Ketika keputusan telah dibuat. Aku bisa apa?
Aku merasakannya.
Ya! Kau terus memikirkan hal yang selalu bertentangan dalam pikiranmu.
Aku tau kau memikirkannya, tentang sebuah hal yang kita ketahui adalah sebuah kesalahan. Namun kita selalu mencari pembenaran akan sesuatu yang salah itu. Aku tau, hari itu pasti akan datang. Dulu, aku sama sekali hanya memikirkan manisnya ketika bersamamu, bukan pahitnya ketika sewaktu ditinggal olehmu.Handphoneku bergetar, ada seseorang yang sedang menelfonku.
"Se? Besok ketemu ya, sebentar aja kok. Aku kerumah ya"
Lalu dia langsung mematikan telfonnya. Padahal aku belum menjawab.
Aku tau, lingkunganmu yang seakan terus memaksamu mengakhiri semuanya. Aku tau kau lelah menjadi seorang munafik, yang selalu mendengarkan yang salah.
Keputusan yang akan kau buat itu, akan membuat kita tersakiti. Aku tau tidak ada yang lebih baik dari ini.
Seanadapun datang kerumah.
"Kita udahan aja ya"
Dan akhirnya kalimat itu akhirnya terlontar dari mulutmu itu. Aku sudah tidak bisa berfikir jernih saat itu. aku takut, Itu semua karena kau menemukan wanita lain yang lebih baik dariku.
Kau menyerah begitu saja? Memang yang mendekat duluan siapa? Kau lupa dengan seseorang yang selalu ada disaat kamu membutuhkan sesuatu? Mengingat sikap manismu dulu, hanya rasa memuakkan yang tersisa. Tak ku sangka kau se-egois itu. Setelah berhasil mengambil separuh hati ini, kamu menyerah secepat itu?
Aku sudah mulai merasakannya. Ada sesuatu yang berbeda darimu. Akhir-akhir ini kau mencoba menghindariku, selalu mencoba menjauh. Dan akhirnya, kau pergi begitu saja tanpa meminta pendapatku. Aku hanya bisa menangis di hadapannya.
Iya aku tau hubungan ini memang dilarang. Aku juga tak bisa memaksamu menghalalkan hubungan ini. Kau masih mahasiswa baru, sedangkan aku? Masih mengenakan putih abu-abu. Kau tau apa yang ku pikirkan tentangmu sekarang? Kau adalah lelaki lemah. Kau tega pergi berlalu secepat itu.
"Maaf aku kecewa"
Aku langsung mengusirnya pergi dari rumah. Dan aku hanya bisa menangis dirumah. Mengurung diri. Akhirnya, dia pergi. Tanpa wajah menyesal sedikitpun.Disekolahpun, aku hanya diam saja. Teman-teman hanya kebingungan melihatku, dan mereka mengerti, aku sedang tidak bisa diganggu, dan sedang ingin sendiri.
Beberapa hari kemudian.
Seanada sudah berangkat ke Surabaya.
Setelah berhari-hari menyendiri dikelas, aku kembali nimbrung dengan teman-temanku.
Mereka awalnya hanya menatapku.
"Udah se bertapanya?"
Lalu aku tertawa. Mereka langsung memelukku.Ashima lalu berteriak, "HEH! Zinan,dika! Bukan muhrim! Jangan ikut-ikutan!"
"Yah sedikit ajalah wkwk" canda Zinan dan Dika.
Dean tersenyum padaku.
"Uhuk, Dean senyum sama siapa?" Sahut Dika yang ternyata memperhatikan Dean dan Aku.
"Apasih Dik, orang lagi ngeliatin tembok" Jawab Dean. Aku hanya tertawa.
Dan tiba-tiba.
"Eh Se, aku mau ngomong sesuatu deh sama kamu"
Teman-temanku yang lain pun tiba-tiba saja meninggalkan kami berdua dikelas.
"Se? Udah putus sama Seanada?" .. Tanya Dean.
"Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya lagi. Oh iya, sebenarnya, kau ini kenapa dengan kak Seanada? Kenapa sepertinya kau tidak suka dengannya?"Dean menghela nafas. "Se, gimana mau suka. Dia itu jabatan tinggi di organisasi rohis. Tetapi dia malah pacaran. Pacarannya dengan sahabatku sendiri. Orang terdekatku. Bagaimana tidak kesal. Bukan hanya sekali, memang kau fikir, dia banyak membuat akhwat-akhwat tergila-gila padanya karena apa? Karena dia tampan? Bukan. Kalau dia meladeni semua akhwat itu, akhwat itu pasti akan merasa kalau Seanada suka padanya. Untuk apa kau menangisinya. Akan selalu ada laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula. Percayalah akan hal itu. Karena Allah adalah sebaik-baik perencana. Teruslah memperbaiki diri se. Jadiin pelajaran. Jangan mau ditembak. Kalo di lamar, baru terima"
Aku merasa tertampar dengan perkataan Dean.
"Se, jangan galau terus. Jangan pikirin lagi. Jangan buat yang lain khawatir. Udah yuk ke kantin. Mereka sudah menunggu kita. Aku yang traktir bakso deh, tapi sekali aja ya" ucapnya sambil menarik kerudungku.
Aku langsung mengiyakan. Dan kami berdua langsung menuju kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
Teen Fiction"Ini kisah kita, yang selalu membenarkan sesuatu yang keliru. Dulu. Aku pernah mencintaimu, Dan mungkin akan selalu begitu." By : -se