[25] A Day With Them

133 9 4
                                    

         Perlahan, rasa itu mulai terkikis. Pergi. Meninggalkan aku yang kini memilih lupa.

          Ya, ku harap rasa itu akan benar-benar lenyap. Karena percuma bukan? Sudah tak ada lagi harapan. Tak ada lagi yang pantas ku tunggu.

Drrtt...drrt...

          Ku raba kantong bagian dalam tasku untuk mengambil ponsel yang kini bergetar panjang. Tanda ada panggilan masuk.

Shafira Dara is calling...

          "Ya? Kenapa, Dar?" sapaku to the point. Aku tahu Dara pasti mau mengabari kalau dia sudah sampai. Aduhh, malah macet lagi.

         "Gue sama Vita udah sampe nih. Lo dimana?" tuh kan benar.

         "Masih di jalan, Dar. Tunggu ya sebentar lagi sampe kok," mohon ku dengan tidak enak. Apalagi untuk acara pergi ke mall ini, mereka bilang karena aku. Katanya mereka pengen liat aku seneng lagi, supaya ga terus-terusan sedih ingat dia.

          Ah, padahal aku ga selemah itu. Mereka aja yang terlalu berlebihan.

          "Iya gapapa kok. Kita kan ke sini buat nemenin lo, masa iya lo malah kita tinggalin," ujar Dara sedikit berseringai. "Lagian Farah sama Livia juga belum dateng kok. Yaudah, kita tunggu lo di lobby, ya." tambahnya.

        "Ohh, okee Dar." jawabku.

         "Sipp."

          Setelah sambungan terputus, aku segera menyimpan ponselku kembali ke dalam tas. Entah kenapa akhir-akhir ini aku terlalu malas menggunakan ponsel. Jika butuh dan memang perlu saja aku akan menggunakannya. Selebihnya, ponsel itu akan ku geletakkan di meja ataupun kasur.

         Ya, seperti ada sesuatu yang membuatku kecewa tiap kali membuka ponsel.

           Dulu seakan setiap detiknya aku akan menerima notifikasi darinya. Dulu seakan aku selalu semangat membuka ponsel karna aku tahu akan ada kabar darinya. Tapi sekarang? Jangankan notif itu akan muncul. Berharap dia masih mengingatku saja sepertinya mustahil.

Arghh!!

        Sampai sekarang bahkan aku tak bisa berhenti merutuki diriku sendiri. Bisa-bisanya masih saja mengingat dia. Apa sih yang sebenarnya aku harapkan? Toh jelas-jelas dia tidak pernah benar-benar ada. Dia hanya sekedar melintas di hidupku tanpa tujuan apapun.

        "Maaf non, sudah sampai." titah Pak supir memberitahu. Aku pun segera sadar dan buru-buru membuka pintu di sisi kananku.

         Setelah mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa aku akan menelponnya nanti jika ingin dijemput, aku pun segera berjalan menuju lobby mall.

Latisha : kalian dimana? Kalian ga ninggalin gue kann?? Gue udh di lobby sekarang

        Ku kirim pesan singkat untuk menanyakan dimana mereka. Karena aku tidak melihat siapapun di antara keempat temanku di lobby ini. Atau mungkin mereka lebih dulu ke dalam karna bosan terlalu lama menungguku? Ah, atau mungkin mereka sengaja meninggalkanku?

When I Saw YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang