AWBU 7 : Kebersamaan [1]

29.3K 1.7K 19
                                    

When I see you, my heart pounds and my lips dry up
I couldn't sleep last night because of the butterflies
Why am I like this? My face getting hot

My head gets dizzy, my body get electrified
You face flickers before me today
I can't take it anymore
Starting from tomorrow, we will live happily together

♪Ben - Stop The Love Now

Author POV

Perjalanan yang menempuh waktu hampir lima belas menit berakhir di bibir pantai yang menyajikan pemandangan sunrise yang sangat cantik. Ristaya dan Leo duduk pada sebuah batang kayu yang besar dan melihat penampakan dari sang sinar matahari pagi yang cantik.

Bukan maksud untuk mengabaikan sinar matahari yang sedang datang dari persembuyiannya, tapi mata Ristaya lebih tertarik untuk menatap sosok pria yang duduk di depannya. Leo tidak menyadarinya jika wanita yang sangat dia rindukan itu lebih tertarik menatap punggung tubuhnya daripada harus melihat cantiknya sinar matahari pagi.

"Indah." Ujar Leo yang terus menatap pada sinar matahari yang semakin menampakkan jati dirinya.

"Ya, indah." Mata Ristaya masih menatap punggung Leo. Bukan sinar matahari itu yang indah bagi Ristaya, tapi punggung tubuh Leo lebih indah dari sinar itu.

Tiba-tiba Leo membalikkan tubuhnya dan menatap Ristaya, dengan sadar Ristaya mengalihkan pandangannya pada sinar matahari yang sekarang telah muncul sempurna.

"Aku lapar." Ujar Leo. Dia mengeluarkan beberapa bungkusan yang dia beli di minimarket 24 jam sebelum dia ke kontrakan Ristaya untuk menjemput wanita itu.

"Kau sudah menyiapakannya?" Leo mengangguk sebagai tanda jawaban dari pertanyaan yang terlontar dari bibir Ristaya.

Leo membuka satu bungkus roti dan memberikkannya pada Ristaya. "Aku tidak tahu kau masih suka atau tidak, tapi ini mampu untuk membuatnya menunda makan besarmu." Bohongnya. Dia masih tau jika wanita yang sedang memandangnya itu masih terbiasa dengan sarapan sederhannya.

Ristaya mengendus, "Hm... Terima kasih." Ucapnya dan memasukan gigitan rotinya itu dalam mulutnya.
Leo tersenyum, melihat wanita itu makan dengan lahapnya membuatnya senang karena ini adalah pemandangan yang tidak pernah dia dapatkan sejak tiga tahun lalu. Leo menatap lekat wajah Ristaya, wanita-nya ini tidak berubah bahkan tidak terlihat seperti seorang wanita dewasa yang berumur 28 tahun, pipi chubby-nya juga masih seperti dulu. Sangat menggemaskan.

"Kenapa? Kau sudah tidak selera dengan sarapanmu?" Tanya Ristaya yang mengetahui bahwa Leo memandanginya sedari tadi.

Leo tersenyum kikuk, dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ah, tertangkap basah. Pikir Leo.
Setelah menyelesaikan sarapannya dan juga matahari yang telah menampilkan semua sinarnya, kini Ristaya dan Leo bergegas menuju kesalah satu lokasi dimana biasanya beberapa turis akan bermain air disana. Tanjung Benoa.

L❤R

Perjalanan menuju tanjung benoa menempuh waktu lima belas menit dari tempat dimana Leo dan Ristaya melihat sunrise. Di dalam mobil yang kemarin banyak dengan sunyi dan sepi, sekarang mereka lebih terlihat seperti orang normal yang berbicara selayaknya orang yang saling kenal.

"Jadi kau pernah tinggal di Bali selama enam bulan?" Tanya Ristaya. Leo memang pernah tinggal di Bali selama satu tahun karena dia pernah menangani proyek besar di Bali.

"Ya... waktu itu perusahaan Bang Ali memang masih merintis jadi ya... mau tidak mau aku harus turun tangan." Jelasnya.

"Pantas saja kau tidak takut tersesat saat disini." Ucap Ristaya yang membuat Leo tersenyum geli.

After We Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang