Nama: Putri
Uname: AngelyysugarHari ini bulan desember yang indah. Beberapa bulan lagi aku akan dipersunting oleh Justin sebagai istrinya. Aku pun saat mendengar kabar itu sampai berlinangan air mata. Kami akan menikah pada tanggal 25 Desember ini. Tepat pada saat musim salju. Ini akan menjadi pernikahan yang tak terlupakan di hidupku.
"Umm, Ariana? Kau sedang memikirkan apa?" tanya Justin di belakangku. Aku pun terkejut dan segera menoleh ke belakang.
Aku tersenyum, "Ah tidak, aku hanya memikirkan tentang pernikahan kita nanti."
Justin mengembangkan senyumnya. Aku akui, senyuman Justin sangatlah manis. Bukan manis saja, tapi manis sekali! Siapapun yang memiliki Justin, akan merasa beruntung sepanjang hidupnya. Dan itu ternyata aku. Aku selalu bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah memberikanku jodoh seperti Justin.
"Huh, melamun lagi." celetuk Justin tiba-tiba. Aku pun refleks mencubit lengan berotot Justin.
"Biarkan saja!" kataku, "Memang nya kenapa kalau melamun lagi? Dilarang?"
"Tidak sih, cuma kata orang jangan melamun sendirian." tutur Justin sambil mengambil salju yang ia injak.
"Lalu, harus mengajak-ajak?" tanyaku sambil menatapnya sinis.
Justin pun tertawa. Sungguh, saat aku mendengar tawanya, aku merasa sangat bahagia.
"Maksudnya bukan begitu tahu. Ah, jadi bingung menjelaskannya." kata Justin lalu ia menggenggam salju yang sudah berbentuk bulat. Dilemparkannya salju itu ke arahku.
Buk!
"Justin!" teriakku lalu membalasnya.
Kami pun akhirnya bermain perang salju. Inilah yang kami lakukan saat musim dingin. Jika saat badai salju, kami menghangatkan tubuh dengan coklat panas buatan Justin. Aku sangat rindu coklat panas buatan Justin.
Aku pun tak menyia-nyiakan waktu sebelum pernikahanku dan Justin. Aku sangat menunggu kata kata 'Apakah kau bersedia menikahi Ariana Grande?' Dan aku pun menunggu pertanyaan 'Apakah kau bersedia menikahi Justin Bieber?'. Sungguh, aku benar-benar tak sabar lagi!
"Ah, sudah dong. Aku lelah." ucapku lalu duduk di salju. Lalu merebahkan diri di salju yang empuk itu. Aku merebahkan diri di salju layaknya merebahkan diri di kasur empukku. Nyaman.
"Masa segitu saja sudah lelah? Ayolah, kita bermain lagi. Sekali saja?" Bujuk Justin sambil memperlihatkan puppy eyes nya.
"Hmm, baiklah. Asalkan kau mau membuatkanku coklat panas buatanmu. Bagaimana?" tawarku. Justin pun terlihat berpikir-pikir dengan tawaranku.
"Oke oke. Aku setuju. Ayo kita bermain perang salju!" seru Justin lalu tiba-tiba melemparkanku salju. Sejak kapan ia membuatnya?
"Justin! Curang!" teriakku lalu mencoba mengerjarnya. Justin hanya membalasnya dengan menjulurkan lidahnya seolah-olah meledekku.
Kami pun bermain sampai benar-benar lelah. Justin terus tertawa bahagia meledekku seperti ini. Sedangkan aku, merasa kakiku sudah beku karena dingin. Bagaimana tidak dingin, aku di suruh Justin untuk melepas sepatuku. Untuk pengorbanan cinta, katanya.
Brugh!
Aku seketika pingsan karena kakiku terlalu dingin. Justin yang sedang berlari, tiba-tiba langsung berlari ke arahku panik. Aku di dalam hati tertawa. Mau saja di bohongi.
"Astaga, Ari! Kenapa, kamu kenapa? Bangun!" teriak Justin sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Gyahahahaha! Khawatir ya?" ledekku. Justin pun menatapku sinis.
"Dasar. Kalau mau di perhatiin bilang saja. Aku jadi marah kepadamu. Huh, awas!" Seru Justin. Crack! Apa yang aku lakukan? Aku telah menyakiti hati Justin dengan membuatnya khawatir.
Justin perlahan pergi menjauh dariku. Aku mencoba bangkit. Tapi, lututku terasa sangat sakit. Aku tetap mencoba berdiri. Aku merintih kesakitan. Justin melihatku sebentar lalu berjalan lagi. Aku pun mencoba memberhentikan langkahnya.
"Justin, tunggu aku!" teriakku. Justin malah semakin cepat langkahnya. Aku pun mencoba lebih cepat, apalah dayaku. Aku hanya bisa menyeret kaki kananku yang kesakitan akibat terlalu dingin. Memang, aku tidak kuat dingin. Jadi, aku harus memakai sepatu boot.
Tiba-tiba saja terdengar suara klakson dari arah kanan. Brak! Aku pun berteriak lalu Justin mencoba melindungiku. Naas, aku sudah lebih dulu tertabrak. Dan ada ranting yang menusukku. Dan ranting itu menusukku tepat pada jantungku.
Jantung.
Author POV,
"Ariana! Bangun! Aku mohon jangan pergi!" teriak Justin sambil berlinangan air mata. Ia tampak sangat panik melihat Ariana berlumuran darah.
Ini semua salahku.
Ariana sempat memanggil nama Justin. Hanya sekali. Justin pun bertambah sedih melihat Ariana. Calon istrinya.
Tiba-tiba ambulan datang dengan suara sirinenya. Justin sudah menangis melihat Ariana. Padahal, Ariana adalah belahan jiwa-nya. Justin rela mengorbankan nyawanya demi Ariana. Ariana pun rela mengorbankan nyawanya demi Justin.
Justin segera ikut ambulan itu. Di perjalanan, Justin menangis tersedu-sedu. Ia melihat Ariana berlumuran darah. Ia pun memukul-mukul wajahnya, menjambak-jambak rambutnya, dan mencubit lengannya. It's not dream. Ini bukan mimpi. Ini benar-benar terjadi. Justin semakin sedih saat mengetahui ini bukan mimpi. Ini nyata.
Seorang wanita polos dan berhati lembut, berlumuran darah karena-nya.Jika Ariana tak mengejarnya, pasti ini tak akan terjadi.
"Ariana, please, stay with me."
"Ariana, don't go."
"Ariana, i love you so much."
Justin menyebut kalimat-kalimat itu berulang-ulang. Hingga akhirnya, mereka sampai di sebuah rumah sakit. Justin tampak sembab matanya. Justin tampak hancur. Justin bukan seperti Justin yang biasanya. Darah Ariana terus-terusan bercucuran.
Sedangkan Ariana, mendengar sedikit kata-kata yang di lontarkan Justin saat di ambulan tadi. Ariana masih sedikit sadar. Tetapi, saat di rumah sakit. Ariana sudah sepenuhnya pingsan. Jika Ariana pergi untuk selama-lamanya, Justin pasti akan rindu dengan tawa, tangis, senyum, dan mata nya.
Ariana pun di masukkan ke ruang operasi. Justin tampak sangat sedih. Salah satu dari mereka, harus ada yang merelakan nyawanya.
Dua hari setelah kejadian,
Ariana dapat membuka matanya. Dimana ia sekarang? Dan.. dimana Justin? Ia terus mencari pria bertubuh tegap tersebut. Di sampingnya, sudah ada kedua orang tua-nya.
"Ariana? Akhirnya kau tersadar!" Seru Ibu Ariana. Ibu Ariana tampak hancur. Tidak seperti biasanya.
"Mama, dimana Justin?" Tanya Ariana sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba datang orang tua Justin lalu memberikan Ariana sebuah surat.
"Ini dari Justin." Kata Ayah Justin.
Ariana pun langsung membuka surat itu.
Hai kekasihku yang polos dan menyebalkan. Bagaimana, sudah sehat? Semoga sudah sehat ya. Aku cuma mau bilang, aku udah di dekat Tuhan. Aku mendonorkan jantungku. Jantung mu tertusuk ranting tajam kemarin. Dan selain itu, kamu juga bisa merasakan detak jantungku ini. Coba deh rasakan. Deg-deg an kan? Itu lah yang aku rasakan di dekat kamu. Sudah dulu ya. Dadah!
Love
Justin BieberJustin rela memberikan jantungnya demi Ariana. Ariana pun menangis tersedu-sedu.
-The End-
Kayaknya ga ada yang diperbaiki. Mungkin sedikit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter in December
Teen FictionIni karya para member CW di musim salju. Baca semua, vote menurutmu yang paling bagus.