Julian sedang membaca ulang PR-nya ketika dia merasakan hawa jahat yang kental di pintu kelas.
Mungkin Julian datang terlalu pagi karena kelas masih sepi. Bulu kuduknya berdiri dan dia mengusap lehernya dengan tersendat. Lalu mendongak perlahan-lahan dan menemukan sosok berdiri di sana; melotot lebar persis nyi blorong.
"Heh, curanmor!" Kiki menyalak dengan tangan di atas pinggang. Auranya hitam. "Nyuri motor gue lo ya?"
Julian tersenyum grogi. Kemarin dia memang mengambil kunci motor Kiki tanpa sepengetahuannya karena suruhan dari Rendy. Dengan dalih 'kencan', Julian patuh mengikuti permintaan itu sekalian ingin membuat mereka berdua akur lagi.
Ya, hitung-hitung memberikan jasanya.
Meja yang tergebrak tiba-tiba membuatnya tersentak. Kiki sudah di depan mejanya, menyipit dengan bengis. "Jawab, Jul! Lo sekarang komplotan maling atau gimana? Main ambil sembarangan, izin juga nggak! Lo miskin mendadak? Butuh makan? Butuh kuota? Hah?"
Omelan parah Kiki selalu lewat telinganya begitu saja, tapi lengkingan cowok itu selalu membuatnya meringis.
"Kalau lo udah miskin, dan butuh makan, sana makan tuh cinta Hazel!"
"Ya, namanya juga maling masa izin dulu," sahut Julian, berusaha mencairkan kemarahan Kiki tapi gagal.
"Mana kunci motor gue?" Kiki menengadahkan tangan cepat-cepat.
"Nggak gue bawa, Ki."
Reaksi Kiki lambat saat itu, Julian meliriknya hati-hati. Kemudian telinganya berdenging.
"Wut?"
"Nggak gue bawa—"
"Jadi beneran lo jual motor gue?" Kiki lompat ke meja dan duduk di bangku kosong sebelah Julian.
"Nggaklah! Tadi pagi gue juga niatnya bawa motor lo, tapi ..."
"Tapi?"
"Hazel jemput gue, jadi gue nggak mungkin bawa motor lo." Julian menjawab pelan-pelan.
Akan tetapi, Kiki sudah terlanjur meradang. "Bangsat! Emang setan penghasut, bajingan! Kapan lo tobat, Julian. Astaga, ini perbuatan jahat! Hazel itu jahat! Lo udah kepelet sama dia! Buka mata lo, Jul!"
Julian memutar bola mata.
Fokusnya kembali pada buku, karena meladeni Kiki dalam bahasa-bahasa kaleng ngawurnya cuma akan membuatnya ikut kesal. Sebenarnya fakta lucu sudah ditangkap Julian selama ini; meskipun Kiki tampak tak menyetujui mereka, tapi Kiki tak pernah serius ingin memisahkan mereka. Jadi, Kiki tidak benar-benar membenci hubungan itu.
"Kabar baiknya 'kan lo bisa kencan sama Rendy," jawab Julian enteng.
"Kencan gundulmu."
Sesungguhnya, Julian ikut bahagia atas hubungan mereka. Terlebih Rendy yang sekian lama menderita bertepuk sebelah tangan akhirnya bisa kencan dengan sahabatnya yang punya perangai buruk ini. Kalau Kiki setuju dengan ajakan kencan Rendy, berarti hubungan mereka sudah naik satu tingkat, bukan?
Julian melirik Kiki yang masih menggerutu di sebelahnya. "Trus, mana Rendy?"
"Mana gue tau, emang gue emaknya?!"
Bertanya lebih lanjut pasti bakal panjang urusannya; Julian bakal habis dimaki-maki. Jadi dia pura-pura mengabaikannya.
"Woi! Motor gue gimana ini?! Tanggung jawab dulu!"
Astaga.
Julian memijat pelipisnya sambil menggelengkan kepala karena kelakuan Kiki tersebut. Sebenarnya, dia pernah membaca artikel kalau seseorang yang gampang sekali marah itu artinya sedang dikuasai iblis. Cocok sekali tanda-tanda yang ada di Kiki, sebab cowok itu tidak pernah bisa menjaga temperamennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
HumorKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...