"Chella?" Chad melihat seseorang telah berdiri di sana.
Chella terdiam, entah sejak kapan ia berdiri di sana. Tapi siapapun saat ini bisa melihatnya, bila tak terhalang oleh Chad, air matanya menggenang dan akhirnya jatuh membasahi pipinya. Tapi dengan cepat, Chella langsung mengusap air mata itu dengan kedua tangannya.
"Chel... Chella?" Chad sangat terkejut. Ia tau, pasti ia mendengar apa yang di katakan oleh Henry mengenai Joe.
"K-Kalian tidak berangkat?", Chella mencoba mengalihkan pandangannya. Menutupi wajahnya yang merah padam menahan cairan di atas matanya.
Chad langsung memeluk Chella. Dan akhirnya, Chella pun tak bisa menahan seluruh air mata yang ia tahan.
Chella menangis perlahan, "Hen-Hentikan C-Chad... Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" Chella masih mencoba bersikap seakan ia tidak apa-apa. Menahan perasaan yang tak bisa di tahan.
Sementara dari arah belakang, keempat Pangeran hanya diam dan melihat Chella yang berada di pelukan erat Chad. Tak bisa mengatakan apa-apa, bahkan mereka juga tak bisa bergerak.
Keempat pangeran itu langsung merasa bersalah, tak terkecuali Adric. ia tau bagaimana rasanya kehilangan Joe. Berita yang datang dengan sangat mendadak.
"Tenanglah... semuanya akan baik-baik saja!" Chad mengelus rambut Chella yang telah rapi ia sisir.
Chella masih meronta agar Chad melepaskannya. Tapi Chad tak bisa melakukannya. Dan pada akhirnya, Chella menyerah dan semakin membenamkan wajahnya di dada Chad.
Air mata Chella semakin jatuh tak terkendali. Ia akhirnya melepaskan semuanya. Chella menangis tersendu. Ia memukul Chad beberapa kali, mengeluarkan semua rasa sedihnya. Berbagai penyesalan silih berdatangan. Dan semakin banyak penyesalan-penyesalan itu menumpuk dikepalanya, semakin banyak pula air yang jatuh karena laki-laki itu.
"Maafkan aku!", Chad semakin mengeratkannya pelukannya dan turut membenamkan wajahnya di pundak Chella. Kini Chad bisa merasakan dinginnya air mata Chella yang menempel pada dadanya. Semakin dingin yang ia rasakan, semakin besar rasa sedih yang juga menyelimutinya. Seakan ia kembali merasakan apa yang di rasakan Chella. Karena memang perasaan kehilangan Joe pernah ia rasakan. Rasa pedih dan bersalah yang membumbung ke langit.
Di luar penglihatan semua orang yang berada di sana, diam-diam air mata Adric ikut terjatuh. Perasaan yang telah ia lalui dua tahun lalu, perasaan yang dengan susah payah ia obati, muncul kembali dengan bentuk luka lama.
●ᴥ●
"Minumlah..." Chella menoleh saat Chad menaruh secangkir minuman di sampingnya. Laki-laki dengan kaos putih dan celana Skater Jeans.
Hari sudah hampir tengah malam. Chella menatap hitamnya laut dan kemeriahan pesta di pantai sana. Benar-benar suasana yang jauh berbeda bila di bandingkan di tempat di mana ia duduk dalam kegelapan bersama Chad di sini. Chella duduk santai di balkon lantai dua yang langsung mengarah pada Pantai. Hati Chella kacau, ia marah dan sedih. Tapi sekarang perasaannya lebih terkendali. Mungkin perasaannya akan meledak bila sesuatu menyulutnya saat ini.
"Aku jamin setelah kau meminum susu coklat dari resep keluarga Rejenson, kau akan jauh lebih baik!" Chad tersenyum.
Chella membalas senyuman Chad. Ia langsung mengambil cangkir tersebut. Meniupnya perlahan lalu meminumnya seteguk kecil, kemudian ia menaruhnya kembali. Sementara Chad duduk di pojokan pagar balkon. Menghirup udara dingin yang masuk ke dalam hidungya dan merasakan tiupan angin di atas kepalanya, membuat rambutnya sedikit melambai.
Chella menaruh dagunya di atas tumpuan lututnya. "Maafkan aku! Tadi aku terlalu berlebihan!"
Chad tersenyum. Ia menyandarkan kepalanya sambil melirik ke arah lokasi yang sangat terang dan penuh dengan cahaya kuning itu. Bahkan dentuman musik dapat terdengar jelas dari sini. Lalu ia menekuk salah satu kakinya sementara kaki yang satunya ia luruskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REJENSON: Cinderella with 5 Step-Princes
Roman d'amour[END] Aku terlanjur terjebak di kisah Cinderella. Hari itu, saat pesta dansa itu, aku hanya berharap untuk bertemu dengan pangeranku, bukan dengan 'Pangeran-pangeran' tiri yang akan menyiksaku. Pangeran yang sengaja membuatku menjadi pelayan mer...