"NARA!" Tio menggebrak meja yang terdapat Seno dan Nara didalamnya.
"Ngapain kamu sama dia?" Tio berteriak marah dengan tangan menunjuk nunjuk Seno sadis.
Setelah pulang dari festival bunga Lili tadi, Seno mengajaknya mengisi perut dahulu disalah satu pusat perbelanjaan dan berakhir di rumah makan cepat saji ini.
Nara memasang wajah pucatnya, kaget saat dipergoki tengah jalan berdua dengan lakilaki lain dengan status mempunyai kekasih.
"Pulang sama aku!" Lagi lagi Tio berteriak keras dan menarik tangan Nara menuju parkiran, tanpa memperhatikan ekspresi apa yang dikeluarkan Seno.
Tio membawa motor dengan kecepatan diatas rata rata, membuat Nara mau tak mau memeluk tubuh lakilaki itu dengan erat.
"Aku mau kita putus" Sesampainya didepan rumah Nara, kata kata menyakitkan itu keluar dari mulut Tio. Bagai disambar petir di siang bolong, Nara menatap Tio dengan tatapan memohon.
"Jangan gitu sayang, aku bisa jelasin" Nara menggoyang goyangkan tangan Tio, berisyarat mengajaknya turun dan berbicara baik baik didalam.
"Aku rasa hati kamu udah buat dia" Dan Tio menyalakan motornya lalu menjauh dari pekarangan rumah Nara, meninggalkan gadis itu yang kini menangis sesegukan dengan tubuh terjatuh diatas rerumputan.
Bego! Bego! Bego!
Kata itu terus keluar dari mulut Nara, tangannya memukul mukul kepala dengan brutal. Ini murni kesalahannya, Nara tidak bisa menyalahkan Seno ataupun Tio. Ini. Murni. Kesalahan. Nya.
***
Diam diam Nara memperhatikan dua makhluk yang berbeda jenis kelamin atau gender yang kini tengah berduaan didepannya.
Dia Tio, dan gadis itu, si Febby. Nara mendecih sebal, padahal mereka baru resmi putus satu minggu yang lalu, tapi Tio sudah kelihatan menggandeng gadis lain, tapi Nara sedikit bingung, bukannya cewek itu pacar Seno? Seperti apa yang dikatakan Hana tempo hari.
Ah, bodo.
"Nanti gue tunggu di Cafe Flora ya, Feb"
Itu kata kata Tio sebelum meninggalkan ruang osis, Nara segera meringkuk dibalik pintu, menyembunyikan tubuh kecilnya agar Tio tidak dapat melihat Nara.
Setelah memastikan jika Tio sudah lewat, Nara segera keluar dari persembunyian, tapi malah dikagetkan dengan berdirinya Febby di ambang pintu, menatapnya penuh selidik.
"Ngapain kamu disitu?" Tanya nya sembari menarik pintu dan mengkuncinya dengan rapat.
"Eh eh itu, gak tau iya gak tau" Nara segera melarikan diri dari hadapan Febby, membuat gadis itu mengernyit sambil bergumam "orang aneh".
***
"Ayolah bang, temenin" Nara merajuk ditangan Seno, mengajaknya ke Cafe Flora untuk membuntuti Tio dan Febby yang hendak dinner.
"Lagian ya bang, masa pacar lo selingkuh dan lo setenang ini!"
"Yaudah yaudah ayok!" Seno segera meraih kunci motornya yang terdapat di atas meja ruang tamu rumah Nara, sedangkam gadis itu sudah menjerit jerit kesenangan.
Mereka berjalan beriringan menuju keluar rumah.
"Pake" Seno menyodorkan helm putihnya kearah Nara, diterima baik oleh gadis itu.
Motor Seno melaju sedikit kencang dan membuat Nara terkesiap kaget.
Dan disinilah mereka, didepan sebuah Cafe ber tema anak gaul yang membuat Seno muak.
***
"Lo tuh bego apa bego si? Masa bekas sendiri masih lo harepin" Seorang cowok dengan rambut berantakan memandang gadis didepannya yang tengah mengendap ngendap untuk dapat mengintip dua orang pasangan kekasih yang sedang makan malam disebuah cafe.
"Berisik lo ah" Gadis berambut hitam lebat ini duduk disebuah kursi yang tak jauh dari meja Tio--mantan kekasihnya-- mengambil sebuah buku menu untuk menutupi wajahnya agar tak dilihat lakilaki itu.
Mau tak mau lakilaki yang menemani misi Nara ini ikut duduk, berbeda halnya dengan Nara yang gelisah abis lakilaki ini malah tenang tenang aja, padahal didepan sana cewek yang dia anggap pacar tengah bermesraan dengan lakilaki lain.
"Gue pulang ah, banyak nyamuk" Seno bangkit dari duduknya dengan wajah watados nya, membuat Nara geram seketika. Bagaimana kalo Tio dapat melihat mereka? Jatuhlah harga diri gadis ini.
"Isshh bego lo"
"Lo tuh yang bego"
"Ya jelas lo lah yang bego, duduk lagi cepetan"
"Males"
"Nyari ribut lo sama gua?"
"Aww aww sakit idiot, kek bocah lo maennya jambak jambakan"
"Nara?" sebuah suara bariton menyapanya dengan sedikit nada aneh. Oh astaga ia hilang kendali! Mencari keributan di Cafe ini sama saja menunjukan diri di depan Tio.
"Ooo- Hai?" Nara menyapa balik kakak kelas sekaligus mantannya ini dengan sedikit canggung.
"Seno kamu ada disini?" Gadis yang tadi berada satu meja dengan Tio menatap panik kearah Seno, tertangkap basah sedang berselingkuh itu bagaimana rasanya? Malu.
"Yaudah si selo aja Feb, lanjutin aja pacarannya, jangan terpengaruh dengan adanya gue disini"
HAH?
HAH?
DOUBLE HAH?"Kamu ngapain kesini?" Febby bertanya dengan wajah paniknya.
"Enggak, kita juga lagi dinner kok, tapi udah mau pulang, duluan ya!" Karena malu Nara segera menarik tangan Seno untuk segera keluar dari Cafe ini, tapi tangan Seno segera melepaskan tarikan Nara.
"Tunggu dulu napa" Ujar Seno seraya melangkah untuk kembali mendekati mereka.
"Feb kayaknya kita udahan aja ya, dari awal pacaran sama lo, gue emang udah gak ada rasa" Seno berucap tanpa belas kasihan, membuat wajah Febby memerah menahan kesal.
"No, tapi aku bukan lagi selingkuh sama Tio, dia cuman ngajak aku buat diskusiin program osis" dengan suara serak Febby menjawab, mencoba menghapus bulir bulir air mata yang mulai membanjiri pipi penuhnya.
"Gak penting si Feb, mau lo lagi ngomongin program osis atau program lamaran gue gak perduli"
Seno kembali berjalan menjauh, menggandeng tangan Nara yang sukses membuat Tio menggeram kesal.
Oh iya, perlu kalian ketahui jika Tio berhasil menjadi ketua osis setelah mendapat 90% pemilih dari seluruh murid di sekolah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
RandomKetiga remaja tanggung ini dibingungkan dengan dua pilihan. Meninggalkan atau mempertahankan. Dan Seno memilih untuk meninggalkan, membuat kebijakan agar Tio dan Kenara bisa saling mempertahankan. Tapi dia melewatkan satu hal, jika Kenara sudah memi...