, kau lupa apa kekejaman dia?"
Momo angat bicara. Momo dan Jio juga sepertinya punya masalah?

"Tapi tidak bisa di pungkiri kalau anak kepala sekolah itu memang cantik"
Bin seperti setuju dengan Hobie.

"Kau setuju kan denganku? ahaha baru kali ini kita satu pendapat"
Hobie kegirangan sendiri

Well, Jio memang cantik dari parasnya. Postur tubuhnya yang tinggi dan berisi membuat ia tampak sempurna, tapi ia memiliki hati bengis. Dan ternyata ia anak kepala sekolah. Mungkin itu yang membuat Jio jadi egois untuk mendekati Alden

Never MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang