"Cinta itu bikin orang tolol."
Kiki menatap jengkel pada setan berkulit manusia yang kerjaannya nempel di sekitar Julian. Tapi yang disindir tetap saja tak tahu diri. Mereka berdua sekarang ada di warung Kopi Belahan Jiwa, dadakan bertemu dengan Julian, ada satu orang lagi sih, tapi Kiki anggap saja itu setan.
"Jadi gimana keadaan Rendy, Ki?" Julian menyeruput es cokelatnya, tadinya dia mau pesan kopi, tapi dilarang Hazel. "Dia udah balik sekarang?"
Nampaknya Julian juga tak peduli sindiran Kiki.
"Udah. Dia oke kok."
Hazel menyedot es kopinya dengan terburu-buru sengaja memancing sesuatu, lalu tersedak ulahnya sendiri.
"Mampus karma," celetuk Kiki.
Di situasi ini Julian tidak banyak membantu hati Kiki yang dongkol, malah menyiram api pakai minyak tanah; dengan cara mengambil tisu di meja dan mengusap mulut Hazel yang tercecer kopi. Julian melakukan itu dengan sengaja mesra.
"Anjing. Gue kayak obat nyamuk coba."
Fokus Julian kembali pada Kiki. "Emang beneran dia ribut sama kakaknya?"
Sebenarnya Julian tidak pernah tahu bagaimana wajah kakak perempuan Rendy, dia cuma tahu namanya saat waktu itu bertandang ke rumah Rendy pas dia sakit. Plus sempat ketemu sepupunya yang bernama Romero.
Rendy mungkin masih sungkan untuk cerita tentang keluarganya, jadi Julian tidak bertanya. Namun sepertinya Kiki tahu lebih banyak.
"Hm, itu masalahnya dia. Bukan urusan gue, jadi jangan nanya ke gue," jawab Kiki tak acuh.
Julian maklum. "Dua hari ini kalian ke mana?"
Mendengar pertanyaan itu, Kiki inget sesuatu. "Mampus, Jul. Lo nggak ngomong aneh-aneh 'kan ke emak gue?"
Julian tertawa misterius.
Masalahnya kalau ini sampai bocor ke ibunya, dia bisa dicincang sampai potongan kecil-kecil. Lalu ditambah ayahnya yang akan membakar dagingnya sampai jadi abu. Kiki tak habis pikir kenapa dia bisa lahir dari dua pasangan abnormal itu. Cuma otaknya selalu mengingatkannya, walau bagaimanapun, mereka adalah orangtuanya.
"Sayangnya nyokap lo udah tau kelakuan anaknya kemarin." Hazel mengompori.
"Diem lo! Gue nggak ngomong sama setan."
Hazel memberi wajah mengejek.
Julian maklum kalau Hazel tak punya harga diri di depan Kiki. Keduanya sudah seperti kucing mau kawin kalau berada di tempat yang sama. Yang terpenting dia segera memberitahu Kiki kalau ibunya tidak tahu apa-apa, Julian sudah bilang kalau Kiki ikut kegiatan sekolah.
Barulah Kiki tenang.
Di saat yang sama, ponsel Hazel berdering. Dia menunjukkan layarnya pada Julian dan pacarnya itu menyuruhnya untuk mengangkat.
"Halo?"
"Di mana Kiki?" Suara di seberang.
Hazel menatap Kiki saat menjawab ini, "Kopi Belahan Jiwa."
Sesingkat itu. Lalu sambungan terputus.
Julian menatapnya. "Dia bilang apa?"
"Lagi otw."
Kiki menganga. Percakapan duo lovey-dovey ini kebanyakan seperti bahasa isyarat. Orang awam sepertinya tidak akan mengerti isyarat semacam itu. Jadi, sebelum kembali menyeruput kopi, dia bertanya, "Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
HumorKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...