Gedung pencakar langit menjulang tinggi di bawah sinar rembulan. Diruangan paling atas terdapat seseorang sedang duduk di kursi kerjanya menatap dijendela hiruk pikuk pemandangan malam kota metropolitan Jakarta.
' Tok..tok..tok ' suara pintu terdengar dari luar membuyarkan lamunannya.
"Masuk.." tanpa menoleh dan masih menatap pemandangan dijendela.
Seorang wanita berpakaian formal masuk kedalam ruangan dan berdiri menghadap meja kerja pemilik pria yang tengah duduk dan masih menatap pemandangan luar jendela.
"Permisi pak, kita mendapatkan undangan untuk peresmian kerjasama kita dengan perusahaan Pologroup. Kepala menejer mengharapkan bapak untuk datang."
"Kapan itu berlangsung ?"
"Besok malam pak."
"Baiklah, atur jadwalku semua untuk acara besok."
"Baik pak. Saya permisi."
Setelah pembicaraan itu selesai wanita itu keluar dari ruangan tersebut.Pria itu menatap malam dengan langit tanpa disinari bintang hanya sinar bulan yang sinarnya tak seterang biasanya karna tertutup oleh kabut hitam.
Pikirannya berkecamuk ke masa lalu yang menyakitkan. Hatinya semakin sakit mengingat masa lalunya." Adi.." suara itu mengagetkan pria yang tengah berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
"Rico, sejak kapan kau ada disini? "
"Sejak kurang lebih 2 menit yang lalu. Aku sudah mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada jawaban darimu."
Adi memutar balikkan kursinya untuk menghadap Rico yang baru saja duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja Adi.
"Bagaimana hasilnya?" Matanya menatap Rico dengan tajam dari kursi kerjanya.
"Aku tak menemukan apapun Adi. Aku menyerah."
"Hffff...." Adi menghela napas panjang untuk mengatur emosinya dari Rico.
"Aku membayarmu bukan dengan hasil seperti ini Rico."
"Aku tahu. Aku sangat tahu. Tapi aku menyerah. Dari 10 tahun yang lalu sampai sekarang aku belum bisa menemukan bajingan itu. Aku bisa gila jika harus seperti ini terus."
"Aku tak mau tahu Rico. Kau harus menemukan bajingan itu dalam keadaan hidup ataupun mati. Jika pun dia masih hidup aku tak akan biarkan Tuhan mencabut nyawanya terlebih dahulu."
"Kau bukanlah Tuhannya."
Adi membalikkan lagi kursinya dan menatap luar jendela lagi."Aku tak peduli lagi Rico. Aku ingin bajingan itu merasakan apa yang kurasakan. Jika dia sudah merasakannya aku baru akan mengizinkan dia untuk mati."
"Semoga dendammu tak menenggelamkan mu Adi. Aku permisi."
Rico berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Semoga saja Rico.."
Adi menjawab dalam kegelapan malam diluar sana dan sinar bulan pun tak lagi tampak karna tertutup awan hitam yang tebal.####
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Tanpa Bintang
RandomKau tak seindah yang ku bayangkan. Kau terlalu tinggi untukku gapai. Terlalu banyak kabut hitam yang mengelilingimu. Tak ada lagi cahaya yang menyinarimu. Semua gelap seperti malam tak bernyawa. Rupamu tak seredup hatimu. Kau hanya terperangkap dala...