DC - FOUR

381 34 24
                                    

Welcome back readersku yang masih sedikit😟

Tapi aku bakalan berjuang buat bikin bahagia kalian!

Maafin kalo tulisanku abal abal ya :(

Enjoy

•••

Namira's POV

Pagi ini seperti pagi biasanya, aku sudah siap dengan seragam yang melekat ditubuhku dan rambut yang aku kucir kuda. Kali ini aku menggunakan sepatu converse berwarna navy blue. Aku mengambil tas berwarna biru muda dan segera keluar kamar untuk menuju ke ruang makan. Seperti biasa, aku sarapan bersama Bian, Gaza, Papa, dan Mama.

Benar-benar keluarga yang harmonis.

Boong deng.

"Lama lo oneng." Tangan kanan Gaza merangkul pundakku dan tangan kirinya menjitak puncak kepalaku.

"Sakit sialan," Aku mengerucutkan bibirku dan berkacak pinggang.

Mama, Bian dan Papa hanya tertawa melihat tingkah kami berdua yang selalu bertengkar dan tak pernah akur. Semua itu kan ulah kak Gaza yang iseng.

Bian mengambil roti panggang di meja dan memasukkannya kedalam tempat makan. Loh, siapa yang bawa bekal? Biasanya kan Bian atau Gaza paling gak suka ribet buat sekolah.

"Nih dek, lo sarapan di jalan ya." Ucap Bian sambil menyerahkan tempat bekal berwarna hijau tosca itu.

"Kok gue sih kak? Emang kenapa gak makan disini aja? Lo aneh deh." Jelas aku terheran, kenapa Bian menyuruhku makan di perjalanan? Kenapa tidak makan disini saja bersama mereka, seperti biasanya.

Tiba-tiba mbok Yani yang tampaknya selesai membersihkan taman, membuka pintu depan.

"Ada tamu diluar, katanya tamunya Non Namira," Mbok Yani menutup pintu itu kembali dan beranjak ke dapur.

Tamu? Aku tidak pernah punya tamu sebelumnya kecuali aku mengundangnya sendiri. Atau mungkin Bela dan Rasya? Ah tidak mungkin, mereka sangat tidak suka berangkat bersama-sama, katanya mereka terlalu banyak urusan yang harus diurus dipagi hari seperti ini.

Jadi, siapa sebenarnya tamuku?

"Itu Nam, liat dulu tamunya siapa. Jangan lupa bekalnya dimasukan ke tas ya sayang," Ucap mama sambil menuangkan susu kedalam gelas. Aku hanya mengangguk dan beranjak untuk pamit kepada Papa dan Mama. Bagaimana dengan kakak kembar coganku itu? Aku hanya mencium pipi mereka berdua.

Mayan kan.

Kalian pasti iri.

Aku yakin.

Hehe.

Aku beranjak keluar dari rumah dan saat sudah berada di depan pagar, bisa kulihat mobil sport berwarna biru tua dengan kaca gelap. Ah, aku jadi tidak bisa melihat siapa yang menyetir mobil itu. Aku berjalan kearah mobil itu dan saat tubuhku berada tepat didepannya, aku menendang pintu mobilnya. Akhirnya sang pemilik mobil menurunkan kaca jendela dan betapa kagetnya aku bahwa dia yang berada disitu.

"Lo lagi? Ngapain disini?" Tentu saja aku terkejut, bagaimana bisa dia berada dikawasan rumahku dipagi hari seperti ini?

"Masuk dulu ke mobil, gue ceritain di jalan." Setelah mengatakan kata-kata yang bahkan tidak dapat mengurangi rasa ke-kepoanku, dia menutup kaca mobilnya.

Sialan.

Aku membuka pintu mobil, dan segera duduk. Aku menatap matanya, menuntut penjelasan lebih. Dia yang tampak tidak tahan akan tatapanku, akhirnya menghela nafas panjang.

"Pake dulu seatbeltnya," Dia bahkan tidak menggubris permintaanku untuk menjelaskan tentang apa yang dia lakukan disini. Aku hanya akan duduk dan diam hingga mendengar penjelasan darinya.

Tiba-tiba dia mendekat kearahku, dan jarak kami sangat dekat. Perlu di italic, bold dan underline, jarak kami sangat dekat. Aku tidak terbiasa dengan posisi ini dan spontan aku memejamkan mataku. Bisa kudengar suara cekikikan dari sampingku dan kubuka mataku perlahan.

"L-lo ngapain barusan?" Saat-saat awkward seperti ini aku bahkan berbicara terbata-bata. Namun dia hanya tertawa dan menunjuk kearah seatbelt yang sudah terpasang dibadanku.

Oh God, ternyata dia hanya memasangkan seatbelt. Betapa malunya aku, aku sudah tidak dapat membayangkan seberapa merah pipiku saat ini. Aku memalingkan wajahku ke jendela mobil, sedangkan dia masih dalam keadaan tertawa.

Tunggu, dia tertawa?

Aku menatap kearahnya, dan melihat seperti apa rupanya saat tertawa.

Gemesin.

Satu kata yang bisa mendeskripsikan cowok yang saat ini didepanku.

Gimana gak gemesin coba? Sederetan gigi rapih putihnya ditunjukan bersamaan dengan matanya yang menyipit.

Tapi aku enggak mungkin suka sama cowok es ini kan?

Gak, gak mungkin.

Sekarang kita sudah dalam perjalanan, dan tidak ada satupun dari kami yang membuka pembicaraan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark Chocolate [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang