Aku adalah seorang gadis berusia dua puluh tiga dengan nama aneh Srikandhi Arunndanu. Orang tuaku bersama kakek dan nenek berharap agar aku nantinya menjadi sosok cantik yang tangguh seperti Srikandi dalam tokoh pewayangan. Tapi nyatanya aku tidak seperti Srikandi yang sangat anggun. Memang benar kalau aku tangguh, siapa yang mau melawanku kalau tahu aku sudah belajar karate sejak kelas satu sekolah dasar. Berbeda dengan orang tua lain, ayahku lebih menyukai jika aku seperti laki-laki.
Aku tomboy, bahkan rambutku tidak pernah panjang melebihi bahuku. Sangat jarang menggunakan rok kecuali saat acara tertentu, seperti perkumpulan keluarga di Jogja. Kakek nenekku sangat menjunjung tinggi adat istiadat budaya jawa, tanyakan saja mereka tentang jawa, pasti mereka mengetahuinya.
Menjadi satu-satunya cucu perempuan yang dimiliki keluarga ku membuatku merasakan beban tersendiri. Apalagi dari sekian jumlah cucu mereka, hanya aku yang memiliki kelakuan tak normal.
Ayah adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakaknya, pakdhe Pram memiliki dua orang anak laki-laki yang masing-masing sudah memiliki keluarga. Sedangkan tante Rani, adik ayah, hanya memiliki satu orang anak yang seusia denganku.
Dari keluarga ibu, aku dan Juna tidak memiliki saudara lain. Itu karena ibu adalah anak tunggal, tapi sayang kakek dan nenekku itu sudah meninggal sejak aku dan Juna belum lahir.
Arjuna Arunndanu, kakakku yang selisih dua tahun dariku itu memang tampan. Dan sayangnya dia memiliki banyak fans fanatik yang tergila-gila padanya, bahkan aku sering menjadi sasaran empuk mereka yang tidak tahu bahwa aku adalah adik kandungnya. Sungguh menyebalkan.
Aku bekerja di sebuah perusahaan multi nasional yang bergerak di bidang properti sebagai staff marketing, dan sedang berharap bisa mendapatkan promosi supaya mendapatkan mutasi ke Jakarta.
Sudah enam tahun aku berada di kota Semarang yang menjadi tempatku menimba ilmu selama empat tahun. Enam tahun pula aku berpisah dengannya, bukan berpisah lebih tepatnya karena aku dan dia bukanlah sepasang kekasih.
Aku rindu padanya. Rindu ketika aku selalu ada di belakangnya, rindu ketika aku selalu menatap wajahnya, rindu akan hadirnya yang seharusnya tak ku ingin kan.
Aku harusnya cukup berada di sini.
Dia dan wanita itu begitu serasi, seolah ditakdirkan menjadi puteri dan pengeran. Aku pikir mereka takkan pernah menjalin hubungan. Aku pikir Kerrel tak pernah mencintainya karena perlakuan wanita itu padaku. Tapi itu semua salah, perkiraanku salah.
Dan khayalanku benar-benar terjatuh sebelum mencapai langit.
(⊙o⊙)
Holla! Saya balik lagi dengan cerita absurd yang bikin kalian mual-mual nggak jelas. Semoga kalian suka sama cerita ini, sukur-sukur mau ngevote. Makasih buat yang mau baca ≧﹏≦ kritik dan saran diperlukan.
♪v(⌒o⌒)v♪
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Silence
RomanceDalam diam aku memandangmu, dalam sendu ingin ku memelukmu, dan dalam tangisku terselip doa agar kamu mau memandangku. Bahkan setelah begitu lamanya aku masih mengagumimu dalam kesendirianku. Aku masih terpesona olehmu, meski tawamu bukan untukku...