3. Sebelum Jarak Memisahkan

164 21 0
                                    

Tak tau harus bagaimana lagi. Di satu sisi aku senang, tapi aku juga memikirkan perasaan Wendy saat ini. Eomma semalam juga menceramahiku tanpa henti terus mengingatkan untuk selalu bersikap terbuka. Aku bukannya tidak terbuka, aku hanya lupa cerita ke Wendy masalah ini. Sungguh.

Aku juga sudah cerita ke eomma kalau aku sudah harus berangkat ke Amerika bulan depan dan eomma setuju. Ternyata eomma sudah mempersiapkan dana untukku kuliah di luar negeri karena sedari dulu, aku menunjukkan kemampuan akademis yang baik dan memungkinkan untuk itu. Lihat, betapa well-prepared nya eommaku ini.

Saat ini aku duduk di sudut kafe ditemani segelas kopi untuk menenangkan pikiranku yang sedang kalut ini.

"Sudahlah jangan dipikirkan lagi, Jae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudahlah jangan dipikirkan lagi, Jae." celetuk Soojin memecah lamunanku.

Aku lupa bilang, saat ini ada Soojin sedang duduk di depanku. Lagi-lagi, aku tidak sengaja bertemu dengan Soojin di kafe ini.

"Menurutmu, bagaimana caranya aku menjelaskan pada Wendy ya?" aku berusaha meminta pendapat dari mantan pacarku ini. Siapa tau dia bisa memberi jalan keluar kan?

"Kalau aku jadi pacarmu, tentu aku juga marah karena tiba-tiba dia tau bahwa kau harus berangkat ke Amerika sebulan lagi. What a shocking news anyway. Tapi mungkin sebagai perempuan, aku butuh waktu untuk menerima hal itu dan emosiku akan mereda dalam beberapa hari."

"Jadi aku tidak usah menghubunginya sampai emosinya mereda, begitu?"

"Eum, menurutmu dia sama sepertiku tidak?"

"Wendy itu sensitif sekali, beda denganmu. Kalau aku tidak segera mejelaskan, sepertinya dia akan mendiamkanku selamanya."

"Ya sudah, kan kau yang lebih tau dia. Lakukan yang menurutmu benar."

Aku menyeruput kopi yang sudah mulai dingin.

Tunggu, sepertinya aku melihat seseorang yang tidak asing di depan kafe.

"Kenapa Jae?"

"Aku seperti melihat seseorang yang tidak asing. Siapa ya?"

"Kau banyak pikiran Jae, kau jadi halusinasi."

"Umm, mungkin."

•••

Hari ini aku memutuskan untuk mendatangi Wendy dan menjelaskan semuanya secara detil. Syukur, Wendy mau mengerti dan sudah bisa menerima bahwa bulan depan aku sudah harus berangkat ke Amerika.

Aku berjanji padanya bahwa jarak tidak akan menjadi halangan bagi hubungan kami. Akupun berjanji untuk selalu jujur padanya dalam keadaan apapun. Tampaknya Wendy sedikit lebih tenang karena dia tau aku bukanlah tipe orang yang suka menyembunyikan sesuatu.

Tapi namanya juga perempuan, aku belum berangkat saja dia sudah mengingatkanku untuk setia padanya karena nanti di sana aku akan bertemu banyak perempuan cantik, katanya.

Hey, dia meremehkan kesetiaan seorang Park Jaehyung?

Hari demi hari sudah ku lewati dan bulan Januari pun sudah memasuki pekan ketiga nya. Sabtu ini aku akan berangkat ke Amerika. Ya, dua hari lagi.

Hari ini aku memutuskan untuk mulai packing barang-barang dan pakaian yang akan kubawa ke Amerika, ditemani Wendy. Ia membantuku membereskan barang-barang dan menatanya dalam koper. Calon istri yang baik. Hehe.

"Sayang, selama aku di Amerika, kau jaga diri baik-baik ya."

"Harusnya aku yang bilang begitu, Jae. Kau itu kan mudah dekat dengan perempuan. Aku jadi ragu membiarkanmu berangkat." ujar Wendy sembari memanyunkan bibirnya.

"Dekat bukan berarti punya rasa kan? Kau seperti tidak mengenalku saja. Tiga tahun kita pacaran memangnya masih ada yang kau ragukan tentang kesetiaanku?"

"Ya perasaan manusia kan bisa berubah-ubah. Aku takut kau nyaman dengan yang dekat denganmu dan bisa memberi perhatian lebih di sana."

"Chagi-ya, kau ini jadi membuatku tidak ingin berangkat. Huh. Sini." Aku memeluk Wendy yang menggemaskan ini. Sungguh rasanya aku tidak ingin meninggalkan Wendy di sini. Andai dia bisa ikut denganku ke manapun aku pergi. Tuhan, bisakah Kau kabulkan?

Hari Sabtu akhirnya tiba. Hari ini aku bangun dengan sisa-sisa semangat yang coba ku kumpulkan. Aku mencoba menerima kenyataan bahwa hari ini aku akan meninggalkan eomma dan Wendy di sini.

Aku sudah berada di bandara, ada eomma, Wendy dan orang tuanya yang akan mengantarkan kepergianku.

"Nak, kau hati-hati di sana ya. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dan segera pulang ke sini. Setelah kau pulang, mari bicarakan hubunganmu dengan Wendy ke arah yang lebih serius lagi." ucap papa Wendy yang membuatku terharu.

"Benar Jae. Eomma juga ingin segera melihat kau dan Wendy melangkah ke jenjang yang lebih serius. Jaga diri di sana. Jangan lupa nyalakan alarm mu karena tidak akan ada suara merdu eomma yang membangunkanmu. Oke?"

"Eomma jangan membuatku malu. Siap, pa. Jae janji akan kuliah dengan serius dan cepat-cepat pulang ke sini. Sayang, aku titip eomma ya."

"Pasti aku akan menjaga eommonim tanpa kau minta. Kau ingat pesanku kan? Jangan macam-macam di sana. Jangan selingkuh. Jangan membuatku cemburu. Jangan—"

"Mengerti sayangku. Siap laksanakan. Love you." ujarku sambil mencium kening pacarku yang bawel ini.

Baik, perjuangan demi masa depan akan segera di mulai. Di negara orang, Amerika.







CLOSE AS STRANGERS
By Blackharteu
2020

CLOSE AS STRANGERS • Jae Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang