Aku terkejut. Ini adalah pertama kalinya aku menatap langsung para Pangeran-pangeran itu. Yang bisa ku fikirkan tentang mereka hanya satu, MEREKA BENAR-BENAR LUAR BIASA. Mereka bercahaya bagaikan intan yang jatuh dari langit.Tapi tunggu dulu.... sepertinya ada yang salah.
Di sini, ada beberapa hal yang langsung ku fahami. Pertama, mereka semua tampan luar biasa dengan tubuh tegap mereka. Atletis dan, well, sangat menggoda.
Kedua, pelayan yang meminta jaketku tadi... adalah salah satu dari PANGERAN-pangeran itu. aku langsung tak bisa bernafas. Aku malu dan ketakutan. Sepertinya wanita di sampingku juga kaget, mungkin tadi ia tau saat laki-laki itu meminta jaketku. Aduuhh... aku malu sekali.
Ketiga, Joe bukan salah satu dari mereka.
Pandanganku langsung menghitam. Bahkan pemandangan luarbiasa yang di lihat langsung oleh mataku tak mempengaruhiku sedikitpun. Aku merasa bahwa aku langsung terbang ke alam lain.
"Selamat malam nona!"
Aku langsung tersadar. Pikiran rasionalku kembali. Aku melihat seorang laki-laki yang mengenakan jas putih dengan sebuah bunga sebagai asesoris di saku kanannya beridiri tepat di hadapanku. Ia membungkuk layaknya menawariku untuk berdansa. Setelah itu, ia menegakkan kembali tubuhnya, memperlihatkan wajah putih pucat dengan bibir merah muda alami dan sedikit mengkilat padaku.
Ia tersenyum padaku, dan aku tersenyum kembali padanya. Setelah itu, ia langsung mengambil tangan kananku dan mengikatkan sebuah pita yang sudah terikat dengan tangannya sebelumnya.
Dan aku baru mengerti apa maksudnya.
Aku yang sejak tadi memandangnya dengan bodoh, akhirnya faham kalau aku adalah Putri yang ia pilih sebagai pasangannya.
"Eh~....?"
Oops! Keceplosan. Bahkan aku mengatakannya dengan sangat keras.
Tuhan... maafkan kesalahanku selama ini. Apakah sudah sangat terlambat bila aku kabur saat ini juga Tuhan?
Ia tersenyum. Tapi aku melihat ada guratan licik di baliknya. Dan itu lebih menakutkan.
Tujuan utama ku ke sini bukanlah ini. Aku tak ingin menikahi siapapun, hanya Joe yang masih berada di pikiranku saat ini. Meski ini sudah waktunya untukku menikah, tapi tidak sekarang, tidak dengan salah satu dari mereka. Satu hal yang benar-benar ingin kulihat, yaitu melihat orang lain behuforia karena mereka adalah si putri yang terpilih. Tapi bukan aku.
"Maafkan kelancanganku nona!", dan laki-laki itu kembali tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan sangat canggung.
Tiba-tiba, layar besar yang sejak tadi hanya menampilkan suasana indah dan sejuk di berbagai tampilannya, kini menampilkan diriku yang tengah di soroti oleh lampu. Dan sebuah suara perempuan muncul di berbagai sudut ruangan melalui sound lauder.
"Baiklah, ternyata Mr. Adric Naufaliu Rejenson telah mengawalinya dengan memilih satu pasangannya!", sang Host mengumumkannya dengan cepat melalui pengeras suara dengan suka ria. Seluruh orang di lantai pesta ini pun bertepuk tangan dan sedikit ada suara sahut-sahutan.
NOO!! Aku melihati pita merah ini tajam, dan aku merasa kasihan pada tanganku. Aku berfikiran untuk melepaskannya. Tapi apa yang akan terjadi denganku nanti. Akan sangat tidak sopan untuk melakukan hal tersebut di depan ratusan undangan ini.
Pada intinya, aku terjebak pada satu pilihan ini.
Sejenak aku berfikir, ini adalah momen terburukku. Tapi ternyata aku salah. Satu hal yang lebih mencekam dan menakutkan kembali datang.
Tiba-tiba, entah kapan kedatangannya, laki-laki yang tak kalah cantiknya mengikatkan tali merahnya di tanganku, kini di tangan kiriku. Ia berpenampilan sangat rapi dengan jas coklat matangnya. Wajahnya bulat dan menggemaskan.
Aku terdiam tak tau harus berbuat apa. Bahkan memikirkannya pun aku tak kuat.
Si laki-laki berpenampilan rapi itu tersenyum ke arahku dan menatap laki-laki berjas putih itu dengan datar. Aku semakin panik dan juga menarik tanganku tak setuju. Kini aku mulai jadi pusat perhatian.
Dan suara wanita itu kembali memenuhi isi Hall besar ini, selain iringan musik dari BigVoice. "Tuggu! Sepertinya Mr. Richard Hobell Rejenson juga mengikatkan pitanya di wanita cantik dan beruntung yang telah di pilih Mr. Adric Naufaliu Rejenson!"
Kini, mungkin hanya beberapa orang yang tepuk tangan. Aku merasa sangat malu sekali. Pipiku semakin terasa panas dan aku merasa keringat dingin keluar dari seluruh penjuru kulitku. Tubuhku benar-benar kaku. Aku melihat, hampir semua orang menatap ke arahku. Bahkan Tn. Rejenson juga menatap ke arahku tajam dengan kumis putihnya.
"Dua pangeran itu berebut satu wanita yang tidak terlalu cantik. Bahkan mungkin aku lebih cantik!"
Meskipun ada yang berbisik, tapi aku mendengar jelas apa yang di katakannya.
Suasana masih riuh dan Host yang menggantikan Tn. Rejenson juga masih meramaikan suasana.
Satu persatu, aku memandangi mereka berdua bergantian dengan perasaan tertekan. Aku mencoba memaksakan senyumanku dan melihat ke atas balkon sekali lagi untuk memastikan kedua orang tuaku yang sejak tadi masih ku cari-cari.
Tapi sebelum hal itu terjadi, ketiga pangeran lainnya berjalan ke arahku. Aku ketakutan, bagaimana kalau mereka juga mengarah padaku? Bagaimana kalau mereka juga mengikatkan pitanya padaku? Bagaimana kalau mereka juga memilihku? Hingga akhirnya,
IYA.
Mereka semua memaksakan mengikatkan pita merahnya padaku. Tanganku sudah penuh saat ini. Aku pasti adalah satu-satunya wanita pembuat masalah terbesar tahun ini. Aku hanya bisa menunduk. Tak memperlihatkan wajahku sedikitpun. Aku sangat malu akan hal ini. Dan aku yakin semua orang di dalam pesta ini juga sama terkejutnya denganku. Apa-apaan mereka?
Akhirnya, Host pun tak tau harus mengatakan apa. Saat ini hanya lantunan musik menenangkan yang terdengar keras di Sound Louder.
Tanganku terasa berat. Dan aku juga tak henti-hentinya menggerakkan kedua tanganku yang terikat dengan lima pita yang menakutkan sejak beberapa detik yang lalu ini. Bila aku di pilih oleh ke lima Pangeran, seharusnya saat ini aku adalah wanita paling bahagia. Tapi, mengapa justru aku menjadi wanita paling menderita dan tertekan di sini? Bukan ini yang ku inginkan. Joe... kau di mana?
"Tenanglah Chella... kau tak ingin kakek marah padamu karena menolak secara terang terangan kan?"
●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
KAMU SEDANG MEMBACA
REJENSON: Cinderella with 5 Step-Princes
Romance[END] Aku terlanjur terjebak di kisah Cinderella. Hari itu, saat pesta dansa itu, aku hanya berharap untuk bertemu dengan pangeranku, bukan dengan 'Pangeran-pangeran' tiri yang akan menyiksaku. Pangeran yang sengaja membuatku menjadi pelayan mer...