Part 8: Poor Step-Princess

2.8K 246 3
                                    

Siang yang sungguh terik. Seluruh Prince sepertinya berada di dalam rumah. Kecuali Chad yang sedang mengurus bisnis di Resort. Resort ini di kerjakan oleh keluarga Chad, tapi Chad belum sepenuhnya resmi sebagai pewaris nya.

Adric duduk di samping jendela kaca terbesar yang berada di ruang tengah. Sinar matahari dengan bebas mengenai kulit putih yang mulai sediki terbakar dengan dirinya yang selalu berenang di pantai. Tapi kali ini ia meliburkan diri dari pantai dan mencoba gitar yang baru saja sampai. Kiriman orang dari perusahaannya.

Di atas gitar tersebut terukir nama Mutoo, nama dari perusahaan yang di kelola keluarga Adric. sebuah perusahaan yang memproduksi alat-alat musik dengan harga yang luar biasa menjulang tinggi. Tapi dalam satu bulan, terdapat satu hari di mana mereka akan menurunkan harga mereka secara drastis. Bahkan hingga 70%. Dengan harapan para musisi-musisi jalanan juga bisa menggunakan alat musik mereka.

Keluarga Adric adalah pemilik dari perusahaan RJN-Mutoo. Tapi orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan 'Mutoo'. Sebuah perusahaan yang memproduksi segala macam alat music dengan kualitas yang masih belum ada tandingannya di Asia.

"Ahh, haus!", Adric mengelus tenggorokannya lalu ia langsung melihat Chella tengah berkebun lewat kaca Jendela di sampingnya. Dengan senyuman jahatnya, ia mengambil Hp nya dan ia tap nama Chella.

"Iya?"

Terlihat Chella tengah mengelap keningnya yang basah sambil mengibas-kibaskan tangannya.

"Ambilkan aku minum!"

'tit' Adric langsung menutup telfonnya.

Chella sedikit terkejut dengan tingkah Adric. Seperti biasa, ia benar-benar menyebalkan. Chella memutar matanya dan langsung mengangkat kakinya menuju dapur. Tapi, saat Chella melewati ruang tengah, ia terkejut melihat Adric duduk di sana, menikmati waktu senggangnya. Di tempat itu, Chella langsung berhenti dan menatap kesal laki-laki dengan mata besar dan bibir kecilnya. Lalu dengan cepat ia menyadarkan dirinya dan mengelus dada nya.

Sabar Flo!!

Sebenarnya, selama ini Adric selalu menjadi anak yang baik. Tapi entah mengapa, dendamnya pada anak perempuan yang menurutnya jelek sekali ini sangat besar. Di pikirannya sudah mencuat banyak hal. Penjilat, penyiksa, dan lain-lain.

Lalu Chella berjalan menuju Adric tanpa masuk ke dalam dapur. Ia berdiri tepat di samping Adric.

"Mana minumanku?"

Tanpa berkata apa-apa, Chella merenggangkan tangan kanannya dan langsung meraih pintu lemari es yang berada di situ. Ia membukanya dan mengambil satu minuman dingin di sana.

Di rumah ini ada tiga lemari es yang di sediakan. Satu berada di Game Room dan perpustakaan, satu berada di dapur, dan satu berada tepat di depan Chella saat ini, tepat di samping Adric.

Chella mengambil botol yang terisi penuh minuman dingin lalu menuangnya di gelas kosong yang berada di atas kulkas. Tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Adric sedikitpun.

'Tuk!', Chella menaruh gelas itu dengan rasa kesal yang ia tahan habis-habisan. "Kalau ada perlu panggil saja aku!", kata Chella dengan kesal.

Tanpa menunggu jawaban Adric, Chella langsung pergi kembali ke kebun bunga depan. Setelah Chella menghilang, Adric tertawa puas dan kembali mengawasi Chella yang sedang asik dengan pekerjaannya.

"Hahaha, itu baru awal!"

Lima menit kemudian.

"Ada apa kau memanggilku lagi?", tanya Chella yang masih penuh dengan keringat dan wajahnya yang memerah karena kepanasan.

"Balikkan kertas nada ku!"

Chella tetap menahan emosinya dan menuruti Adric untuk membalik kertas yang jelas berada di depannya. Ia tersenyum penuh arti, tapi tetap terlihat sangat tulus.

Menit yang lain.

"AC nya mati, tolong hidupkan!"

Kali ini Chella tak bisa menahan emosinya. Ia mengambil remote AC yang tepat berada di samping Adric dan mengidupkannya. Lalu, Chella langsung membanting remote itu bersama dengan telfonnya di depan Adric dan pergi dengan cepat.

Hahaha! Kau pikir itu menyenangkan? Akhirnya Adric puas dengan sikap Chella. The King is the winner.

●ᴥ●

Chella membanting tubuhnya di atas kasur. Badannya berderik seakan butuh istirahat. Ia meraih Vitamin Water yang ia siapkan secara pribadi sebelum ia berangkan ke sini dari atas mejanya, membuka botolnya, duduk, dan meneguknya dengan cepat. Lalu matanya tertarik ke keluar jendela, melihat bulan yang sangat besar dan bulat di atas pantai.

Kamarnya berada di lantai satu, tepat bersebelahan dengan dapur. Kamar yang berdesign simple tapi elegan ini tetap berukuran lumayan besar. Meski tak bisa di bandingkan dengan kamar para Prince.

"Mama dan Papa sudah kembali belum ya?", Chella kembali membanting tubuhnya di atas kasur.

Chella menatap langit-langit kamarnya yang di hiasi dengan lukisan daun-daun hijau segar. Lalu pandangannya mengarah pada jam dinding yang jujur dengan waktunya. Jam sembilan tepat. Ia langsung mengangkat badannya setelah mengetahui jam berapa sekarang. Mengambil catatan dan menulis apa yang belum bisa ia selesaikan hari ini dan harus ia selesaikan besok.

"Baiklah... aku sudah mengepel lantai dua, membersihkan gorden, berarti besok aku harus mencuci dan menyiram tanaman..."

Tiba-tiba Cellphone nya berbunyi. Ia langsung melihat nama yang tertera di layar dan ia langsung buru-buuru mengangkatnya.

"Iya.. halo?"

[Bersihkan sampah yang berada di depanku itu, aku risih melihatnya!]

"Kau berada di mana?"

[Di depan Televisi. Cepatlah!!]

Chella langsung tersentak dengan suaranya yang terakhir. Hingga ia sontak menjauhkan teleponnya dari telingannya.

_______________________________________

"Hey.. besok kita akan melakukan apa lagi pada Chella? Terlalu membosankan bila menyuruhnya membersihkan rumah setiap hari!", dengan santai, Henry menyandarkan punggungnya di sofa.

Kelima 'pangeran' itu sama-sama saling berkumpul di ruang tengah. Menonton Bola yang sudah menjadi acara wajib mereka.

"Dia itu wanita yang tangguh, kau ingat?! Hanya dengan menyuruhnya melakukan hal-hal semacam itu tak akan membuatnya tumbang. Sebaiknya kita cari kelemahannya dulu. Baru setelah itu kita serang dia hingga ia menangis meraung-raung.", jawab Adric.

Adric meneguk Cola nya dan menaruhnya hingga membuat beturan yang lumayan keras. Tatapannya mengeras dan nafasnya sedikit berat. Mata lebarnya semakin membesar, tapi kesan yang di tampilkan seperti rengekan anak kecil yang memandang dengan tajam. Saat ini, ingatannya mengenai masa lalu nya bersama Chella muncul dengan jelas kembali.

"Bagaimana kalau ia sakit? Kita sepertinya menyuruhnya terlalu banyak, menyapu seluruh rumah, mengepel, membersihkan kaca, membersihkan ke lima sofa, membersihkan seluruh barang, bukankah itu terlalu banyak?!"

Apa yang di katakan Ronald seratus persen akurat. Rumah ini benar-benar besar. Bahkan seharusnya setidaknya di bersihkan oleh 15 orang. Tapi para Prince membuat Chella membersihkannya sendiri.

"Ronald, kau tidak ingat bagaimana ia membuat kita terkurung selama 9 tahun di sekolah kita? Kita jauh lebih menderita di bandingkan apa yang ia lakukan selama beberapa hari ini.", bentak Adric.

Ronald hanya terdiam. Sama diamnya dengan pangeran-pangeran lain yang tak ingin menjawab dari kebenaran yang di katakan Adric.

"Sudahlah, lebih baik kita kerjai lagi sekarang! Ok?", ucap Chad.

Semua langsung terdiam dan saling pandang, menunggu apa yang akan Chad lakukan. Sementara Chad tanpa menunggu apapun langsung mengambil Handphone nya dan mencari nama Chella.

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ● 

Keep reading and don't forget to give a vote and comment ^^,

REJENSON: Cinderella with 5 Step-PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang