Why did you come to me again? When it's me who's too cowardly to let you go?
I hear your sad cries on the other side of the door
Why did you come to me again? When I've already cooled down
I have no more warmth to share with you anymore♪Beast - No More
Author POV
Seorang wanita dengan langkah tergesa-gesa berlari di atas trotoar menuju ke salah satu café yang berada di Bali. Sial! Jika saja anak David tidak sedang sakit mungkin sekarang dia bisa pulang dan tidur di kamar kost yang dia tinggali selama tiga tahun terakhir ini. Tapi sayang, itu semua hanya angannya saja karena sekarang kakinya melangkah memasuki café yang disebutkan oleh David.
Wanita itu mengedarkan pandangannya menuju nomor meja yang di beritahu oleh David. Meja nomor lima. Ketemu! Di dekat balkon dengan pemandangan pantai dan disana terlihat ada seorang pria yang duduk membelakanginya hingga dia tidak tahu siapa pria itu.
Dengan nafas yang terengah-engah di berkata, "Maaf, saya terlambat." Pria tersebut menoleh kearahnya. Betapa terkejutnya dia bahwa pria itu adalah pria yang selama tiga tahun ini selalu menghantuinya. Yang selalu ada dipikirannya dan selalu dirindukannya.
Berbeda dengan apa yang dirasakan oleh wanita tersebut. Pria yang sedang duduk itu melihat wajah sang wanita dengan tatapan mendamba dan terdapat perasaan rindu serta... lega.
Wanita itu menarik kursi dan duduk di depan pria yang memandangnya dengan tatapan rindu. Bibirnya seakan ingin bertanya apa kabar? Dan bagaimana keadaanmu sekarang? Semua ingin dilontarkan oleh bibir wanita yang bernama Ristaya ini tapi, ia menahan semua agar tidak runtuh di depan pria yang sudah memporak-porandakan hatinya selama tiga tahun ini.
Pria itu tersenyum puas. Dia bahagia sekali bertemu dengan wanita yang sukses membuat liburan sebagai black list dalam hidupnya.
"Maaf...David...emm maksudku Pak David tidak bisa datang malam ini karena dia ada acara penting." Ucap Ristaya sambil menahan perasaan grogi karena sedari tadi pria yang di depannya hanya menatapnnya tanpa berkedip sekalipun.
"Jadi menurut dia aku tidak penting? Begitu?" guraunya. Bahkan jika dia dianggap tidak penting oleh David dia tidak peduli karena yang berhadapan dengannya sekarang adalah Ristaya, mantan istrinya dan akan menjadi miliknya lagi nanti. Dia pastikan itu.
Ristaya menggangguk sedetik kemudian dia menggeleng karena bukan itu maksud perkataanya. "Bukan. Maksudku dia memintaku untuk..."
Belum sempat Ristaya melanjutkan perkataanya, Leo dengan cepat memotong ucapan Ristaya dengan sebuah pertanyaan, "Bagaimana kabarmu?"
Ya, itu! itu sedari tadi yang diinginkan Ristaya. Mendengar Leo bertanya kabarnya. Dia rindu, sangat rindu dengan sosok yang berada di depannya sekarang. Bahkan sekarangpun Leo tampak lebih tampan walau sedikit lebih kurus.
"Baik. Bagaimana denganmu dan Helena?" Tanya Ristaya. Ugh! Sial! Kenapa dia harus membuat suasana yang bagus tadi membuat jadi canggung seperti ini?
Leo tersenyum di tempatnya, "Baik. Dan Helena sudah mempunyai seorang anak perempuan yang cantik."
Seketika wajah Ristaya berubah kaget. Matanya sedikit melotot dengan mulut yang sedikit terbukan. Helena mempunyai anak? Jadi Leo dan Helena sudah... Ya, bisa di rasakan bahwa hal seperti itu pasti terjadi karena mengingat bahwa Leo sangat mencintai Helena.
"Ya, kurasa memang begitu karena Helena cantik dan kau... tampan." Ristaya berdehem kecil setelah mengatakan bahwa Leo tampan.
Bagai mendapat tamparan keras, Leo mengepal erat kedua telapak tangannya. Bagaimana bisa Ristaya berfikir bahwa dia dan Helena mempunyai seorang anak? Argh! Seharusnya Leo tidak berkata seperti itu seolah-olah menegaskan bahwa dia ayah dari anak Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Break Up
Romantizm" Aku terlalu bodoh untuk medapatkanmu dan sekarang aku terlalu bodoh karena melepaskanmu yang sudah berada di genggamanku." -Leonardo Chandrajaya Cerita ini adalah sequel dari The Crazy Wedding. Jadi dimohon untuk membaca The Crazy Wedding sebel...