Sudah cukup!

164 19 1
                                    

Jacqueline sedang tertidur, tiba-tiba dia terbangun.

"Kenapa aku bisa disini ya? Biarlah, yang penting aku tidur di kamarku" kata Jacky lalu dia menutup matanya kembali, tapi dia merasa ganjal karena tenggorokannya kering.

"Aku butuh minuman" katanya lalu dia beranjak dari tempat tidurnya, keluar dari kamarnya, turun tangga, dan pergi ke dapur.

"Akhirnya..." katanya lega setelah beberapa kali minum air. Dia pun memutuskan untuk kembali lagi ke kamarnya, dia menaiki tangga dan terhenti di depan pintu kamar Jane.

"Apa kamu sudah merasa baikan?" suara Thomas terdengar dari balik pintu itu, Jacky pun penasaran dan ingin mendengarkan percakapan mereka.

"Ya, lalu bagaimana semua persiapannya kak? Apa sudah selesai?" tanya Jane. Menurut Jacky percakapan ini tak ada artinya, dia pun ingin pergi tapi terhenti karena mendengar jawaban Thomas.

"Hanya tersisa satu"

"Apa kakak yakin ini akan berhasil?" tanya Jane ragu, Jacky pun semakin penasaran.

"Selama tak ada yang mengacaukannya, aku yakin ini akan berhasil.. tapi jika ada yang menyerah, maka sia-sialah" kata Thomas, ada nada sedih dalam jawabannya.

"Apa kakak masih menyayangi kak Jacky?" tanya Jane pelan, dan itu membuat Jacky lebih mendekatkan telinganya ke pintu kamar Jane. Thomas hanya terdiam dan Jacky pun hanya semakin mendekat ke pintu, lalu...

Brukk

"Kak Jacky?"
"Jacqueline?"
Thomas dan Jane sama-sama kaget saat melihat Jacky jatuh tengkurap karena pintu kamarnya terbuka.

"Aw, tubuhku!" ringis Jacky. Dia tak peduli jika kedua orang yang sedang berbincang tadi bertanya-tanya akan kehadirannya, yang dia pedulikan sekarang hanyalah tubuhnya.

"Kenapa kakak bisa berada di depan pintu kamarku?" tanya Jane lalu dia dan Thomas menghampiri Jacky.

"A-aku terpeleset di depan pintu kamarmu Jane" kata Jacky sambil mengusap-usap dahinya.

"Kenapa kamu tidak hati-hati Jacky? Lihat dahimu jadi benjol" kata Thomas sambil menunjuk dahi Jacky.

"Aku ambilkan kacang polong kemasan di kulkas ya" kata Jane lalu pergi ke dapur.

"Sini aku bantu" Thomas pun membantu Jacky berdiri dan duduk di kursi empuk yang ada di kamar Jane.

"Lain kali hati-hati kalau mau menguping pembicaraan orang" kata Thomas sambil menatap Jacky.

"Maaf, aku khilaf" kata Jacky sambil menunduk dan masih mengusap-usap dahinya.

"Untung saja hanya sekedar benjol biasa, jika sampai luka itu bisa bahaya, Jacky" kata Thomas sambil mengangkat dagu Jacky dengan jari telunjuknya.

"Kecantikanku tak akan hilang kalau hanya sekedar luka, lagipula siapa yang akan melihat wajahku, hanya keluargaku saja 'kan"

"Banyak orang ingin melihat wajahmu nanti, di hari pernikahanku"

"Aku ini bukan mempelai wanitanya, Tommy. Aku ini hanya kakak dari seorang mempelai wanita" kata Jacky, kemudian Jane masuk sambil membawa kacang polong kemasan dan memberikannya pada Jacky.

"Sini, aku saja"

"Aku bisa sendiri, Thomas!"

"Tidak, Jacky. Kau diam saja"

Last First Kiss (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang