Maintain or Forget

11.4K 870 14
                                    

Sehun menuntunku sampai depan pintu rumah. Lampu rumah belum dinyalakan karena memang tidak ada orang di rumah. Oemmaku sedang pergi ke rumah nenek jadi aku sendiri di rumah malam ini. aku memandang Sehun yang berdiri di sampingku. Dia sudah melepas rangkulannya di bahuku.

"di rumahmu tidak ada orang. Kemana oemmamu?" Tanya dengan bingung sambil memandang rumahku lalu beralih menatapku. Di tatap dengan begitu dekat oleh Sehun membuat aku tidak bisa mengatur nafasku. Rasanya sangat gugup. Siapa juga yang tidak gugup jika di tatap dengan jarak yang hanya lebih dari 20 cm oleh namja setampan Sehun. hanya yoeja gila yang tidak merasakannya.

"o... oemma sedang pergi ke rumah nenekku. Jadi aku Cuma sendiri di rumah malam ini karena oemma akan kembali besok siang". Jawabku sesantai mungkin.

"apa kau tidak apa sendirian malam ini?". astaga apakah Sehun sedang mengkhawatirkanku sekarang. kalau memang iya, aku sangat senang mendengarnya. Aku menatap rumahku yang layaknya rumah berhantu itu. Jujur aku tidak yakin harus sendirian di rumah malam ini apalagi baru saja aku mengalami pengalam yang tidak mengenakkan tapi aku harus minta bantuan pada siapa untuk menemaniku malam ini? mau minta bantuan Jinhyun tapi rumah Jinhyun sangat jauh dari sini dan aku yakin Jinhyun pasti sudah sudah terlelap karena kecapean dari belanja tadi dan tidak mungkin aku meminta Sehun untuk menemaniku kan? Dia kan namja dan apa yang akan dikatakan oleh oemmaku jika seorang namja menginap di rumahku apalagi di rumah hanya kami berdua, bisa-bisa oemma akan membunuhku.
"tidak apa. aku sudah biasa di tinggal oleh oemma". Jawabku dengan nada seyakin mungkin agar Sehun tidak terlalu mengkhawatirkanku.

"benarkah tidak apa-apa? kau baru saja mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dan sekarang kau harus sendirian di rumah. Jika terjadi apa-apa, bagaimana?". Aku tersenyum mendengar nada khawatir Sehun padaku. nada khawatirnya itu seperti seorang namja pada kekasihnya. Padahal kami baru bertemu beberapa kali dan aku pikir aku dan Sehun belum sedekat itu. hal ini membuat keyakinanku akan Sehun yang merupakan takdirku kembali meningkat menjadi 100% walaupun aku tahu jika dia sudah memiliki seorang kekasih.

"aaaahhh... maaf kalau aku berlebihan. Aku hanya khawatir terjadi apa-apa terhadap temanku. Mianhe". Ucapannya berhasil membuatku menelan salivaku. Aku mengurutu dalam hati. Keyakinanku yang tadinya sudah kembali 100% menurun dengan drastis saat mendengar ucapan Sehun. aku mengejek diriku sendiri. Kau hanya dianggap sebagai teman Shin Hyejin, tidak lebih. akhirnya aku hanya bisa tersenyum masam pada Sehun.

"tidak apa-apa. pulanglah, aku tidak apa-apa ditinggal sendiri". Mintaku. Hatiku sakit menerima kenyataan kalau dia hanya menganggapku sebagai temannya.

"baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa hubungi aku. Kau sudah punyai nomor ponselku kan?". Aku menangguk tanda iya pada Sehun. kami tukaran nomor ponsel saat aku berkunjung ke sekolah Sehun waktu pertandingan basket. Tanpa sengaja sepulang dari kantin waktu itu aku bertemu dengan Sehun yang sedang berjalan ke arah kantin jadi kami berpaspasan. Kami mengobrol sebentar lalu dengan beraninya aku meminta nomor ponselnya dan tanpa aku sangka ternyata dengan senang hati dia memberikannya padaku. tapi setelah mendapatkan nomor ponselnya aku malah tidak berani menghubunginya. Aku terlalu gugup dan takut untuk menghubungi namja yang aku suka.

"aku pulang dulu. Pastikan pintu dan jendela rumah terkunci rapat". Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Sehun berpamitan padaku lalu berjalan keluar dari halaman rumahku. Aku hanya menatap punggung Sehun dengan nanar yang lambat laun hilang dari hadapanku. Tidak bisakah aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari teman padamu Oh Sehun.

@@@

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Semua siswa dan siswi sekolahku berbondong-bondong keluar dari halaman sekolah. mereka sangat bersemangat berjalan di halaman sekolah berbeda denganku. Aku merasa sangat tidak bersemangat. Hari ini aku pulang sendiri tanpa Jinhyun karena dia sedang ada kelas tambahan dan aku masih sama dengan kemarin dan kemarinnya lagi, aku belum bisa menentukan pilihanku, tetap mempertahankan Sehun di hatiku atau melupakannya dan membuka hatiku pada namja lain. Hal itu karena kejadian semalam, saat Sehun menolongku dari namja asing yang mengikutiku walaupun dia mengatakan hanya menganggapku sebagai teman tapi keyakinanku masih belum bisa di kalahkan. Aku masih ingin berharap agar Sehun manjadi milikku nantinya walaupun kenyataan mengatakan jika dia tidak mungkin menjadi milikku.

Aku melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah namun langkahku terhenti saat aku melihat seorang namja tampan dengan tinggi jauh di bandingkan tinggiku sedang berdiri menyandarkan punggungya di tembok gerbang sekolahku. Sesekali dia melihat ke dalam sekolahku seperti mencari seseorang. Para siswi yang melewatinya berbisik-bisik membicarakan betapa gantengnya namja itu. namja itu tersenyum padaku saat dia menemukan keberadaanku yang tidak terlalu jauh darinya. Dia menenggakan tubuhnya lalu berjalan ke arahku. Para siswa dan sisiwi yang melewati kami sekarang mulai memandang kami. Ada pandangan kebingungan karena tidak biasanya ada siswa dari sekolah lain datang ke sekolah kami jika tidak ada keperluan kesiswaan, ada juga memandang namja ini dengan tatapan memuja, itu sih wajar karena namja ini memang tampan apalagi tubuhnya sangat tinggi. Namja itu menunjukkan senyuman yang membuat yoeja-yoeja yang melihatnya menjadi terpesona. Aku sangat yakin karena buktinya sekarang siswi-siswi yang melihat senyuman itu, menahan pekikannya.

"kenapa kau bisa ada di sini?" tanyaku padanya.

"aku ingin menjemputmu. Bukankah rumah kita searah jadi aku ingin pulang bersamamu. Bolehkan?".

Aku mengertukan keningku. Sebenarnya apa yang diinginkan namja ini padaku? kenapa dia mengajakku pulang bersama?. Sebenarnya aku tidak nyaman pulang bersamanya apalagi mata semua siswi melihat ke arah kami berdua, bisa-bisa mereka salah paham padaku tapi aku tidak enak jika menolakknya. Dia sudah susah payah menungguku di depan gerbang sekolah masa aku tidak menerima ajakkannya. Lagipula oemma selalu mengajarkanku sopan santun pada orang lain.

"hmmm..." aku menganggukkan kepalaku pelan membuat dia mengeluarkan senyuman idiotnya lagi. bisakah dia tidak mengeluarkan senyuman itu di hadapanku?.

"Hyejin-ssi, aku mendengar dari Sehun kalau semalam kau di ikuti oleh namja aneh. Benar begitu?".
Sekarang kami sudah berjalan menuju rumahku berdua dnegan Chanyeol. aku menganggukkan kepalaku lagi.

"kau tidak apa-apakan? Jujur saat mendengar cerita Sehun tentangmu tadi di sekolah membuatku sangat khawatir". Aku menatap sekilas namja yang tingginya sungguh kelewatan itu. kenapa dia harus khawatir padaku. apakah dia menganggapku teman sama seperti Sehun yang hanya menganggapku teman padahal aku merasa sangat tidak dekat dengannya. memang Sehun juga belum bisa aku anggap sebagai teman karena kami jarang berkomunikasi dan tidak dekat tapi aku lebih dulu bertemu dengan Sehun di banding Chanyeol.

"maaf Chanyeol-ssi tapi......."

"ah... kau pasti bingung kenapa aku bisa khawatir padamu padahal kita baru bertemu 2 kali. Aku juga bingung memikirkannya. Mungkin aku khawatir padamu karena aku.........". Aku menunggu lanjutan dari omongan Chanyeol. aku mulai curiga, jangan-jangan yang dikatakan Jinhyun 2 hari yang lalu itu benar kalau Chanyeol......

"aku menyukaimu Shin Hyejin". Aku menghentikan langkahku dan menutup mataku. Benar dugaan Jinhyun, Chanyeol menyukaiku dan itu berhasil membuatku semakin frustasi. Aku tidak ingin seseorang menyukaiku di saat aku menyukai orang lain. Aku tidak ingin orang itu terluka karena rasa sukanya padaku.

"maaf Chanyeol-ssi, aku..........."

"kau tidak perlu memikirkannya. Lupakan yang aku katakan tadi. Aku hanya mengungkapkan perasaanku jadi aku tidak berharap kau menjawabnya. Cukup kau tahu saja". sekali lagi dia memotong omonganku.

Saat ini dia berdiri sekitar semeter di hadapanku. Dia menatapku dengan senyuman yang menurutku sangat di paksakan karena senyuman itu berbeda dengan sneyuman yang selalu dia tunjukkan padaku. aku yakin bukan itu yang sebenarnya yang ingin dia katakan. Aku tahu pasti dia mengharapkan aku menerima pengankuannya padaku tapi maafkan aku Chanyeol, aku tidak bisa menenrimamu lebih tepatnya belum bisa karena aku belum bisa memutuskan untuk meninggalkan harapanku pada Sehun atau tidak. Jadi maafkan aku.

TBC

You Are My Destiny (My Wedding Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang