Bagian 2 [Membosankan]

2.2K 166 1
                                    

Kririingg
Bel pelajaran berbunyi...

"Sial!"
Tukas Salsha menyambar tasnya dikursi lalu bergegas menyusul [Nama kamu] kekelas.

.
Pelajaran sekolah berakhir. Dengan wajah berseri-seri [Nama kamu] menunggu jemputannya datang.

Tadi siang Daddy [Nama kamu] mengirim pesan bahwa ia sudah pulang dari Singapore lalu ia ingin menjemput [Nama kamu] pulang sekolah nanti.

Itulah yang membuat wajah [Nama kamu] berseri-seri. Walau sudah menunggu sepuluh menit raut wajah [Nama kamu] masih saja sama (berseri-seri).

Wajahnya tambah berseri-seri saat melihat mobil Mercedes Benz A 45 AMG berplat kendara 'W 174 YA' - Bambang Wijaya.

Mobil daddy [Nama kamu] tlah berada dihadapannya. Saat kaca mobil terbuka seketika senyuman diwajah [Nama kamu] pudar.

Bukan daddy yang menggendaraainya melainkan momy tiri nya.

"Where daddy?!"
Tegasnya dengan tatapan murka.

"Wijaya sedang ada rapat mendadak tadi"
Jelas Daisy memakai kacamata hitam tanpa melirik [Nama kamu] sedikitpun.

"Tapi daddy sudah berjanji padaku!"
[Nama kamu] masih bersikeras.

"Cepat naik atau kau ku adu kan terlalu manja!!"
Ucap Daisy menatap [Nama kamu] tajam sambil mengendurkan kacamatanya dan memasangnya seperti semula.

[Nama kamu] masuk ke mobil dengan ter-pak-sa. Daisy membalas dengan senyum sinisnya.

"Bagus, teruslah menurut kepada ku seperti ini"
Ucap Daisy bangga.

"Jangan.kau.pikir.kau.bisa.mengancamku!Ingat itu!"
Ucapnya penuh penekanan.

Daisy berdecak kesal.
"Ya ampun terbuat dari apa otak anak ini"
Desisnya pelan, sangat pelan. Namun bukan [Nama kamu] namanya bila tidak mendengar setiap perkataan muna dari mulut Daisy.

Namun ia hanya diam. Ia tak ingin memperpanjang perdebatan.

.
Malam tiba kini waktu nya makan malam keluarga.

Perdebatan garpu dan sendok menyeru dimeja makan. Saling bersahutan satu sama lain.

Namun sepertinya hanya garpu dan sendok [Nama kamu] yang sangat ribut.

"Jika tidak ada Wijaya sudah ku lempar jauh-jauh anak ini"
Gumam hati Daisy melirik [Nama kamu].

Merasa Istri terganggu. Wijaya angkat bicara. Entah apa yang tlah dilakukan Daisy kepada Wijaya yang membuat Wijaya bisa sangat sayang kepada Daisy.

Sekalipun ia harus menampar [Nama kamu] akan ia lakukan demi Daisy.

Namun Wijaya masih memiliki rasa sayang yang begitu besar kepada anak tunggalnya ini. Melebihi apapun, bahkan seluruh hartanya.

"[Nama kamu]?"
Ucap Wijaya lembut.

Membuat [Nama kamu] sedikit tersentak.

"Ada apa sayang? Kenapa anak daddy seperti tidak nafsu makan seperti itu? Apa kamu sakit?"

[Nama kamu] menggeleng
"No daddy im not"
Lalu ia menatap Daisy yang sedang menyantap makanannya.

Wijaya tahu betul. Sejak awal ia memperkenalkan Daisy dengan [Nama kamu]. [Nama kamu] terlihat sungguh tidak menyukai Daisy.

"Terus kenapa makanannya tidak dihabiskan hem?"

"Aku..aku.. aku hanya sedikit kecewa pada daddy"
Ia menaruh garpu dan sendoknya diatas piring lalu menatap daddy nya.

Wijaya menatap sepasang bola buah hati kesayangannya dengan tatapan penyesalan.

"Maafkan daddy, tadi ada rapat pen-

"Penting? Apa menurut daddy rapat itu lebih penting dari [Nama kamu]?!"
Nada bicara nya terdengar sedikit lantang. Lalu ia bergagas menuju kamar.

Membuat Daisy menghentikan sesi makannya.

"[Nama kamu]?! Sayang? Dengarkan daddy"
Wijaya mengejar [Nama kamu] kekamar.

Bruk
Pintu kamar dibanting sekeras-kerasnya. Namun tidak ia kunci. Ia langsung melungkupkan wajahnya kebantal.

☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆~☆
Hell ya mæ first story gaizz
Hope u like it ♡

The Ending Of The Story ⚫IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang