Nara hanya memasang wajah cueknya pas Hana mulai ngobrol sama Hanif.
"Hmm, kalian berdua boleh pergi dulu? Ada yang mau gue omongin sama dia" Hana memasang wajah memohonnya, dan Nara tanpa harus disuruh dua kali bangkit dan berjalan menuju gazebo di belakang rumahnya, sedangkan Seno mengikutinya dari belakang.
"Wah sejuk banget disini" Seno ikut merebahkan tubuh di samping Nara, sedangkan gadis itu masih bertahan dengan muka datarnya. Ia masih ingat katakata Tio semalem, jauh jauh dari Seno.
"Nay, kok rumah lo sepi si?" Seno menatap Nara dari samping, sedikit tertegun saat melihat wajah bersih Nara yang tersorot matahari siang. Ditambah bolongan di pipinya yang masih terlihat walaupun gadis ini sedang tidak tersenyum.
Seno mengalihkan pandangannya. Ia diabaikan.
Seno tahu keadaan ini akan datang cepat atau lambat. Keadaan dimana Nara menjauhinya, Seno yakin, ini pasti permintaan Tio yang langsung di-iyakan Nara.
Jauh jauh dari Seno.
Cihh, sudah merasa jadi pemilik Kenara seutuhnya kah lakilaki itu?
Seno meraih ponsel di kantongnya saat benda persegi itu bergetar tanda ada panggilan. Seno bangkit, menatap Nara yang masih sibuk dengan game di ponselnya, "Nay gue angkat telepon sebentar ya"
Diabaikan lagi.
Seno melangkah sedikit menjauh.
Kenapa Feb?
No, jemput aku dong di tempat latian
Udah selesai tah?
Udah daritadi, tapi supirku lagi nganterin Mama belanja, jadi gak bisa jemput
Okedeh, lima belas menit ya. Tunggu aku didepan
Sip, thanks before
Anytime baby
Apa katanya tadi, baby? Nara hanya mendengus sebal mendengar perkataan so manisnya Seno, ia kembali fokus dengan ponselnya, mengabaikan perkataan lakilaki itu untuk pulang terlebih dahulu.
Seno melanglah menuju ruang tamu, tapi matanya menangkap keganjalan disana, Hanif begitu kacau dengan tangannya yang digenggam erat oleh Hana. Seno melangkah keluar rumah tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Hana mencoba meminta maaf, sedangkah Hanif memasang wajah kakunya. Seno tahu masalahnya. Hanif ditolak.
**
"Udah makan belum?" Seno menatap lekat wajah oval dihadapannya.
"Belum" gadis tersebut memamerkann gigi rapinya.
Seno tersenyum gemas "Makan dulu yuk"
Feby mengangguk dan segera naik dijok belakang motor Seno.
Feby masih mengenakan training olahraganya, ia baru saja latihan basket bersama teman teman satu eskulnya.
Mereka berdua tengah duduk di tempat makan cepat saji, sebenarnya Feby tadi sempat merengek minta makan Bakso di pinggir jalan, tapi ia hanya bisa menurut dengan perkataan Seno "Makanannya ga sehat, sayang" Hanya dengan kata sayang, Feby menuruti kemauan Seno.
"Kemaren Tio telpon aku, ngajak jalan masa" Feby berucap seraya meminum softdrink pesanannya.
Seno hanya tersenyum miring, "Trus kamu mau?"
"Yee, kamu kira aku cewek apaan" Feby memanyunkan bibirnya menggemaskan, "Aku punya kamu No"
Lagi lagi Seno tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
De TodoKetiga remaja tanggung ini dibingungkan dengan dua pilihan. Meninggalkan atau mempertahankan. Dan Seno memilih untuk meninggalkan, membuat kebijakan agar Tio dan Kenara bisa saling mempertahankan. Tapi dia melewatkan satu hal, jika Kenara sudah memi...