Tidak, tetaplah tidak

193 30 6
                                    

"Jacky, bisakah kamu kemari? Ada sesuatu yang mau ibu dan ayah bicarakan denganmu" kata Sarah, Jacky yang sedang menggendong Justin langsung pergi ke arah ruang keluarga.

"Ya, ada apa ibu, ayah?" tanya Jacky sambil duduk di sofa.

"Apa Jane pernah memberitahukan sesuatu mengenai perkataannya tadi pagi?" tanya Scott. Kenapa harus membahas mengenai ini?

"Tidak ayah, dia tidak pernah berbicara denganku sejak dia lulus SD, seakan semua yang sedang dia rasakan adalah sebuah rahasia" kata Jacky. Memangnya anak perempuan yang sudah puber akan semakin tertutup pada kakaknya sendiri? Aku rasa tidak, Jane memang beda dari adik perempuan yang lain..

"Coba kamu bicara dengannya, sayang. Kau harus mengambil simpatinya, buat dia berteman lagi denganmu" kata Sarah sambil tersenyum, Jacky sebetulnya ingin menolak tapi melihat wajah orang tuanya yang mengharapkannya, dia tidak tega.

"Baiklah ibu, aku akan mencobanya" kata Jacky sambil tersenyum.

"Ayah rasa dia belum tidur, kamu bawa saja dulu Justin ke kamarnya lalu kamu pergi bicara pada Jane" kata Scott, Jacky hanya mengangguk lalu pergi membawa Justin ke kamarnya dan mengatur posisi tidurnya serta tak lupa mencium dahinya lalu pergi untuk berperang--maaf, berbicara dengan Jane.

Tok..tok..tok...

"Jane?" tanya Jacky, tak ada jawaban.

"Jane, kakak mau bicara denganmu" kata Jacky lagi sambil mengetok pintunya (lagi).

Cklek

"Bicara mengenai apa?" tanya Jane sambil bersandar di dinding dan melipat tangannya di dada.

"Kita bicara di dalam saja, Jane" kata Jacky sambil tersenyum dan memegang bahunya lalu mendorongnya pelan.

"Aku tak mau!" kata Jane sambil melepaskan bahunya dan menjauh dari kakaknya.

"Jane--"
"Keluarlah kak!" kata Jane sambil menghembuskan nafasnya.

"Kakak--"
"KELUAR!" bentak Jane. Astaga.. Berani-beraninya dia membentak kakaknya.

"Kamu berubah Jane"

"Tidak. Kakaklah yang berubah.." kata Jane dengan ketus.

"Kakak minta maaf, Jane. Tolong maafkan kakak" kata Jacky  sambil memeluk adik perempuannya itu. Tak ada jawaban... Tiba-tiba terdengar isakan kecil, ternyata Jane menangis.

"M-maafkan Jane, k-kak. Seharusnya J-Jane--"

"Kakak sudah memaafkan Jane" kata Jacky sambil melepaskan pelukannya tapi tetap memegang bahu Jane dan tersenyum. Jane pun menghapus air matanya.

"Baiklah, kakak mau bicara mengenai apa?" tanya Jane sambil tersenyum.

'Bagaimana ini? Jika aku langsung mengatakan padanya bahwa kita akan bicara mengenai perkataannya tadi pagi pasti dia akan memarahiku', batin Jacky.

Aha!💡

"Mengenai dirimu, apa ada sesuatu yang mengganggumu Jane?" tanya Jacky, yang ditanya hanya mematung dan kemudian menggeleng.

"K-kenapa kakak.. Ingin berbicara mengenai diriku? T-tak ada yang menggangguku--"

"Tapi kenapa kamu sudah tertutup? Dulu kamu sering curhat pada kakak" kata Jacky sedih.

"Ehh.. A-aku--tidak, aku tidak tertutup kok" kata Jane sambil terkekeh atau bisa dibilang 'pura-pura' terkekeh.

"Baiklah.. Bagaimana kalo kita bermain Truth OR Dare?" tawar Jacky dengan cengiran khasnya.

Last First Kiss (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang