hai. ^^
Adric duduk di ujung meja dengan wajah penuh tekanan. Setelan kaos tanpa lengan berwarna hujau army dan celana hitam nyaman ia kenakan dengan sempurna. Bau segar pun sudah tercium di seluruh bagian tubuhnya. Rambutnya yang curly membuat penampilannya semakin indah, seakan kejadian tadi pagi tidak pernah terjadi.
Kepalanya terasa pening dan berat. Bukan hanya karena alkohol saja, tapi juga karena rasa malunya. Sementara di sampingnya, seorang perempuan tengah sibuk menyiapkan sarapan tanpa bertanya apapun pada laki-laki dengan rambut sedikit keriting dan basah itu.
Saat ini, Adric tak hanya duduk sendirian. Ia di temani Jacky yang sama-sama melayangnya, dengan setelan kaos biasa dan jeans. Jacky pun memikirkan banyak hal. Bahkan headset di telinganya pun seakan tak berbunyi lagi.
Kemudian, Henry datang dengan sunyi dan duduk tepat di depan Adric. Ia sudah sama harumnya dengan Adric, tanpa bau alkohol. Sebuah kaos putih dan rompi jeans Henry kenakan dengan baik dan rapi. Gel rambut yang banyak sekali juga sudah mengkilapkan rambutnya yang ia tata ke belakang.
"Minumlah teh jahe di depan kalian... mungkin perut kalian akan terasa lebih baik!"
Ketiga orang itu hanya melirik Chella, menghindari tatapan dengannya terlalu lama.
"Apa kemarin... Chella melihat kita?", bisik Henry pada Jacky.
"Diamlah!!", jawab Jacky dengan lugas.
Henry langsung menjauh ketakutan. Kini ia mendekati Adric dan berbisik padanya, "Apa kau mengingat sesuatu?"
"Entahlah, kepalaku sakit sekali..."
Henry menekuk ujung lengan kaosnya ke atas hingga membuat kaosnya seperti kaos yang di pakai Adric. "Aku kemarin malam mimpi aneh. Aku bermimpi bahwa aku menciummu!"
Kepala Adric masih menunduk, tapi matanya membulat seketika. "Benarkah? Mari kita berdoa bahwa itu benar-benar mimpi, Henry!", bisik Adric.
Dari atas, seseorang dengan potongan mohawk dan wajah kecilnya menuruni tangga dengan cepat. Ia langsung berjalan ke arah meja makan, melihat wanita dengan rambut coklat menyiapkan sarapan. Benar-benar terlihat seperti istri yang baik. Tapi dalam satu frame itu, juga duduk tiga laki-laki bodoh yang saling berbisik-bisik.
"Morning Princess!!", Raihan langsung mengalungkan tangannya di pundak Chella sambil mengambil satu buah apel merah.
"Morning!", Chella melirik Raihan sekejap, kemudian ia tersenyum sambil tetap fokus menata makanan.
"Sepertinya kau semakin ahli memasak! Apa kau masih minta di ajari oleh asisten rumah tanggamu?", dengan santai, Raihan menggigit apelnya dengan satu gigitan besar.
Chella terkejut dan langsung menoleh Raihan yang masih tak mau melepaskan pundaknya. "Bagaimana kau tau?" Chella curiga.
"Aku penggemar beratmu!" ia terkekeh ceria.
Apa yang dia katakan?
Tiba-tiba, Raihan merasa bahwa ia sedang di awasi. Ia memutar kepalanya dan melihat ketiga orang yang sudah duduk dari tadi. Benar saja, ketiga orang itu menatapnya sangat tajam. Tatapan mereka benar-benar seperti ujung tombak. Sinis dan penuh amarah.
"Wowow!! Ada apa ini?" Raihan menoleh ketiga laki-laki bersaudara itu bergantian dan penuh tanya. Tapi Chella hanya diam mengabaikan Raihan. "Sepertinya ketiga orang itu menyukaimu!", ringkas Raihan
"Ahh, tidak.... mereka seperti itu karena mereka masih lelah, itu saja."
"Tapi aku fikir tidak seperti itu...."
Jacky langsung berdiri, mengambil beberapa langkah besar mendekati Raihan. Dengan cepat, ia tarik dan balik tubuh Raihan, mengangkat kerah dan mendorong tubuhnya keras ke arah tembok.
"Siapa kau?" Jacky bertanya dengan nada rendah dan sangat dingin. Seluruh orang langsung diam melihatnya. Bahkan Adric pun tak mengatakan apapun. Di samping ia merasa penasaran dengan Raihan, ia juga takut dengan Jacky.
Raihan tetap tersenyum, "Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku Raihan!"
Jacky memukulkan tubuh Raihan ke tembok dengan sangat keras hingga Raihan mengaduh pelan. "Argh!"
"Kemarin malam, kau juga kan yang menaruh Wine di gelas kami?"
Raihan langsung tersenyum getir, "Well..."
Jacky kembali menghentakkan tubuh Raihan ke tembok. "Jelaskan padaku! Kau siapa?"
"Jack... bisakah kau turunkan aku dulu, ini benar-benar terasa sakit!", wajah Raihan masih meringis menahan kesakitan, tanpa menurunkan seringai dari wajahnya.
"Kau mau melakukannya dengan cara sulit huh?"
"Jacky... hentikan!" teriak Chella dari belakangnya samnil memegangi baju Jacky. Kedua Pangeran yang lain sempat kaget dengan Chella, bahkan ini pertama kalinya ada orang yang berani menyentuh Jacky saat ia sedang berada pada puncak kemarahannya.
"Kau lihat... dia menyuruhmu berhenti, kalau tidak, ia tidak akan menyukaimu, PRINCE!!" Raihan menekan suaranya.
Kepala Jacky semakin mendidih. Tapi ia masih mencoba untuk mendiamkan kepalanya, meski pada akhirnya tangannya telah mengepal dan terangkat ke udara. Di waktu yang hanya selang sepersekian detik, tangannya sudah melayang.
"JACKYY!!" Jacky langsung terhenti tepat beberapa jengkal dari wajah Raihan karena teriakan keras Chella.
Jacky membuang tangannya kesal, "Kau sudah jadi daging cincang bila tidak ada Chella di sini!"
Jacky melepaskan genggaman eratnya dari kerah Raihan dengan kasar dan langsung meninggalkannya. Raihan tersenyum, ia menepuk bajunya, membuatnya licin kembali.
●ᴥ●
Ronald dan Chad akhirnya telah duduk di meja makan bersama yang lainnya. Tapi baru saja mereka duduk, mereka telah di suguhi dengan pemandangan yang kurang menyegarkan. Mereka bisa merasakan hawa hitam yang keluar dari tubuh Jacky, hawa yang sangat jarang sekali ia keluarkan jika tidak berada di posisi berbahaya.
"Apa dia buat masalah lagi?" bisik Rolad pada Adric.
"Kau lihat sendiri kan? Dia benar-benar tak bisa diam!"
Chad hanya diam dan mendengarkan setiap percakapan dengan teliti. Sudah semalaman ia terus berfikir mengenai Raihan hingga membuat kepalanya hampir meledak. Mengapa ia begitu tau mengenai banyak informasi? Bahkan informasi pribadi keluarga sekalipun.
Tetapi, saat ini ia sudah menemukan jawaban dari semua hipotesisnya, meskipun ia tau, ini sangat tak masuk akal. Akhirnya, ia tetap menyimpan jawaban itu dan menunggu kepastian yang jelas dengan perlahan.
"Kalian tidak berubah sama sekali...", ungkap Raihan tiba-tiba sambil menyantap sarapan yang berada di depannya. Kemudian ia terkikik geli.
Dan, akhirnya Chad seratus persen yakin dengan jawabannya.
"Raihan hentikan!!" Chella mengatakannya sambil menatap tegas Raihan. Ia berharap agar Raihan berhenti memanasi para Princes.
"Jadi, sampai kapan kau akan terus membuat kita kesal, JOE!" sahut Chad jengah.
●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
( ^)o(^ ) ***VOTECOMME*** ≧﹏≦
KAMU SEDANG MEMBACA
REJENSON: Cinderella with 5 Step-Princes
Romance[END] Aku terlanjur terjebak di kisah Cinderella. Hari itu, saat pesta dansa itu, aku hanya berharap untuk bertemu dengan pangeranku, bukan dengan 'Pangeran-pangeran' tiri yang akan menyiksaku. Pangeran yang sengaja membuatku menjadi pelayan mer...