Mulmed : David dan Andrew
Don't forget me, even if I live for one second
My heart is only for you
Only for that, I hide my sad tears
When I leave, please don't forget mePlease don't forget me, even if I live a thousand years
I'm the fool that only loves you
I envy your cell phone so much Because it's by your side even now Don't forget me...♪Huh Gak - Don't Forget Me
-------------------------------------------------------------
Author POVRaut wajah yang tegang tergambar jelas pada diri Leo. Panggilan yang baru saja di lontarkan oleh Andrew kepada Ristaya membuatnya tersentak. Pria itu masih berharap sesuatu keluar dari mulut Ristaya yang menepis ataupun menyangkal panggilan Andrew yang memanggilnya dengan sebutan mom. Leo berharap bukan David yang menjadi rivalnya kali ini, tapi kenyataanya tidak. Tidak ada perkataan penyangkalan dari bibir manis wanita yang dulu pernah menjadi istrinya sampi akhirnya mereka semua menyelesaikan makan di pagi hari.
Setelah sarapan Ristaya memberikan map biru yang merupakan hasil sketsa Leo untuk David. Jika memang Leo datang kesini kenapa repot-repot David menyuruhnya untuk datang ke café malam itu? Menyebalkan!
"Ini." Ristaya meletakkan map biru itu pada meja makan yang baru saja di bersihkan oleh asisten rumah tangga. "Kenapa kau repot-repot menyuruhku malam itu datang ke café kalau memang dia kesini pagi ini?" grutunya.
David terdiam dan meneliti setiap sketsa yang digambar oleh Leo, sedangkan pria itu berada di halaman belakang bersama dengan Andrew yang mengajaknya bermain.
"Sebenarnya tadi malam aku baru saja bertemu dengannya ternyata dia menginap di Hotel milikku, Tay. Dia adalah temanku." Ucapnya dengan serius. David masih saja meneliti setiap detail yang tergambar disana. "Brengsek. Kenapa dia bisa membuat sebagus ini?" kekehnya.
"Kenapa?" Tanya Ristaya penasaran setelah melihat raut wajah David yang berubah menjadi kekehan yang menjengkelkan baginya.
"Kau tau? Impianku dan dia adalah menjadi arsitek dan yah...dia yang menjadi arsitek dan aku meneruskan perjuangan si tua bangka itu."
David merenung memikirkan cita-citanya yang tidak tersampaikan. Dulu, waktu Leo dan David satu sekolah di salah satu SMA di ibu kota, mereka berencana kuliah mengambil jurusan arsitektur dan bekerja menjadi arsitek. Membuat bangunan yang indah untuk orang lain pandang adalah suatu kepuasan tersendiri bagi mereka.
Tapi, bagi David itu adalah mimpi belaka karena mau tidak mau dia memang harus meneruskan usaha orang tuanya dalam mengelola hotel. Tepat setelah dia lulus, David telah terdaftar sebagai mahasiswa jurusan ekonomi dan bisnis di salah satu Universitar di Australia. Siapa lagi kalau bukan Ayahnya yang memasukkannya?
Ristaya tau tentang mimpi David, tak jarang David mengeluh kepadanya karena bisnis bukanlah passion yang dia inginkan, tapi inilah yang harus dia lakukan demi keluarganya. Pertemuannya pertama dengan David ketika dua tahun atau setahun setelah di berada di Bali.
Flash Back On
Seorang bocah laki-laki menangis meraung di hadapan pria yang sedang berdiri tegak, bocah kecil itu berjongkok dan menatap pria itu dengan air mata yang sudah membasahai semua di wajahnya. Ya Tuhan! Dia baru saja berumur sekitar 3 tahun dan kenapa sang pria itu tidak membuatnya berhenti menangis dan malah menatapnya dengan tatapan marah?
Ristaya dengan berani melangkahkan kakinya menuju kearah dimana sang bocah laki-laki itu berada. Dia berjongkok dan memberikan sebuah permen lollipop kepadanya.
"Tuan, jika seorang anak kecil sedang menangis jangan Anda menatapnya dengan cara seperti itu, dia akan bertambah sedih." Kemudian Ristaya menggendong bocah kecil itu dan membersihkan wajah bocah itu dengan selembar tissue yang berada di saku bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Break Up
Romance" Aku terlalu bodoh untuk medapatkanmu dan sekarang aku terlalu bodoh karena melepaskanmu yang sudah berada di genggamanku." -Leonardo Chandrajaya Cerita ini adalah sequel dari The Crazy Wedding. Jadi dimohon untuk membaca The Crazy Wedding sebel...