Part 12: Korban pertama.

2.7K 263 7
                                    

Malam di mana Chella menumpahkan kulit kacang ke atas baju Adric.

Sangat sunyi, bahkan di luar pulau hanya terdengar suara samar deburan ombak dari kejauhan. Pantulan cahaya bulan yang terlihat bergoyang di atas laut biru milik keluarga Rejenson. Pulau yang di jalankan oleh keluarga Richard H. Rejenson.

Adric mengubah posisinya. Ia tetap menutup matanya sambil berkonsentrasi untuk tidur. Selang lima menit, ia ubah lagi posisinya. Lalu ia lihat jam dinding digital yang berada di depannya. Tepat tengah malam, dan ia masih belum bisa menutup matanya untuk sekejap saja.

Hatinya gelisah, ia tak tau kenapa. Kejadian malam ini benar-benar mengganggunya. Perasaan bersalah ini tak bisa ia pungkiri. Aku keterlaluan. Aku benar-benar sudah keterlaluan.

"Kau yang menginjak tangannya hingga membiru!"

Suara Chad terus membayangi kepala Adric. Bahkan wajah Chella yang menahan kesakitan juga terimajinasi di atas kepalanya.

Aku mendorong tubuhnya dengan keras dan kasar. "Matamu di mana hah? Kau tak bisa lihat aku di sini?"

Kepalanya semakin sakit. Sudah ia coba untuk menghapus itu semua, tapi hasilnya nol.

Akhirnya Adric menyerah, ia bangun dan memijat kepalanya pelan. Lalu perlahan pijatan itu berubah menjadi gerakan mengacak rambut.

"AHHSSHH!!!"

Ia kesal, sangat kesal dengan dirinya sendiri. Lalu selimut putih yang masih membalut kakinya ia lempar ke lantai.

"Tenang Adric, sabar!"

Adric menurunkan kakinya perlahan. Ia bertumpu kedua tangannya yang ia sanggahkan di atas kasur. Ia menutup matanya lalu mengusap kening dan sebagian rambutnya. Kaki di bawahnya sudah menemukan slipper coklat miliknya dan mulai mengangkat tubuhnya untuk berjalan.

Pada awalnya, ia berencana untuk keluar mengambil udara segar, sebelum ia menyadari Ronald keluar melewati kamarnya dengan mata setengah tertutup. Ia langsung membatu di tempat dan mengurungan niatnya keluar.

Adric menghembuskan nafasnya, "Lebih baik aku meminum obat tidur saja!"

______________________

Ronald berjalan menuruni tangga. Ia merasa haus dan sedikit lapar. Membuatnya benar-benar harus mengambil sesuatu di dapur. Setelah sampai di lantai bawah, ia menyadari bahwa lampu dapur dan kamar cuci masih meyala terang.

"Kenapa masih menyala? Chella belum tidur? Apa jangan-jangan ia lupa?! Dasar!!"

Ronald ragu untuk melangkahkan kakinya ke ruang yang lebih tinggi dua tangga itu. Ia berfikir bagaimana kalau ia menemukan Chella di sana? Apa yang harus ia katakan nanti.

Hingga akhirnya, ia tetap menengok ke arah dapur dan kamar cuci. Ia juga sudah memikirkan dialog seperti 'Apa yang kau lakukan di sini? Kau tau ini jam berapa hah?' atau 'Jadi... Kau bangun jam segini untuk mencari alasan agar kau bisa bangun telat besok?'

Iya... dialog yang bagus!

Ronald terkejut saat ia tak mendapati siapapun di dapur. Dan saat ia masuk ke dalam kamar cuci, barulah ia menemukan Chella.

Gadis dengan rambut bergelombang dan mata lebar itu duduk bersimpuh lutut sambil membenamkan wajahnya di atas lututnya. Mesin pengering yang berisi banyak sekali pakaian itu juga sudah berhenti. Awalnya, ia mengira bahwa Chella masih melakukan Laundry, tapi sekarang terlihat jelas kalau ia tertidur.

"Kau bekerja terlalu keras. Tidak ada yang menyuruhmu untuk bekerja sekeras ini kan?"

Ouch! Apa-apaan dengan dialogku! Ia langsung mengernyitkan matanya dan memukul bibirnya.

REJENSON: Cinderella with 5 Step-PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang