[15] Good Job

164 10 0
                                    

          Hari Senin yang cerah ini, aku berangkat ke sekolah dengan semangat, tidak seperti Senin biasanya. Kak Dio yang kali ini bertugas mengantarku, langsung ku paksa untuk buru-buru. Aku tak ingin telat.

         "STOP! STOP! STOP!" jeritku pada kak Dio untuk menghentikan motornya cukup di depan gerbang sekolahku. "Udah, sampe sini aja. Ntar genit-genit sama anak SMA lagi, kalo sampe dalem." candaku.

         Kak Dio mengacak rambutku gemas. "Dasar. Tau aja." dia terkekeh. Aku pun segera pamit masuk-tanpa cium tangan tentunya. Dulu pernah sekali aku coba menyalami tangannya, tapi langsung ditangkis olehnya. Katanya, "emang gue se-tua itu apa? Pake disalimin segala." Haha.

          Sampai di kelas, aku segera menghampiri teman-temanku yang terlihat sedang berkumpul, setelah menaruh tas tentunya.

         "Ada apa, sih?" kataku sambil menatap Farah, Livia, Vita dan Dara secara bergantian, seakan meminta penjelasan.

          "Itu, si Tito." Vita mengerucutkan bibirnya. "Tadi pagi dia chat gue, katanya ga bisa masuk hari ini. Gara-gara sakit."

           "Loh terus, nanti lo gimana dong?" aku mengernyitkan dahi. Kasihan juga Vita, jadi harus menunda tugas kelompoknya, karna Tito sakit.

          Vita hanya mengedikkan bahunya. "Lagian, siapa suruh coba? Sibuk latihan futsal mulu." tiba-tiba aku teringat kak Vano. Dia juga sibuk latihan selama seminggu kemarin. Ah, semoga dia ga sampe sakit kayak Tito.

          "Dan lo tau ga sih? Gue sama dia tuh cuma baru sekali latihan, itu pun di sekolah waktu itu, sebentar banget. Selebihnya dia ga pernah bisa di ajak latihan." gerutu Vita kesal.

         "Tau gitu, gue ga mau sekelompok sama dia." kita berempat pun sontak tertawa melihat wajah Vita yang semakin ditekuk.

          "Udah udah. Kita ke lapangan, yuk. Nanti telat upacaranya." kata Livia melerai. Kita pun sepakat untuk segera turun ke lapangan.

                          ***

          Perutku sangat lapar. Teman-temanku memilih sibuk latihan di dalam kelas untuk pelajaran Bu Melly yang akan dimulai setelah bel istirahat usai. Tidak ada yang ingin beranjak dari kelas, termasuk Vita, untuk pergi ke kantin. Membuatku memilih menahan lapar dan bersender di kursi koridor depan kelasku.

          Sebenarnya, aku ingin sekali melongok ke bawah, melihat anak futsal yang sedang berlatih. Tapi badanku tak ingin beranjak, terlalu lemas-lapar tepatnya.

          "Sendirian aja?" sapa seseorang di sebelahku. Bisa ku rasakan kursi yang ku duduki bergoyang, karena ada yang menduduki. Aku menoleh untuk melihat siapa yang berbicara.

          "Kak Vano?" tanyaku sedikit kaget. Bukannya dia lagi latihan di bawah?

          Dia mengangguk dan mengeluarkan senyum. Senyum yang dapat membuat jantungku berdetak ga karuan. Bahkan, sejak Sabtu kemarin. Saat dia mengajakku ke taman. OMG! Bahkan, aku masih ga nyangka hal itu terjadi.

          Ya, walaupun hari itu aku tidak jadi maraton drama Korea. Aku tetap senang, bahkan senang sekali. Aku bisa merasakan sedekat itu dengannya.

          "Kok bengong? Segitu terpesonanya ngeliatin gue?" aku tertawa kecil menghilangkan kegugupan karna jarak yang sedekat ini.

          "Ih enak aja. Siapa yang ngeliatin kakak?" elak ku.

          "Nih," dia menyodorkan sandwich ditangannya. "Gue tau, lo laper."

          Aku terbelalak bingung. Darimana dia tau? "Mm..kok tau?"

When I Saw YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang