Snowfloves

243 15 0
                                    

Nama : Audrey
Uname : DreyLa06

“Hei, lihat dia, pakaiannya itu, ewh~

“Si gadis cupu itu sudah datang?”

“Sekali-kali kita bully dia yok?”

“Ide bagus tuh,”

Gadis itu, Luciferya Janisha, berjalan sambil menunduk tanpa menghiraukan perkataan para seniornya itu. Ia sudah sering begini, berjalan sambil menunduk dengan membawa buku serta kacamata yang membingkai wajahnya.

Tidak ada yang ingin berteman dengannya, kecuali satu, primadona di sekolahnya yang selalu ada untuk dirinya, Weilita Primawera.

Tiba-tiba saja, ada yang menjambak–atau lebih tepatnya menarik rambutnya dengan kuat, namun ia sama sekali tidak menjerit, meringis, ataupun membalas perbuatannya. Karena dia percaya, karma selalu ada dan tidak akan bisa dihindari sekeras apapun perjuanganmu untuk menghindarinya.

“Hentikan! Kalian ini sungguh keterlaluan!” bentak seorang laki-laki yang tak lain adalah ketua OSIS di sekolahnya. Refleks, mereka pun melepaskan tarikan mereka pada rambut Luciferya. Tepat pada saat itu pula, Weilita datang dengan kondisi yang masih terengah-engah seperti baru berlari marathon.

“Kamu tidak apa-apa kan, Fer?” tanya Weilita khawatir dengan nafas yang masih terengah-engah. “Maaf, aku terlambat kali ini, sungguh, aku minta maaf,” sambung Weilita.

Luciferya tersenyum lalu menggeleng dan berkata, “Tidak, Lit, kamu tidak salah. Salahku yang tidak bisa melindungi diri sendiri, kamu tidak perlu minta maaf.”

Weilita tersenyum lalu memeluk Luciferya sambil berkata, “Aku minta maaf, they’ll get the karma sooner or later.” Luciferya mengangguk dan memeluk kembali Weilita.

Di sisi lain, murid-murid yang tadinya mem-bully Luciferya dihukum oleh ketua OSIS tadi. Mereka sama sekali tidak mengatakan apa-apa saat mereka dihukum.

Psst.. Dia sok jadi pahlawan banget ya? Sepertinya dia menyukai cewek cupu itu, kerjain yuk?” tanya Axel, lelaki yang memimpin pem-bully-an tadi. “Hmm.. Gak mau lah Xel. Gue gak pengen cari mati,” jawab salah satu diantara pengikutnya. “Ya sudahlah.”

“Feryyy~ temenin ke kantin yok? Laper..” ujar Weilita dengan puppy eyes andalannya. Sekali-sekali bercanda boleh lah ya.. batin Luciferya.

"Aku gak laper loh Lit.. Kamu ke kantin aja ya?” jawab Luciferya.

“Ayolah, Fer~ masa’ kamu tega biarin aku sendirian sih?” Lagi, Weilita memakai jurus puppy eyes andalannya.

"Hahaha.. Bercanda aja kok Lit. Yok, ke kantin,” ujar Luciferya.

Saat mereka berada di kantin, seseorang tanpa sengaja menabrak Luciferya, yang menyebabkan minuman yang dibawanya terjatuh. “Maaf, maaf, aku tidak sengaja, kamu tidak apa-apa?” tanyanya. Dari suaranya yang bass, bisa diketahui kalau dia adalah laki-laki. “Tidak, aku tidak apa-ap–akh!”

Tanpa berkata apa-apa, laki-laki itu menggendong Luciferya ke UKS yang berjarak tidak terlalu jauh dari kantin. “U-uhm, kumohon, turunkan aku,” ujar Luciferya.

"Tidak sebelum aku membawamu ke UKS!” ujar laki-laki itu tegas.

“Maaf, tapi bolehkah aku tau siapa kamu?” tanya Luciferya bingung, karena selama ini tidak pernah ada satupun orang yang ingin mendekatinya.

"Kamu tidak tau siapa aku, hm?” ujarnya bertanya balik.

Luciferya hanya menggeleng dengan polosnya yang membuat laki-laki itu terkekeh lalu berkata,

“Aku ketua OSIS sekolah ini, Alexander Myujinko.” Luciferya hanya ber-oh ria, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada Alexander karena banyak yang sedang melihat mereka.

“Wajahmu merah, kamu demam?” tanya Alexander saat menyadari wajah Luciferya yang sudah semerah tomat. Luciferya menggeleng.

“Eh, itu bukannya si cupu ya?”

“Iya, ya. Kok dia bisa sama Alex sih?”

“Katanya sih tadi dia jatuh di kantin, terus dia pura-pura gak bisa jalan dihadapan Alex.”

“Dia selain cupu, drama queen banget ya?”

“Bisa-bisanya Alex termakan actingnya itu.”

“Lihat aku, dan jangan hiraukan ucapan mereka. Mereka hanya iri padamu,” ujar Alexander saat ia sadar kenapa Luciferya menyembunyikan wajahnya.

Luciferya tidak menjawab, melainkan hanya mengangguk. Sepanjang jalan, Alexander terus mencoba untuk mengalihkan perhatian Luciferya dari omongan para siswa-siswi yang kurang diajar itu.

“Siapa namamu?” tanya Alexander saat mereka sudah sampai di UKS.

"Ehm.. Apakah penting bagimu?” ujar Luciferya bertanya balik.

“Oh, ayolah, hanya nama,” ujar Alexander dengan ekspresi memohon.

“Uhm, Luciferya, Luciferya Janisha, kamu boleh memanggilku Fery,” jawab Luciferya akhirnya.

“Nama yang unik,” gumam Alexander tanpa sadar.

“Yah, begitulah. Nama belakangmu juga unik,” ujar Luciferya.

Feryaaaa.. Ya ampun, ada apa dengan kakimu?” tanya Weilita khawatir saat melihat kaki Luciferya yang diperban.

“Gara-gara yang tadi itu loh, masa’ kamu lupa?” ujar Luciferya sebal. 

“Tadi kenapa memangnya?” tanya Weilita bingung.

“Kamu gak lagi amnrsia kan, Lit?” tanya Luciferya dengan ekspresi yang tidak percaya. Weilita menggeleng bingung.

“Itu loh, yang tadi ada laki-laki nabrak,” ujar Luciferya. Weilita ber-oh ria dan tersenyum penuh arti.

“Ciee.. Yang deket sama ketua OSIS..” goda Weilita.

“Apaan sih Lit? Ngaco kamu..” elak Luciferya yang sedang salah tingkah karena ucapan Weilita.

“Ciee.. Yang lagi blushing gara-gara keinget sama si dia..” goda Weilita lagi. 

“Serah kamu deh..” ujar Luciferya pasrah.

“Ciee.. Yang pasrah..” goda Weilita lagi.

"Ih Fery~ jangan cemberut gitu ah, jelek tau? Itu.. Alex di depan kelas, nyariin kamu,” sambung Weilita.

“Hah? Kamu bercanda kan, Lit?” tanya Luciferya tidak percaya.

“Ya kali aku bercanda.. Orangnya aja serem gitu, gimana mau bercanda coba?” jawab Weilita sebal.

“Kesana gih, cepetan elah,” sambungnya.

“Iya deh, iya.”

“Ada apa Lex?” tanya Luciferya to the point.

“Ikut aku sebentar yuk? Ada yang mau kukatakan,” ujar Alexander bertanya balik.

“Baiklah.” Dan disinilah mereka, di danau buatan belakang sekolah mereka yang sangat indah, dengan pohon-pohon yang rindang, dan angsa-angsa yang tampak senang berada disana. Dan.. dengan salju-salju yang baru saja turun menemani mereka.

“Uhm.. Lucy..” panggil Alexander. “Ya, Lex?” tanya Luciferya penasaran. Inilah dirinya, yang jika sedang penasaran, maka dia akan mencari tau tentang hal itu sampai dia menemukan jawabannya.

“Sebenarnya.. Aku sudah sangat lama memperhatikanmu, dan selama itu pula, perasaan ini muncul. Aku.. Mencintaimu, Luciferya Janisha. Would you be my girlfriend?

Cuman bagian jarak doang.

Winter in DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang