Epilog

130 6 0
                                    

Pov Kenara Hayashi

5 Tahun kemudian.

Aku berdiri dihadapan cermin besar, memandang penampilan ku yang sangat berbeda hari ini.

Sebuah kebaya modern berwarna putih dengan renda renda disepanjang lengan begitu pas membalut tubuhku, lalu menilik kembali riasan diwajahku yang tidak terlalu tebal, terkesan natural dan sialnya begitu cocok dengan kebaya putih yang aku kenakan.

Hari ini, tanggal 15 Desember aku akan menikah dengan lakilaki yang sudah menemani lebih dari 6 tahun belakangan ini. Tentu saja lakilaki itu adalah Tio, Tio Bagaskara. Memangnya siapa lagi? Seno, lalu aku tersenyum kecut saat mengingatnya.

Mataku terkunci dan memandang miris kearah mawar merah yang tempo hari diberikannya. Mawar yang aku simpan sampai sekarang, disebuah gelas kaca, padahal keadaan mawar itu lebih cocok disimpan didalam tong sampah. Kelopak kelopak indahnya sudah tidak tersisa satupun dan berjatuhan kedalam gelas, kelopak kelopak tersebut menghitam dan melebur, tapi aku tak berniat membuangnya sama sekali.

Dengan tangan bergetar aku membuka laci yang berada tepat disampingku, Mengambil sepucuk surat yang lagi lagi mengingatkannya akan si dia.

Perhatian: Jangan datang ke sekolah pada hari Minggu, karena aku akan mengajakmu jalan jalan.

-Seno

Aku tertawa sumbang, terdengar seperti tawa paksaan yang lebih cocok disebut rintihan.

Tiba tiba satu tetes air mata membasahi pipiku yang sudah ditata sedemikian rupa oleh Ibu dan seorang perias pengantin. Dengan gerakan cepat aku menyeka air kurang ajar itu, tak mau saat acara ijab qobul dilaksanakan wajahku malah terlihat mengerikan dengan mata sembab dan make up luntur.

Selama 5 tahun aku masih saja dibayang bayangi oleh wajah si dia, membiarkan dia tetap bersemayam dihatiku tanpa berusaha untuk menghilangkannya, efeknya tak ada tempat untuk Tio. Semuanya habis oleh si dia, si Pelangi.

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku padanya, jawaban ku akan tetap sama. Aku masih mencintai dia, hari ini, esok, dan lusa sampai aku mati dan terbujur kaku. Jika kalian hendak mengatai ku lebay atau berlebihan tak masalah, tapi jujur, itulah yang saat ini aku rasakan.

Karena mau sejauh apapun aku lari dari kenyataan jika aku akan mencintainya sampai mati, perasaan itu tak kunjung hilang, malah terkesan mendarah daging dalam tubuhku.

Ini terlalu sulit, disaat saat aku hendak menikah pun bayangan siluit wajah menyebalkannya malah membuatku ragu, apa aku harus melanjutkan ini semua dan menyakiti hati Tio selamanya? Karena prinsipku menikah hanya untuk satu kali seumur hidup, tidak ada yang kedua apa lagi yang ketiga. Tak akan.

Menurutku Tio berhak bahagia, tapi aku bimbang, bagaimana jika kebahagiaan Tio malah berada di diriku sendiri?

Tapi come on, bagaimana mungkin aku membohongi diri sendiri jika perasaanku masih untuk si dia.

Aku menggeleng kuat kuat, kenapa aku merasa begitu ragu saat keputusan final yang sudah aku tetapkan saat lamaran satu minggu yang lalu? Aku putuskan, bagaimanapun caranya, aku akan berusaha mencintai Tio, semua akan mengalir seiring berjalannya waktu bukan?

Tapi,

Waktu 5 tahun kenapa tidak bisa membuatku kembali mencintainya?

Suara pintu berdecit, Ibuku melongokan kepala dan tersenyum kearahku, "Cepetan sayang, ijab qobul mau dimulai"

Aku berdiri dan berjalan berdampingan bersama ibuku.

Saat menuruni tangga, aku menunduk sedalam dalamnya, mencoba meyakini diri sendiri jika semua akan indah dengan sendirinya, Tio lakilaki yang baik. Semua orang tahu itu.

Aku baru berani mengangkat kepala saat menginjakan kaki di tangga terakhir, tapi apa yang aku lihat benar benar jauh dari ekspektasi ku.

Benar benar bisa membuatku serangan jantung jika aku memiliki penyakit itu, sayangnya tidak.

Dia, duduk dihadapan penghulu dengan menggunakan jas lengkap dengan kopiah hitam di kepalanya. Dia tersenyum padaku, senyum yang hampir 5 tahun aku rindukan, yang bisa saja membuatku tercekik saking tidak kuatnya menahan rindu.

Lalu aku lihat Tio menepuk bahu dia sekilas, dengan gumaman pelan yang masih bisa aku dengar, "Jaga dia No" dan Tio melangkah keluar dari ruang tamu rumahku.

***

Semoga mengerti dengan ending cerita ini yang terkesan 'apa banget'.

thanks buat yang udah mau maunya baca cerita gue yang receh tidak jelas ini. Cerita kedua yang gue tamatin setelah Beloved True.

Oke, bay bay, sampai ketemu dicerita gue yang berjudul, Deandra dan Fall.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang