Ruang pesta ini semakin ramai. Aku berjalan pelan mendekati meja yang tertutup oleh kain putih dengan kain berwarna biru muda di dalamnya. Berjalan elegan seperti yang di ajarkan oleh aturan-berjalan-yang-benar-oleh-Flos-Family. Lalu aku mengambil segelas minuman sambil terus mengawasi ruangan yang super besar ini. Tapi sejak tadi, masih belum ku temukan tanda-tanda Joe. Di mana ia berada dan di mana ia menunggu saat ini. Perasaanku kini mulai gelisah tak karuan. Hipotesis mengenai keberadaannya pun bermunculan.
Aku menunda kegiatan amalku dengan teman-teman kampusku hari ini, untuk acara yang sangat spesial ini. Bila ku rasakan acara ini sedikit kekanakan, tapi hal ini tak ku pedulikan lagi, toh bukan hanya diriku saja yang hadir di pesta ini. Sebenarnya, saat ini aku sudah sangat merindukan anak-anak yang menjadi tanggunganku di panti asuhan. Ini sudah satu bulan semenjak terahir kali aku bertemu dengan mereka. Tapi... hanya hari ini, aku ingin meliburkan diriku.
Hanya hari ini.
Huuffftt!!
Aku melihati perempuan-perempuan yang berjumlah hampir ratusan ini. Mungkin sekarang jumlahnya sudah mencapai ribuan, bila orang tua mereka yang berada di lantai atas juga termasuk dalam hitungan.
Mereka semua saling mengobrol, membicarakan saham, membicarakan semua barang yang sangat trend di pasaran, dan hal-hal membosankan lainnya. Bukannya mereka selalu membahasnya di dalam keluarga dan media? Dan mereka masih tidak bosan juga membahasnya di sini? Aku hanya bisa menghembuskan nafas sambil menggelengkan kepala.
Tumpukan makanan dan minuman sudah berkali-kali di isi oleh para pelayan. Mengisi wadah kosong yang isinya di ambili oleh para tamu undangan. Baik para perempuan istimewa dengan paras cantik dan mempesona yang mencalonkan diri menjadi istri salah satu pangeran, ataupun para orang tua mereka yang juga mengobrol di lantai dua. Orang tua yang juga ingin menyaksikan acara ini berlangsung, di mana akhirnya mungkin ke lima pangeran itu akan memilih putri mereka. Siapa yang tau?
Aku tersenyum. Tiba-tiba bayangan Joe teringat di atas kepalaku. Membayangkan saat aku akan bertemu dengannya untuk pertama kali dalam 7 tahun.
Pangeran yang hari ini menjadi idaman ratusan gadis bangsawan ini adalah pewaris dari Grup terbesar di negara ini. Dan hal yang mengejutkan, pesta ini adalah pesta ulang tahun pangeran-pangeran itu, hari ini, di hari yang sama, SEMUANYA. Kecuali Joe tentu saja, karena seingatku hari ini bukan ulang tahun Joe. Joe adalah satu satunya pangeran yang lahir satu tahun lebih cepat. Menurut observasiku, tanggal serta bulannya pun tak sama.
Mengenai pangeran yang bertanggal lahir sama itu, mereka bukanlah saudara kembar. Aku tau selama ini pangeran-pangeran itu memiliki ibu dan ayah yang berbeda, tapi luar biasa, tanggal, tahun, dan hari, benar-benar sama. Apa ke lima keluarga itu saling membuat janji untuk melahirkan anak mereka di hari yang sama?
Benar-benar keluarga kaya yang unik.
Akhirnya, sebuah kue dengan diameter 1m dan bertigkat lima pun datang. Terdapat jumlah lilin yang memutar dengan jumlah kurang lebih 25 dengan bentuk mahkota.
Di saat aku masih melihat betapa mengejutkannya kue yang di keluarkan tersebut, tiba-tiba dari belakang ada yang berbicara denganku. "Maaf nona, mari saya bawakan jaket nona!"
Seorang laki-laki yang megenakan jas pelayan datang menghampiriku. Aku baru ingat, aku belum melepas jaketku! Jaket bulu krem pastel dengan aksesoris intan di lehernya.
Aku tersenyum pada pelayan itu sambil menyerahkan jaket ini. Setelah ku perhatikan, aku berpikir bahwa pesta ini sedikit berlebihan. Pelayan ini sangat tampan. Mata, hidung, dan bibirnya, benar-benar proporsional. Ia juga sangat tinggi. Dagu serta bibirnya terbelah seperti orang luar. Bahkan mungkin ia bisa di jadikan seorang model di bandingkan dengan pelayan.
God!!
Aku rasa, ia sengaja di pilih agar menyenangkan para tamu hari ini. Rambutnya sangat rapi dengan poni yang menutupi seluruh keningnya. Bahkan bisa ku pastikan dengan aroma tubuhnya, parfum D'Clore. Parfum dengan harga puluhan juta. Wajahnya bersih dan senyumnya dapat menggetarkan hati siapapun yang bertatapan langsung dengannya.
"Ah... terima kasih!", aku mengangguk sopan dan tersenum menanggapi perlakuan halusnya.
Gaun pesanan mama dari Channel akhirnya terekspos di atas tubuhku. Gaun merah muda dengan bentuk kelopak pada bagian bawah. Mengembang dan bergoyang setiap aku menggerakkan badan. Hiasan berlian juga menggantung di antara bagian depan badanku, dari pundak kiriku hingga perut kananku. Tapi gaun ini tetap memiliki lengan meskipun pendek, jadi tak menunjukkan pundakku.
Pelayan itu tersenyum padaku. Tidak... ia lebih condong menggodaku. Aku tersenyum canggung dan mencoba menghindarinya. Menghindari kontak mata dengannya.
●ᴥ●
Setelah nyanyian ulang tahun dari orkestra BigVoice selesai, akhirnya acara utama di mulai.
Ada seorang laki-laki yang sangat tua dan gendut berdiri di balkon lantai dua yang mengarah pada kami, 'Para Putri kerajaan'. Lantai di mana Mamaku dan orang tua yang lain berada. Ia terlihat mengenakan klip on di baju putihnya dan jas hitam lekat. Aku yakin dia pemilik utama Grup ini, Tuan Rejenson. Lalu ia mulai memberikan salam.
"Selamat malam anak-anakku..."
Dan ia melanjutkan pidatonya. Tapi, semakin lama ia berdiri di sana, perasaan gugup ku mulai menari-nari di atas perasaanku. Aku mencoba mencari mamaku di atas, berharap mendapatkan semangat darinya, tapi aku tak menemukannya. Bahkan, aku tak melihat Mama dan Papa semenjak awal.
Mama di mana sih?
Suara Tuan Rejenson kembali terdengar di telingaku, "Hari ini aku sangat senang, ternyata banyak yang ingin segera menikah. Aku harap kalian semua tidak keberatan bila akhirnya kelima cucuku ini memilih salah satu dari kalian!", ia tertawa bercanda, di ikuti oleh seluruh orang yang berada di lantai dansa ini.
Si laki-laki tua itu terdengar sangat bijaksana. Tapi kenapa ia harus memutuskan untuk mencari menantu di kalangan ini? Akan sangat di sayangkan bila cucu-cucunya mendapatkan wanita yang hanya cantik dan memiliki banyak uang di akun bank nya.
Padahal mungkin aku juga salah satu dari mereka. Tidak bisa ku pungkiri.
Para perempuan ini mulai tersenyum sipu. Mereka semua terlihat sangat percaya diri. Aku juga sempat melihat semua orang tua di lantai atas tersenyum dan tertawa. Di pikiran mereka pasti sama, mereka percaya bahwa putri mereka yang akan di pilih.
Apa hanya aku di sini yang gugup?
"Baik... acara ini secara resmi di mulai!" Aba-aba itu akhirnya di ucapkan juga oleh Tuan Rejenson. Tepuk tangan bersahutan dari ujung kanan hingga ujung kiri bersamaan dengan beberapa laki-laki turun melewati tangga berkarpet merah dari dua sisi yang berbeda.
Aku terkejut. Ini adalah pertama kalinya aku menatap langsung para Pangeran-pangeran itu. Yang bisa ku fikirkan tentang mereka hanya satu, MEREKA BENAR-BENAR LUAR BIASA. Mereka bercahaya bagaikan intan yang jatuh dari langit.
Tapi tunggu dulu.... sepertinya ada yang salah.
●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
KAMU SEDANG MEMBACA
REJENSON: Cinderella with 5 Step-Princes
Romance[END] Aku terlanjur terjebak di kisah Cinderella. Hari itu, saat pesta dansa itu, aku hanya berharap untuk bertemu dengan pangeranku, bukan dengan 'Pangeran-pangeran' tiri yang akan menyiksaku. Pangeran yang sengaja membuatku menjadi pelayan mer...