"Han, sana samperin" Nara menyenggol nyenggol pinggang Hana yang kini malah nunduk malu malu. Emang ya, kalo didepan cowok Hana si cewek pecicilan bakalan berubah jadi jinak gini. Salut deh sama yang namanya cinta.
"Kak Gany" Nara dengan begonya malah manggil Gany yang lagi istirahat abis latian basket. Gak perduli sama muka Hana yang udah merah padam.
"Apaan Nay?" Gany yang lagi istirahat nyamperin Nara sama Hana, menaikan satu alisnya saat liat Hana hanya nunduk diem gitu.
"Enggak si, cuman cek pendengaran doang. Siapa tau udah konslet gitu" Nara terkekeh sendiri dengan omongan yang dia lontarin. Emang ya, ni cewek emang paling bego kalo nyari alesan.
"Kuping gue sehat sehat aja kayaknya" Gany menggedikan bahunya, memasang senyum ramah yang selalu dipasang oleh lakilaki manis ini.
"Gue balik dulu ya Nay" Gany sudah melangkah menjauh dari pinggir lapangan, tapi seakan teringat sesuatu dia balik lagi dengan kekehan anehnya. "Ini temen lo? Ko gak dikenalin si"
"Oh iya, ini Hana. Temen sekelas gue" Nara menyikut pinggang Hana untuk mengangkat sendikit wajahnya. Tapi gadis yang sudah keringat dingin ini hanya memasang wajah bodohnya.
"Gany" Gany mengulurkan tangannya yang disambut patah patah oleh Hana. Astaga. Salaman. Sama. Cowok. Yang. Lo. Taksir. Gimana rasanya? Excited banget tau gak.
"Hana"
"Yaudah ya gue balik ke lapangan dulu" akhirnya dia benar benar pergi.
**
Nara terpaksa balik lagi kesekolah, padahal perjalanan kerumahnya udah setengah. Garagara hapenya yang lagi di charger di kelas malah ditinggalin gitu aja. Tadinya ia bakalan biarin aja tu hape dikelas sampe besok, tapi gamungkin kan? Mana ada orang yang bisa tenang padahal hapenya sendirian dikelas sana.
"Gara gara mikirin anak badak mulu nih ah" Nara mendorong pintu kelas yang udah sepi banget. Yaiyalah, udah jam 4 juga. Di lapangan cuman ada anak futsal yang lagi latian.
Syukurlah, hapenya masih ada di tempat semula. Nara segera menarik kabel chargernya dan melangkah keluar kelas.
Dug
Sial. Kepala Nara kena bola futsal. Pas lagi lewatin lapangan dan dengan begonya malah ada orang yang nendang bola pas kena kepalanya. Rasanya kepala Nara ingin pecah, keleyengan, dan setelah itu gelap.
"Bego lo No"
"Angkat angkat ke UKS"
Lakilaki jangkung dengan rambut baru abis dicukur mengangkat tubuh Nara buat dibawa ke UKS. Sumpah tadi tuh dia gak sengaja. Beneran.
Seno dengan pakaian bolanya menatap cemas ke arah gadis ber sweater pink ini, udah hampir satu jam setelah insiden tadi, tapi gadis ini gak bangun bangun. Seno mikir, ni cewek tidur apa pingsan?
"Ah gue tinggal aja kali ya" Seno bangkit dari duduknya.
"Tapi kasian juga anak orang" Dan cowok ini kembali duduk dengan tas yang sudah menempel di punggungnya. Latian udah selesai 30 menit yang lalu, dan intinya sekolah benar benar sepi sama.... Nyeremin.
"Eh bangun dong" Seno menggoyang goyangkan tangan Nara, berharap gadis ini membuka mata dan ia bisa segera pulang.
"Ah sial" Seno yang lagi duduk di bangku kecil disamping ranjang UKS segera beralih ke sofa yang cukup lebar. Membaringkan tubuh setelah menyimpan asal tas sekolahnya. Cape. Tidur sebentar gak masalah kali ya.
Seno memejamkan matanya perlahan. Ia gak tidur, cuma merem doang. Berharap rasa letih setelah latihan segera lenyap dari badannya.
Nara membuka matanya, mengerjap ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya lampu UKS. Matanya tak sengaja melihat sesosok tubuh cowok yang lagi tiduran dengan tangan terlipat di dada. Dari kostumnya Nara yakin kalo cowok ini anak futsal yang tadi nendang bola sampai kena kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
De TodoKetiga remaja tanggung ini dibingungkan dengan dua pilihan. Meninggalkan atau mempertahankan. Dan Seno memilih untuk meninggalkan, membuat kebijakan agar Tio dan Kenara bisa saling mempertahankan. Tapi dia melewatkan satu hal, jika Kenara sudah memi...