Gay in Denial

4.5K 484 107
                                    

Namanya Kiki.

Cowok tinggi, narsis, bawel, otaku freak, kapten basket dan setengah ganteng. Yang terakhir julukan Julian, biasanya Kiki bakal mengamuk dan bilang kalau kegantengan Julian cuma editan. Biasanya Julian hanya menanggapinya dengan wajah sedatar papan selancar.

Tetapi percayalah, meskipun hubungan mereka seabsurd tingkat khayangan, justru ada yang hubungannya lebih absurd dari itu, yaitu hubungan antara Kiki dan Rendy.

Ya, Rendy, yang matanya ingin Kiki colok setiap kali bertemu.

Si buluk titisan iblis itu—yang ini julukan Kiki—sekarang kebetulan sedang bersamanya. Beberapa jam lalu Kiki terpaksa diseret karena alibi ngawurnya yang ingin menghindari pertengkaran Hazel-Julian di rumahnya.

Alhasil dia menyesal.

Ini memang bukan masalah besar, tetapi ini masalah yang rumit. Dia berakhir dengan dipaksa bertemu dengan pacar 'yang diaku-aku' Rendy sedang dimiliknya. Hal itu memaksa Kiki untuk berpikir keras. Pikiran menerawang sampai langit ke tujuh.

Dia benar-benar membayangkan gimana sosok pacar Rendy.

Buluk kuadrat?

Oh.

Oh.

Lihat saja Rendy; dalam hal style cowok itu nol banget. Ditambah, dia juga bermulut bangsat, mood-nya suka ganti-ganti sesuai sikon, pun tabiatnya yang buruk. Pokoknya semua yang ada di dalam diri Rendy itu Kiki benci setengah mati.

Gimana tampangnya, ya? Kiki berimajinasi. Yang kemudian muncul di kepalanya adalah cewek bahenol dengan gincu tebal di bibir, alis yang seumpama ulat bulu nemplok, pun pipinya yang menor. Setiap kali jalan bokongnya megal megol seperti ingin lepas.

Duh, absurd pokoknya.

"Pfft."

"Ngapa lo? Kesambet?"

Kiki mengibas tangannya geli, Rendy melirik lagi.

"Gue cuma lagi ngebayangin aja gimana tampang cewek yang mau sama lo."

"Cantiklah. Imut lagi," jawab Rendy.

"Taruhan sama gue, kalau emang cantik; gue sembah kaki lo."

Rendy meliriknya skeptis. Tuas gigi ditarik saat akan berbelok di lingkar putar. Agaknya Kiki tahu ke mana arah jalan ini—ke area perumahan Rendy.

Lho?

"Kalau nggak cantik?" Rendy balik bertanya, siap dengan jawaban paling ngawur otak sejengkal Kiki.

"Lo cium pantat gue? Hum~ boleh juga."

Kiki sama sekali tidak sadar kalau taruhan yang barusan itu telah memancing sesuatu yang tidur di dalam diri Rendy bangkit.

Percayalah memancing makhluk jahil itu sama saja cari mati.

"Jangankan pas kalah, kalau menang pun gue cium pantat lo, Ki."

Kiki mendelik jijik. "Mati sana lo, homo!"

Rendy terkekeh. "Lho, yang perlu dipertanyakan homo apa nggak itu yang jomblo lah."

"Excuse me, I'm single not jomblo. Lagian tampang luar biasa kaya gue banyak yang ngantri. Cuma terkadang gue ngalah aja sama si Hazel kampret itu. Popularitas gue itu nggak sebanding sama dia."

"Popularitas homonya?"

"Ngomong lagi mati lo!"

Duh, sebenarnya siapa sih yang bermulut bangsat?

RUN TO YOU [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang