2.Rose

1.1K 97 4
                                    

Pic: Caitlin Beadles as herself

***
Angin yang sangat sejuk ini menerpa tubuh caitlin. Rambut yang tidak di kuncir ikut berterbangan, caitlin menutup matanya dan menghirupkan udara bersih. Gadis itu berada di balkon miliknya. Kalian harus tau, balkon itu bersebelahan dengan balkon kamar kekasihnya. Justin. Rumah mereka memang bersebelahan, maka itu mereka berteman cukup lama dan sekarang mereka menjalin kekasih.

Justin berubah karna teman kecilnya pindah rumah ke luar negri tanpa sepengetahuan justin. Bukan caitlin, tapi rose. Rose adalah teman justin yang paling justin sayangi. Walaupun dia menjalin kekasih dengan caitlin, tapi rasa sayangnya lebih terhadap caitlin. Justin mencintai caitlin, tapi dia juga mencintai rose. Caitlin tidak tahu kalau justin mencintai rose di belakangnya. Justin yang selalu menjadi pelucu bagi caitlin dan rose itu sudah hilang. Justin dulu sudah tidak ada, dan sekarang justin menjadi dingin, berandalan.

"Hai justin!!" Seru caitlin saat melihat justin keluar dari balkon kamar justin. Justin melirik caitlin dengan sekilas lalu duduk di rumput. Caitlin mendesah lelah.

Caitlin lelah sama semua ini, dia kangen justin dulu. Yang bisa bikin caitlin tertawa itu sudah hilang. Dia ingin menangis saat mengingat rose sahabat caitlin yang pindah entah kemana. Dia masih mengingat wajah justin kaget lalu justin menangis meminta rose kembali. Caitlin pikir justin mencintai rose tapi dia tidak ingin memikirkannya karna dia percaya kalau justin mencintainya.

"Justin.. aku boleh kesana?" Teriak caitlin. Justin menengok kearah caitlin dan hanya memasang wajah dinginya. Menurut caitlin itu adalah jawaban iya.

Caitlin merangkak ke pagar pendek yang memisah balkon mereka. Caitlin duduk di sebelah justin sambil menyimpan bukunya di pahanya. Caitlin tersenyum.

Hanya keheningan yang menyelimuti caitlin dan justin.

"Kau ingat, saat kau berlari disitu dan aku megejarmu, kau tersandung batu kecil yang membuat lutut mu berdarah. Kau sangat lucu saat mengerang waktu itu." Ucap caitlin terkekeh pelan sambil menatap kedepan. Justin tetap diam tidak merespon ucapan caitlin.

"Aku pernah menangis saat kau bilang kau bakal meninggalkanku, dan kau hanya bercanda soal itu, itu sangat tidak lucu kau tahu." Ucap caitlin berpura pura marah. Justin sedikit menarik bibirnya. Hanya sedikit.

"Waktu kita high school dulu, kita pernah melihat anak kecil menangis, dia terlihat mencari ibunya. Kau hanya berucap kalau itu tidak penting. Itu penting bodoh, anak kecil itu kehilangan ibunya dan kita harus mencarinya tapi saat aku ingin membantunya kau malah menarikku untuk pulang. Kau tidak punya kasihani." Dengus caitlin. Diam diam justin melirik caitlin.

"Itu memang tidak penting." Ucap justin cepat. Caitlin tersentak. Dia langsung menengok kearah justin. Dia terlihat kaget saat justin menjawabnya. Beda dengan justin yang terus merutuki kebodohannya.

"Kau bilang apa tadi?" Ucap caitlin memastikan. Justin hanya diam tidak menjawab. Caitlin mendengus.

"Kau masih ingat rose?" Ucap caitlin. Tubuh justin menegang seketika.

"Aku merindukannya." Ucap caitlin menatap langit.

Akupun sangat merindukannya cait, sangat. Jawab justin dalam hati.

"Dia sekarang bagaimana ya? Semoga saja saat dia berada disini dia tidak melupakan kita just." Ucap caitlin.

Dia akan sangat cantik, semoga saja. Jawab justin dalam hati.

"Aww.." erang caitlin dan meremas perutnya. Justin diam, menurut justin itu hanya bohongan.

Caitlin terus meremas perutnya dan menahan erangan yang keluar dari mulut nya. Maag dia kambuh dan itu pasti setiap sore, karna dia tidak menyukai makan sore ataupun malam.

"Mmm, ak--aku ke-kamar dulu ya ju--justin." Caitlin beranjak sambil memegangi perutnya. Justin tidak tahu kalau caitlin sedang kesakitan maupun memegang perutnya, justin tidak meliriknya sama sekali. Caitlin berlari menuju pintu kamarnya, dan meniduri tubuhnya di kasur. Dia tidak selalu meminum obat maag itu, dia hanya butuh tidur dan saat dia bangun dari tidurnya rasa sakit itu hilang.

Justin memandang pintu kamar caitlin yang tertutup, dia mendesah pelan. Dia merasa aneh dengan caitlin. Caitlin tidak pernah marah padanya walaupun sikap dirinya yang sangat membuat orang kesal. Justin ingin menunggu caitlin mengakiri hubungannya. Karna kalau terus di jalani, justin tidak mau caitlin makin dalam mencintainya. Hati justin hampir 80 persen milik rose dan sisanya hanya caitlin.

"I miss you so damn rose.." gumam justin menatap langit dan dia beranjak memasuki kamarnya.

***

Vomment guys..

Menurut kalian ceritannya seru gak? Kolo enggak gue bakal hapus ceritanya.

6+ for next chapter..

My life // j.bTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang