Apa hal yang paling gila di dunia ini?
Kalau Kiki diberi pertanyaan macam itu, dia bakal membeberkan semua hal yang membuatnya sial belakangan ini. Memangnya apa yang bisa dibanggakan lagi dari masa SMA-nya yang sudah terkontaminasi titisan setan macam Rendy?
Belum kelar kekonyolan hari kemarin, sekarang kesialannya bertambah lagi.
Kiki terpaksa datang pagi ke sekolah biar bisa merenungi betapa dia sangat ingin membunuh Rendy, dan yang dihadapinya malah membuatnya ingin menyiksa Rendy berkali-kali lipat.
Ini sudah serius, bukan main-main lagi.
Stop!
Ada yang mengiriminya surat cinta. Sungguh keberkahan yang hakiki kalau itu benar-benar surat cinta.
Faktanya itu surat ancaman.
Kiki sudah melihat kolong meja; membaca surat yang terselip dengan beberapa foto yang harusnya tidak dipublikasikan.
Memang belum, tapi yang bikin emosi jiwa adalah isi suratnya;
Temuin gue di tribun istirahat besok kalo gak mau foto ini tersebar.
Kertas itu disobek sekuat tenaga oleh Kiki. Meja ditendangnya bengis. Foto di tangan yang terpampang dimana dia dan Rendy setengah naked di tribun hampir saja ditelannya.
Semua editan!
Di foto itu mereka terlihat sangat intim dengan skinship parah. Ada satu foto yang terlihat dimana Rendy seolah-olah mencium Kiki. Sedangkan yang Kiki ingat kemarin kejadiannya tidak seperti itu.
Mereka memang berada di tribun setelah bertanding basket, telanjang dada juga, tapi mereka sama sekali tidak macam-macam. Orang yang mengambil foto ini jelas ingin memeras dirinya.
Oh.
Oh.
Apa sih yang diinginkan dari Kiki? Demi dewa kolongwewe, doski juga bukan anak tajir. Ya, kalau si pengancam meminta tebusan sih.
Lagian Kiki bisa apa?
"Bangsat!" umpatnya.
"Mulut lo!" sahut suara, sekonyong-konyong rupanya muncul. Kiki mendesah. Cuma Julian. "Pagi-pagi udah ngumpat."
Kiki diam saja. Buang wajah. Kalau bisa dibuang ke Gunung Rinjani pasti dia lakukan sekarang.
Harga dirinya pasti sebentar lagi jatuh.
Tapi sebelum itu dia harus buat perhitungan dengan manusia kampret calon penghuni kuburan ini. Tinju Kiki mungkin perlu diuji sekali-kali. Dia juga sudah siap dengan sepatu basketnya di loker.
Sedangkan Julian yang menyadari kalau mood Kiki buruk langsung duduk di sebelahnya. "Ada apa?" katanya, melirik lembaran foto di tangan Kiki dan meraihnya. "Itu apaan?"
Kiki menepisnya, refleks. Alih-alih merasa bersalah, dia berdecih. Meremukkan si kertas.
Julian yang tidak tahu penyebab Kiki badmood langsung diam. Ekspresinya bingung, sambil menerka-nerka kenapa sahabatnya itu bisa sangat emosi. Biasanya Kiki tidak pernah semarah ini. "Lo kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO YOU [COMPLETE]
HumorKiki cuma remaja anti-gay yang menolak tegas hubungan sesama jenis. Meskipun Kiki berkali-kali bersinggungan dengan hal tabu itu, dia menganggapnya hanya sebuah kesialan belaka. Ketika akhirnya dia mendapat limpahan cinta dari seorang cowok gay, Kik...