Dengan tatapan sendu, Tio duduk di samping Seno, disini, diruang tamu dengan ditemani bisingnya film Horror luar negeri yang tadi di tonton Seno seorang diri, saat mengetahui jika Tio ikut duduk di sampingnya.
"Gue mohon, jauhin Nara" Kata kata Tio sukses membuat Seno menoleh, menatap malas akan kata kata menjijikan yang entah sudah berapa kali dikatakan Tio padanya.
"Lo kan udah putus" Tanpa ada beban Seno bangkit dan hendak melangkah menjauh dari ruang tamu, tapi suara Tio berhasil membuat langkahnya terhenti.
"Kalo lo mau, gue bisa cium kaki lo, apapun asal lo balikin Nara" Tangan Seno mengepal kuat, balikin, dikira Nara itu barang apa?
"Gue mohon No, maafin kesalahan gue yang dulu dulu" Kali ini Tio mendekat, berjongkok dan hendak bersujud di kaki Seno.
"Apaan si lo! Berdiri, norak banget dah" Tangan Seno segera meraih bahu Tio, membawanya kembali tegak, dengan senyum dipaksakan Seno berujar; "Gue gak akan ganggu Nara lagi" Setelah mengatakan kata kata yang berbanding terbalik dengan hatinya itu, Seno kembali melangkah dan kini tujuannya adalah halaman belakang rumah. Mencoba menenangkan pikiran akan masalah yang dibuatnya sendiri.
Seno berbaring diatas rumput hijau yang terawat rapi, menggunakan kedua tangan sebagai ganjalan kepalanya, lalu mengadah kearah langit.
Heh langit! Gelap amat lo kayak hati gue. Batin Seno, lalu lakilaki itu tertawa sumbang, dan setelahnya, satu tetes cairan bening mengucur dari mata kanan, hanya satu tetes, anggap saja itu sebagai sempel akan kesakitan hati Seno yang bahkan tidak setimpal jika bandingkan dengan se truk truk air mata.
Pertama tama emang main main, gak tau kalo efeknya bakal se-cinta ini. Lagi lagi batin Seno menjerit, menyampaikan isi hatinya yang tak bisa ia ungkapkan pada si pemilik.
Siapa pemiliknya? Ah pake nanya, ya dia lah!
Dia siapa? Dia! Pacar abang gua!
Lalu Seno kembali tertawa semacam orang gila, membuat Tio yang memandangnya dari jauh sedikit terenyuh. Pikiran macam macam mulai bersarang dikepala Tio. Apa Seno cinta sama Nara? Pertanyaan itu tak mampu Tio jawab tanpa bertanya lagi pada yang bersangkutan, tapi sayang, yang bersangkutan malah sedang tertawa sendirian.
Tio berlalu, kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk mengurung diri disana, mengabaikan hati nuraninya yang memerintah untuk melepaskan Kenara. Andai semudah itu, Tio pasti akan melakukannya sekarangan juga.
***
Nara meringkuk diatas kasur, mencoba meresapi perasaan apa yang tiba tiba menerobos dengan paksa kedalam hatinya.
Seno.
Nama orang yang hampir 2 bulan menemani nya itulah yang kini sedang ditelaah Nara. Mencoba mengingat ngingat hal manis yang sering dilakukan Seno padanya. Dia, seperti pelangi ya, kehadirannya membuat Nara merasa berwarna warni. Tanpa Nara sadari jika Seno sudah masuk kedalam salah satu ruangan dihatinya, ruangan yang dulunya diisi Tio, ruangan yang Nara beri nama, cinta.
Cinta?
Nara tersenyum sendiri saat hatinya menyeruakan isi perasaannya, ya, Seno berhasil membuat gue jatuh cinta.
Dengan waktu sesingkat ini, Nara patut acungi jempol atas keberhasilan Seno.
Ini sudah saatnya Nara membuka hati setelah kandasnya hubungan Nara dan Tio, sekarang dia bebas dekat dengan lakilaki siapapun, terlebih Seno. Tidak akan ada lagi perasaan menyesal karena telah jalan berdua dengan lakilaki lain, karena sekarang statusnya jomblo, dan Seno juga jombo. Nara tersenyum sendiri membayangkan bagaimana jika ia benar benar pacaran dengan Seno. Nara yakin, pasti akan berbanding terbalik dengan saat saat ia menjalin hubungan dengan Tio, ini pasti lebih spesial, lebih berwarna.
Entah kenapa, saat ini Nara ingin sekali bertemu Seno.
Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, mencoba mengirimi pesan singkat lewat Line pada lakilaki itu.
Kenara Hayashi: bang
1 menit
5 menit
30 menit
"BUG!" Nara membanting guling yang sedari tadi di dekapnya sambil menunggu balasan dari Seno. Jengkel karena tidak mendapat respon, Nara kembali mengirim pesan lagi.
Kenara Hayashi: bang
1 menit
2 menit
5 menit
Baru saja Nara akan membanting handphonenya, suara nada dering mengurungkan niatnya tadi.
Seno Bagaskara: apaan?
Kenara Hayashi: katanya besok minggu lo mau ngajak gw jalan
Seno Bagaskara: kapan gw bilang?
Kenara Hayashi: yg pas pake surat ih bego masa lupa
Seno Bagaskara: oh
Kenara Hayashi: jadi g?
Seno Bagaskara: yaudah besok gw jemput, ada sesuatu yg pengen di omongin
Kenara Hayashi: ok
Nara segera menarik selimut dan memejamkan matanya, tak sabar menunggu hari besok dimana dia akan bertemu dengan Seno. Ah menggelikan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
RandomKetiga remaja tanggung ini dibingungkan dengan dua pilihan. Meninggalkan atau mempertahankan. Dan Seno memilih untuk meninggalkan, membuat kebijakan agar Tio dan Kenara bisa saling mempertahankan. Tapi dia melewatkan satu hal, jika Kenara sudah memi...