Kiki terbangun karena suara derit gorden.
Matanya yang menutup bergeletar karena sinar dari jendela. Tubuh yang terasa amat sangat lelah dia gerakkan sesamar. Dia juga merasa ada yang mengusap dahi dan rambutnya. Lalu guncangan pelan di tangan.
Saat membuka mata, Kiki melihat ibunya, duduk di pinggir kasur.
"Bangun, Ki."
Nada yang dilontarkan sang ibu sangat pelan. Atau, memang kepalanya yang pening sampai suara itu tak sampai di otaknya?
"Sarapan dulu, perut jangan kosong," kata ibunya lagi, kali ini suaranya jelas.
Kiki tak langsung menjawab. Otaknya mengingat mimpi panjang yang seperti nyata barusan. Baru kali ini dia merasakan mimpi yang rasanya benar-benar terjadi. Kalau dibilang, itu merupakan mimpi aneh di sepanjang hidupnya, karena jarang sekali dia memimpikan Rendy si iblis jahat yang suka membuatnya kesal setengah mampus itu lengkap dengan semua remeh temeh yang membuatnya kesal. Anehnya di dalam mimpi itu, Rendy bersikap bagai orang lain; diam, kalem, melebihi sifat dingin biasanya.
Dan terlalu seriusnya memikirkan mimpi itu, Kiki sampai lupa dia harus sekolah hari ini. Lantas dia melirik ponsel yang tergeletak di samping kepala, lalu melonjak kaget sampai ibunya nyebut.
"Ini hari apa sih? Minggu?!" teriak Kiki tiba-tiba.
Demi Tuhan, ini jam 10. Dia telat pergi ke sekolah.
"Kalau tidur nggak baca doa ya gitu, bangun kayak kesetanan," cibir ibunya.
Kiki menatap jendela dengan horor. Sebentar lagi ibunya akan mengomel.
"Ini hari Senin."
Namun ibunya ngomong dengan suara yang sangat santai seolah-olah tidak ada kesalahan apa pun. Biasanya kalau tahu Kiki telat, dia bakal diomeli habis-habisan sampai ke tulang. Maka yang Kiki lakukan selanjutnya hanya diam dan serba salah, sampai tiba-tiba sang ibu mengusap dahinya pelan.
"Masih anget dikit. Nggak usah masuk sekolah dulu."
Kiki tak menjawab, bingung. Kenapa dia tak ingat kalau sakit? Kemarin apa yang dilakukannya?
Oh.
Rendy?
"Bu, semalem aku ke mana?" tanya Kiki dengan muka bodoh.
"Pergi sama temen kamu yang bawa mobil putih itu, kan?"
"Mampus."
Kiki menyibak selimut dan lari ke kamar mandi. Sang ibu meneriakinya untuk tidak mandi dulu, tapi Kiki tak peduli lagi. Di dalam sana, Kiki mengguyur mukanya yang kucel, mengingat apa yang terjadi semalam.
Sial!
Ternyata bukan mimpi, semalam dia dan Rendy pergi keluar bersama.
Lalu?
Kiki tak ingat. Ingatan itu terlalu samar-samar.
"Rasanya gue ini sakit. Sakit jiwa."
Atau sakit cinta kali?
Tidak lama setelah itu Kiki keluar kamar mandi, ponselnya bunyi tanda pesan masuk. Kiki langsung lompat ke kasur. Oleng sedikit karena kepalanya pening. Mungkin dia sakit fisik juga, karena kata ibunya dia semalem pergi bareng cowok mobil putih. Siapa lagi kalau bukan Rendy?
Sewaktu mengecek pesan, nama Julian muncul dengan sederet pesan tak penting;
Sekilas info penuh faedah. Rendy udah dateng sekolah. 10:11
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
ComédieKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...