Trouble

27 5 0
                                    

Still Author PoV

"Eng.....emm.." jawab ratu gelagapan. "Lo dari mana Rden Roro Ratu Adiningrat?" Tanya yuli lagi, sambil mendekat kearah ratu.

Ratu langsung mengambil langkah seribu dan di kejar oleh yuli. "Berhenti lo ratu!!!!!" Pekik yuli.

"Gue capek mau tiduuuuuuuur" jawab ratu, lari ke kamarnya.

****

Ratu mengerjapkan matanya berulang - ulang ketika cahaya masuk melalui celah jendelanya.
Waktu menunjukan pukul sebelas siang. Ratu segera bangkit dan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi ratu turun ke ruang makan.

"Heh..! Lo dari mana tadi malem ??" Tanya yuli penuh selidik. "Abis party lah," jawab ratu santai.
"Mobil lo bau alkohol ratu! Kamu party apa?" Tanya yuli. "Kepo deh" jawab ratu sambil mengoleskan roti dengan selai coklat.

"Ya jelas kepo lah!! Lo abis minum minum ya?!" Tuduh yuli. Ratu menggebrak meja "gak usah sok tau ya lo. Ini urusan gue!" Bentak ratu dan langsung mengambil kunci motornya.

"Mau kemana lagi lo! RATUUU!!!!" Teriak yuli, yang di hiraulan oleh ratu.

"Apaan sih pagi - pagi udah berisik" kata ani muncul dari dapur. "Itu ratu aneh banget ni" jawab yuli tampak khawatir.

***

Ratu PoV

Aku mengendarai motornku dengan ugal, menuju cafe favoriteku dulu. Tak berselang lama aku sampai di cafe, aku langsung mencari tempat favoritenya dekat dengan jendela.

"Mba mau pesan apa ?" Tanya pelayan.

"Vannila latte satu sama pane cakenya mba" jawaku.

Pelayan itu mengangguk dan berlalu.

"Boleh gue duduk disini?" Suara bass itu mengangetkanku sungguh. Aku menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu.

"Ohh.. kamu.. boleh ajah" jawabku cuek. Ternyata dia temen sekelasku yang mengaku sebagian namanya ada dalam namaku.

"Lagi galau?" Tanyanya

"Sok tau banget sih lo?" Jawabku sedikit dongkol

"Lo bisa cerita ke gue" tawarnya

"Masa gue cerita sama orang yang bahkan gue gak tau namanya" jawabku judes.

"Modus ajah ngajak kenalan huu" katanya penuh percaya.

"Iiuhhh...." aku melihatnya sedikit jiji.

"Nyantai ajah kali tu.. gue raden. Raden Gumilang Pratama" jawab cowok itu.

"Udh santai kali... ohh raden.. iya nama awal gue" jawabku, dan pesenan datang.

"Mba saya minta black coffe ya" pintanya kepada pelayan yang mengantar pesanan ku.

"So... apa yang membawa mu kesini nona muda?" Tanyanya.

"Lo kaya supir gue. Manggil nona muda haha" aku mencoba mengalihkan pembicaraan yang bisa saja membuat ku meninjunya.

"Maaf deh.. kalau lo gak pengen cerita juga gapapa kok" jawabnya pasrah.

"Dan lo.. ngapain kesini?" Aku balik bertanya.

"Gue...lagi nungguin nyokap belanja nih" dia menggaruk tengkuknya.

"Seru dong!" Jawabku sedikit iri.

"Kau disini rupanya.. wow.. siapa gadis ini raden, Manis sekali" tiba - tiba datang perempuan paruh baya menyapa aku dan raden.

"Sudah selesai mah ? Duduk sini mah" kata raden, ternyata mamahnya dan tak kusangka mamahnya malah duduk di sebelahku.

"Mah sini sebelah raden" protesnya. "ih mamah mau disini, dia manis sekali raden mamah suka sekali lesungnyaa, mungkin saja mamah tertular manisnya" kata ibunya. Aku tersenyum geli mendengarnya.

"Siapa namamu manis?" Tanya ibunya lagi. "Nama saya ratu tante" jawabku dengan senyum termanis yang aku punya. "Ya tuhan sejuk sekali melihat senyummu. Matamu sangat hitaam" katanya kelewat semangat. "Nama tante, rani" sambungnya sembari mengelus pipi ku yang tembem.

"Maah jangan gitu maluu ih, sok akrab banget sih" kata raden. "Gapapa kok den.." selaku.

"Ratu ajah gapapa masa kamu protes. Kamu pacarnya ya jadi protes mamah pegang pipi pacarny?" Tanyanya penuh selidik. Terlihat muka raden tersipu.

"Tante bisa ajah. Aku sama raden cuma temen sekelas kok" jawabku cepat, dan tante rani ber oh ria.

"Oiya.. tante belum selesai belanja. Kamu mau nemenin tante ?" Tawarnya. "Em... baiklaah" jawabku sedikit tak bersemangat.

****

Setelah lama aku, raden dan tante rani berjalan - jalan di mall. Tiba lah saatnya untul berpisah.

"Emmm.. tante"

"Ya sayang ?" Jawabannya membuat panas perutku.

"Sudah larut. Ratu pamit duluan ya tante?" Tampak wajah kecewanya. Sungguh itu membuatku tidak tega.

"Baiklah... jaga kesehatan mu ya. Kau tampak pucat" ia megelus rambutku. Bahkan ibuku jarang melakukannya. "Antar dia raden!" Sambungnya lagi. Aku bersalaman dengannya dan aku pergi.

"Makasih ya udh nyenengin mamah" kata raden disampingku.

"Sama sama" jawabku singkat

"Lo naik apa ?"

"Motor"

"Ini sudah malam. Lo yakin ? Gue anter ya?" Tawarnya.

"Gak usah gue bisa. Thanks den" aku pun berjalan cepat keparkiran motor.

Akupun mengendarai motorku dengan santai karna pikiranku lumayan tenang.

****

"Lo darimana tu?" kali ini vara yg bertanya.

"Dari cafe" jawabku malas.

"Lo pergi dari jam sebelas dan baru pulang sekarang ? lo inget punya rumah?" Ini yuli.

"Plis.. gue capek gue gak pengen debat sama kalian" aku berlalu meninggalkan mereka.

"Yaiyalah gimana gak capek pulang jam setengah satu malem, jam sebelas pergi lagi. Lo kenapa hah?!" Yuli terlihat tidak sabaran.

"apa peduli mu?!!! Ini kehidupanku!!" Jawabku dengan nada tinggi.

"Ratu, apa salahnya menjawab dengan jujur" kata vara. "Gue bilang gue dari cafe!!" Jawabku mulai marah.

"Kenapa sampai jam segini? Lo gak tau apa kita kita nungguin lo pulang?" Tanya yuri sengit

"Suruh siapa nunggu! Gue gak minta di tungguin!!" jawabku tak kalah sengit. "gue capek kalau mau berantem lagi, besok ajah" sambungku sambil melengos ke kamarku.

Setelah sampai di kamar, aku langsung menggeledah isi tasku yang waktu malam minggu ku gunakan ke party. Senyumku mengembang mencetak lesung di pipi kanan ku, ketika ku temukam obat penenang. Aku menenggak 15biji obat itu. Jujur obat ini sangat pahit, tapi entah kenapa aku menenggaknya lagi. Persetan-umpatku dalam hati. Tak beberapa lama obat itu beraksi. Berat, kepalaku berat, jantungku berpacu tak berirama kadang cepat kadang pelan. Tiba tiba semuanya gelap.


Hollaaa....

Vote and comment yaah..

The warmes from baby huey

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang