Romero kaget, sesaat dia mau keluar rumah, sebuah mobil putih yang begitu dikenalnya ada di depan pagar.
Di langit mungkin ada petir sebentar lagi. Karena Romero tahu hal-hal krusial sedang terjadi kalau pemilik mobil itu datang ke rumahnya dan memilih berdiri di sana selama beberapa menit tanpa berniat masuk. Romero tahu bahwa dia akan jadi tempat curhat sebentar lagi.
Tapi dia sibuk hari ini.
Meskipun begitu, dia membawa cowok jangkung yang loyo itu ke dalam. Masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua.
"Informasi aja buat lo, hari ini gue sibuk. Jelasin apa yang mau lo omongin ke gue, abis itu lo pergi."
Yang diajak bicara tak menjawab. Menjatuhkan diri di ranjangnya yang telah rapi.
"Ren, gue harus ke klinik."
"Pergi aja. Gue cuma numpang tidur."
"Gue nggak mungkin ninggalin lo yang lagi galau sendirian." Romero kesal. "Ada masalah apa lagi sih?"
"Nggak ada apa-apa."
Memangnya Romero bisa dibohongi bocah kecil tengil ini begitu saja? Sejak mereka kecil kalau bukan Romero yang mengerti seorang Renaldy Mahardika, lalu siapa? Rendy selalu tidak punya emosi di wajahnya, berpura-pura tidak ada masalah, dan bisanya nyakitin diri sendiri. Siapa yang bisa mengerti hal itu?
Jawabannya adalah Romero.
"Apa lo sama Taya belum baikan?" pancingnya.
Rendy berguling ke arah lain. "Baik-baik aja sama Kak Taya."
"Lalu?"
Tak ada jawaban.
Kekesalan Romero meluruh dengan segera. Dia melipat lengan kemejanya lagi sampai siku, duduk di dekat Rendy, melihat punggungnya.
Bahkan jika memang masalahnya ada pada Pataya, Romero tidak akan memalingkan wajah. Meskipun sejatinya Pataya memang sepupu kandungnya dan Rendy hanya tiri, tapi Romero punya alasan jelas kenapa dia selalu lebih membela Rendy. Sejak kematian Rendy yang dulu, Pataya remaja memang hancur lebur. Hanya pada saat seorang anak laki-laki kecil diadopsi dari panti asuhan dan diberikan nama yang sama dengan Rendy, barulah Pataya bisa berdiri di kedua kakinya lagi.
Lelaki kecil polos itu butuh kehangatan keluarga, sedangkan Pataya butuh adiknya kembali.
Mereka sebenarnya saling menguntungkan.
Romero saat itu seusia dengan Pataya, dia sebenarnya tahu mengapa dia harus memanggil lelaki asing yang hadir di keluarga mereka dengan nama yang sama seperti sepupunya yang telah meninggal. Awalnya dia tidak terlalu peduli. Orang tuanya selalu memintanya untuk bergaul dengan anak kecil itu; memanggilnya 'Renren', bermain dengannya, dan membantunya. Tetapi jauh di mata Romero, kedua Rendy itu bahkan tak mirip sama sekali.
Rendy sepupunya yang kecil tidak sependiam dan senurut Rendy asing yang baru masuk ke keluarganya.
Mereka jelas dua orang berbeda.
"Kalau ada masalah sama Taya lagi, gue akan bantu ngomong ke dia."
Rendy meliriknya dari balik bahu, tapi tak mengatakan apa pun.
Romero mendesah. "Serius, Ren, gue buru-buru harus ke klinik."
"Apa gue keliatan ada masalah sama Kak Taya?" Rendy akhirnya bertanya.
"Well, nggak. Nggak pernah terlihat apa pun di muka lo."
"Oh."
Mereka terdiam lagi. Rendy tak bergerak sampai Romero kira anak itu tidur, setelah dia mengintip, ternyata Rendy cuma diam membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
HumorKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...