Namanya Rizky Aksal Kurniawan, panggilan; Kiki.
Saat ini Kiki tengah berpanas-panasan di bawah terik matahari yang masih menyorot padahal sudah masuk waktu sore. Dia sendirian, seperti orang tolol. Kali ini dia rela mengorbankan diri seperti sekarang ini hanya demi satu tujuan; yaitu misi penting membantu sahabatnya, Julian Marvel.
Saat ini hidup Julian tengah jungkir balik layaknya sinetron-sinetron televisi. Sejak kecelakaannya beberapa minggu yang lalu, hal yang tidak masuk akal terjadi; ruhnya tertukar dengan seorang cowok lain. Masalah memang sudah selesai dan Julian telah kembali ke tubuhnya sendiri, tapi Kiki masih ingin mengungkap tokoh di balik kejadian ini. Karena semenjak masalah ini membebani hidup Julian, kabar baiknya sahabatnya yang apatis itu benar-benar berubah jadi lebih terbuka. Tapi, gara-gara pertukaran itu pula Julian jadi banyak terlibat masalah. Mengalami kejadian serumit ini adalah yang pertama kalinya buat Julian dan Kiki mengerti bagaimana perasaannya.
Untuk itu, hari ini Kiki semakin yakin. Dia bersumpah untuk hari ini dengan rencana yang matang. Rencana itu adalah mengintai seorang penjahat. Kiki tidak berbohong, ini serius. Dan bersama partner in crime-nya, namanya disamarkan—dia bilang lebih afdhol pakai nama inisial dan inisialnya adalah Rendy—Kiki akan melakukan misi besar.
Rendy bilang, kemungkinan misi kali ini bakal banyak menguras tenaga dan uang.
Menghela napas, Kiki mengambil ponsel yang ada di kantungnya, dia merasa semakin kegerahan di sini dan ingin partner-nya segera datang sebelum dia emosi.
"Posisi?" tanya Kiki to the point.
Terjadi jeda yang lumayan lama, sampai akhirnya si partner menjawab,
"Di depan sebuah kotak kecil. Di bawah terik matahari dan dikelilingi pagar berlumut."
Kiki memutar bola mata. Sepertinya dia tahu apa yang dimaksud, sebab saat ini Kiki sedang berada di gardu pinggir jalan, dan duduk sendirian termenung di bawah terik yang menembus gentingnya yang rapuh berlumut.
"Sekarang balik badan dan segera enyah dari kotak itu! Disinyalir isi kotak itu adalah bom."
Suara tawa tertahan segera menginvasi telinganya. Matanya berkeliling ke sekitar dan melihat makhluk mencurigakan di depannya tak jauh sedang memegangi perutnya kegelian.
Kiki bangun, menghampirinya dengan kesal.
"Bilang kek kalau udah sampe!" Kiki mematikan sambungan begitu sampai di depan Rendy. Cowok itu masuk ke mobil mentereng putih dan Kiki mengikutinya. "Jadi, kita ke mana dulu?"
Terdengar suara pintu ditutup disusul starter mobil menyala.
"Pake seatbelt lo."
"Apa kita langsung ke rumah dukun itu? Emang lo udah tau kalau Gilang bakal ke sana?"
Rendy menatap Kiki dengan jengkel, dia menarik tali seatbelt di samping sebelah kiri Kiki dan memasangnya. Ada aroma yang menginvasi lubang hidung Kiki, percampuran wangi floral dan vanilla. Apa ini bau parfum wanita?
Kiki mengendus-ngendus lengan Rendy yang masih sibuk dengan seatbelt.
"Ngapain lo?" kata Rendy, dahinya berkerut-kerut.
"Lo pake parfum cewek, ya?"
"Nggak," setelah menjawab singkat, mobil berjalan mundur. Dia bergumam sendiri, "Sabunnya Kak Taya nih pasti."
Perjalanan itu diwarnai dengan keheningan. Sayangnya Kiki sedang malas basa-basi, dia tengah menyimpan tenaga untuk misi pertumpahan darah ini. Sampai akhirnya Kiki merasa bosan, dan melihat FM Modulator yang menganggur di atas dashboard. Di dalamnya ada memory card dan Kiki segera mencolokkannya ke plug yang tersedia di mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
HumorKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...